Bab 13 || Upah

28 17 14
                                    

Merebahkan diri di atas kasur, lampu kamar sudah dimatikan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Merebahkan diri di atas kasur, lampu kamar sudah dimatikan. Kini penerangan hanya berssumber dari lampu tidur yang terletak di atas nakas samping kasur. Akmal baru menyelesaikan tugas sekolah, biasanya sehabis belajar ia akan lanjut bermain game online, tetapi kali ini pemuda berkaus polo biru memilih rebahan sambil menatap langit-langit kamar.

Afiqa Alzahira Malik, nama yang cantik seperti pemiliknya. Perempuan yang mampu memikat hati seorang Akmal di pertemuan pertama. Akmal kira Afiqa adalah perempuan humble, ternyata jutek. Namun, Akmal yakin, sifat Afiqa yang sebenarnya tidaklah demikian, karena berdasarkan cerita dari Dafa, Afiqa termasuk orang yang baik dan ramah kepada orang lain.

Mata hazel itu melihat buku novel yang disimpan di meja belajar saat Akmal memiringkan tubuh di atas kasur. Pemuda dengan raambut berantakan beringsut dari posisinya, berjalan menuju meja belajar dan meraih buku tersebut.

"Bring me to Jannah." Akmal membaca judul novel tersebut. Membawanya menuju kasur, ia menghempas tubuh hingga tengkurap dengan buku di atas bantal. "Seru, nih, kayaknya."

Akmal mulai membuka lembar demi lembar buku tersebut, membacanya sambil sesekali memiringkan kepala. Membuka lembar dengan sangat hati-hati karena takut rusak. ini buku milik si Cantik, jangan sampai lecet apalagi rusak.

Menggulingkan badan ke kanan, pemuda itu menguap dengan mata yang mulai sayu. Buku dalam genggaman ia angkat dan satu lembar kertas jatuh mengenai wajah.

Satu lembar kertas diary berwarna kuning dengan tinta merah yang terukir indah menarik antensi Akmal yang sudah mengantuk.

"Dia suka nulis quotes?" gumannya setelah membaca satu quotes dalam kertas tersebut. "Keren, nih," celetuknya menyelipkan kertas tersebut pada  plastik buku agar tak jatuh lagi.

"Afiqa, Afiqa ... cantik-cantik, kok, jutek." Kepala Akmal bergerak ke kanan dan kiri memikirkan sikap Afiqa yang terlampau jutek. "Gue pastiin, dia bakal jatuh hati sama gue cepat atau lebih cepat!"

Tangan pemuda itu beralih mengambil ponsel di sisi tubuhn. Membuka aplikasi tukar pesan berwarna hijau. Ada sebuah ide cemerlang yang hinggap, berharap temannya akan membantu.

[Nyet, minta nomor Afiqa]

Tak lama getar ponsel terasa menunjukkan pesan masuk. Di lookscreen terpampang kontak Dafa.

[Usaha sendiri]

[Ini lagi usaha, buruan gue minta!]

[Gak ada, gue gak punya kontak dia]
[Lagian blm pasti di save balik]

[Boong lo! Kan lo sekelas sama dia]
[Cari di grup kls]
[Buruan]

Tak ada balasan, padahal Akmal sudah menunggu lima menit lamanya. Berhubung Akmal tak sabaran, ia menekan lambang telepon di pojok kanan atas room chat.

Unjuk Rasa ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora