Bab 20 || Kejar Terus

14 15 7
                                    

Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Akmal baru saja membuka pintu rumah dan disambut teriakan nyaring seorang bocah laki-laki yang melompat-lompat di atas sofa ruang tamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Akmal baru saja membuka pintu rumah dan disambut teriakan nyaring seorang bocah laki-laki yang melompat-lompat di atas sofa ruang tamu. Akmal memijat pangkat hidung yang tiba-tiba berdenyut.

Haduh, kenapa ada anak itu di rumahnya? Dengan siapa dia datang? Dalam diam, ia bertanya-tanya.

"Bang Akmal!" Anak itu langsung loncat dari sofa dan berlari menuju sepupunya yang baru pulang dengan tangan yang mengarah.

Akmal pikir bocah itu akan menyalami punggung tangannya, tetapi apa yang ia kira, salah! Anak itu justru menodong Akmal dengan meminta jajan dan ponsel milik Akmal dengan polos dan lugunya.

"Minjem hp sama minta jajan."

"Astagfirullah, Abang dateng, tuh, disambut dengan baik bukan malah ditodong gitu," omelnya menyentil kening bocah berusia empat belas tahun di depannya yang kini meringis sambil mengusap-usap bekas sentilan jari Akmal.

"Sakit!"

Dengan semena-mena Akmal menggiring sepupunya, mengalungkan lengan di leher bocah itu layaknya anak kambing yang keluar dari kadang. Akmal menggiring bocah berpipi agak chubby itu ke arah dapur.

"Sama siapa ke sini?" Di tengah perjalanan menuju tempat yang dituju, Akmal melontarkan tanya yang belum sempat diutarakan tadi.

Bocah dalam kukungan lengan Akmal terus meronta. "Lepas, dong, Bang!"

Akmal tak menggubris, ia kembali melontarkan tanya yang belum dijawab bocah itu yang berjalan dalam kunjungannya.

"Dianter Ayah sama Bunda." Meski kesal, bocah itu menjawab. Berharap setelahnya akan bebas dari kukungan Akmal. Namun nyatanya harapan tinggal harapan, ia justru diseret sampai meja makan.

Ketika Akmal melihat mamanya, barulah lengan yang dilingkarkan di leher sepupunya terlepas, berganti meraih tangan Mama.

"Paman sama Bibi di mana? Katanya itu bocah dianter ayah sama bundanya," tanya Akmal karena sejak memasuki rumah tak mendapati kehadiran orang tua Azril.

"Udah pulang." Jawaban dari Mama tentu membuat Akmal heran, lalu Mama pun memberi penjelasan. "Mereka mau ada kerja di luar kota beberapa hari ke depan, jadi Azril di sini." Akmal hanya mangut-mangut saja.

Mama menaruh satu kotak berisi brownis di atas meja, memotongnya lalu ditata di atas piring. "Dimakan, ya."

Azril mengangguk semangat, binar matanya begitu kentara. Akmal tak mau kalah cepat dengan Azril yang hendak mencomot bulo lezat itu, dengan gerakan cepat mereka berebut. Mama hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

Menelan bolu tersebut dengan perlahan, Akmal baru ingat dengan si Abu Gemoy yang belum diberi makan. Lantas ia pun beranjak mencari si Au Gemoy hingga mengelilingi tiap sudut ruang dalam rumah. Sudah semua ruangan Akmal sambangi guna mencari keberadaan kucing Persia berbulu putih abu kesayangannya. Hingga pemuda bercelana joger itu menyerah dan memilih bertanya pada sang mama.

Unjuk Rasa ✔️Where stories live. Discover now