Bab 26 || Memulai

14 12 1
                                    

Kali ini Afiqa menatap pintu ruangan di depannya dengan gurat ragu terpancar di wajah ayunya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Kali ini Afiqa menatap pintu ruangan di depannya dengan gurat ragu terpancar di wajah ayunya. Pintu itu terbuka perlahan sampai menampilkan seorang wanita paruh baya dengan balutan snelli khas seseorang yang berprofesi sebagai Dokter.

Senyum hangat yang disungingkan Dokter menyambut kedatangan Afiqa yang didampingi Ibu dan kembarannya.

"Selamat sore, Afiqa," sapanya dengan tetap mempertahankan senyum hangatnya.

Afiqa menaikan satu alis mendengar sapaan Dokter. Beliau tahu namanya?

"Sore, Dok." Meski kaku, Afiqa akhirnya membalas disertai senyum simpul.

"Ini Dokter Shinta, Dokter yang akan bantu Dik Fiqa selama menjalani pengobatan," tutur Ibu dengan tangan yang menggenggam tangan Afiqa. "Ibu dan Kak Fira sudah menjelaskan apa penyakit yang kamu derita, mulanya kapan, dan gejala yang sering dialami selama ini."

Pantas Dokter Shhinta tahu namanya, rupanya Ibu dan saudara kembarnya sudah menjelaskan dirinya lebih banyak kepada sosok wanita berwajah cantik itu.

"Kami tunggu di sini, ya? Dik Fiqa ikut masuk sama Bu Dokter," ucap Ibu lembut.

Jujur, Afiqa ingin mengatakan jika dirinya tidak mau masuk tanpa Ibu atau Alfira di sampingnya. Resah makin menggerogoti sudut hati di saat Ini menyarankannya untuk mau menjalani pengobatan.

"Kami ada untukmu. So, tenang dan jalani proses awal ini dengan baik," bisik Alfira yang kebetulan berdiri di sisi kanannya. Seakan bisikan itu adalah mantra ajaib, perlahan-lahan Afiqa mengumpulkan keberaniannya disela menghirup udara dalam-dalam.

"Jika tidak sekarang memulai, maka kapan ini akan kembali seperti semula?"

Perempuan itu mengangguk. "Baik, Ibu."

Setelahnya, Dokter Shinta menggiringnya masuk ke dalam ruangan bernuansa putih dengan suhu ruangan sejuk. Afiqa duduk di kursi sebrang Dokter Shinta dengan jari jemari yang saling tertaut, seolah dengan melakukan hal itu mampu mengusir rasa takut, resah, dan cemas dalam dirinya.

"Afiqa?"

"Iya?"

"Bismillah, kita mulai tahap awal, ya? Jangan takut, tenangkan dirimu, oke?" Afiqa balas mengangguk patuh.

Dokter Shinta tersenyum simpul lalu bertanya, "sejak kapan kamu menderita penyakit ini?"

Mengembuskan napas pelan kemudian menjawab dengan pelan. "Sekitar satu tahun lalu."

"Lalu menurut Afiqa, hujan itu apa?"

Tanpa pikir panjang Afiqa menjawab, "hal menyeramkan." Perempuan itu bergidik kala bayang-bayang butir bening dari langit berjatuhan membentur tanah.

Dokter Shinta hanya mengangguk menanggapi. Satu respon baik dalam proses awal yang Afiqa berikan.

"Boleh ceritakan bagaimana mulanya penyakit ini ada? Hmm ... maksudnya pemicunya karena apa?"

Unjuk Rasa ✔️Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu