Bab 30 || Dengan Sederhana

17 13 6
                                    

AssalamualaikumHolla, Guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamualaikum
Holla, Guys.
Fyi, cerita Unjuk Rasa insya Allah akan segera terbit bulan Januari ini.
Untuk itu, yang mau peluk Akmal versi cetak, jangan lupa nabung, ya.

Info selanjutnya akan Sin kasih di sini sama Instagram @ainain.nh

***


"Ingin sederhana, mencintaimu dengan tulus dengan berbagai modus."

***

Sudah satu bulan Akmal tak menjalankan aksi unjuk rasa. Pemuda itu lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan cafe. Tak ada percakapan banyak bersama Afiqa kecuali jika ada perlu yang mendesak, tak ada modus mengunjungi toko kue milik keluarga Afiqa hanya untuk menemui si pujaan hati.

Akmal memang tak banyak melakukan interaksi dengan Afiqa, tetapi bukan berarti tak memantau perkembangan pengobatan Afiqa.  Seperti yang pernah Akmal katakan melalui lirik lagu, bahwa ia tidak akan mengabaikan Afiqa meski perempuan itu tak meliriknya. Pemuda itu hanya memantau melalui bibinya dan Alfira dan tak jarang bertanya kepada ibu dari si kembar tentang perkembangan pengobatan bidadari hatinya.

"Bener nyerah lo?" Bang Derry menoleh pada Akmal yang sedang duduk di balik meja kasir dengan jemari yang terus mengetuk meja.

Akmal memutar engsel kursi agar menghadap Bang Derry yang sedang berkutat di balik meja bar. "Untuk saat ini iya, gak tau besok, lusa, dan besoknya lagi," jawabnya santai. "Gue cuma ngikutin apa kata ortu aja, katanya cewek, tuh, jangan terlalu dikejar. Bapak gue bilang kejar terus, tapi ada kalanya gue harus berhenti."

Bang Derry mengangguk singkat lalu sekilas menatap bosnya. "Iya,, sih, lagian kalo berjuang sendiri mah capek, Bro. Apalagi kalo yang diperjuangkan malah gak menghargai," balasnya.

"Dia bukan gak menghargai, tapi dia ragu sama gue," sanggah Akmal yang memang itulah yang dilihatnya dari selama menunjukkan rasanya terhadap Afiqa. "Entah apa yang ada dalam pikiran dia. Seperti yang udah pernah gue ceritain, kalo dia, tuh, kek yang takut tiap liat gue, tapi makin sini dia mulai bisa nerima gue."

Akmal memutar-mutar engsel kursi sembari menerawang. "Puncak gue mutusin buat berhenti sejenak itu ... pas dia tau kalo gue bantu dia dalam pengobatannya. Gue mikir kalo dia tersinggung dengan gue yang udah ngulik jauh daerah privasinya," paparnya, mengembuskan napas berat. Dadanya selalu terasa sesak jika mengingat ada kemungkinan Afiqa tersinggung karenanya.

Bang Derry mengelap tangan dengan kain di atas meja bar sambil berkata, "wajar, sih, kalo emang tersinggung. Menurut gue lo gak salah karena bantuin dia, cuma mungkin karena lo lancang ambil garis star dulua, jadi, ya, dia gak terima."

Benar, bisa jadi memang karena itu.

***

Sore ini Akmal memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang menyusuri gang kecil setelah menemui anak-anak pinggir kota untuk mengajar membaca.

Unjuk Rasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang