Bab 15 || Rencana

16 15 11
                                    

Di dalam mobil yang melaju membelah jalanan kota yang agak lengang dengan kecepatan sedang, Akmal melirik sang mama yang duduk di kursi samping

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di dalam mobil yang melaju membelah jalanan kota yang agak lengang dengan kecepatan sedang, Akmal melirik sang mama yang duduk di kursi samping.

"Mama udah kenal lama sama pemilik A Sweety Pastry Shop?" Akmal tak tahan jika tak bertanya sekarang. Ia sangat penasaran dengan kedekatan sang mama dengan pemilik toko yang digadang-gadang adalah Ibu dari si kembal-Afiqa dan Afiqa.

"Udah, Mama, kan, seing beli kue di sana. Brownies dan kue lapis legit yang kamu suka itu Mama beli di sana." Jawaban Mama sontak membuat Akmal menginjak rem.

"Pantes enak banget!" pekiknya saking senang, ternyata kue yang sering dinikmati adalah buatan toko sang pujaan hati.

"Kamu ini, ngapain rem mendadak gitu?" Mama menegakkan duduk dan menatap sang putra kesal. Akmal cengengesan lalu meminta maaf.

"Aku suka sama anaknya," ungkap Akmal lengkap dengan senyum lebar, matanya menatap jalanan di depan.

"HM? Yang mana?"

"Itu, Ma, yang cantik banget. Yang pakai kerudung biru kayak kemeja aku," katanya mencoba menjelaskan sosok yang dimaksud. Mama mengangguk beberapa kali menanggapi putranya.

"Tapi dia jutek banget, Ma. Aku kalo usaha ajaki dia bicara suka dikacangin." Pemuda yang fokus menyetir mengadu tentang si pujaan hati yang bersikap jutek kerap kali bertemu.

Mama sedikit heran, pasalnya anak perempuan bernama Afiqa itu menurutnya ramah. Mama memang belum lama mengenal anak dari pemilik toko, tetapi baginya Afiqa adalah anak yang baik nan ramah. Sedikit tak percaya dengan apa yang dikatakan putranya.

"Kok, bisa saling kenal?" Mama yang merasa penasaran pun bertanya.

"Karena dia bidadari hati aku, Ma." Karena jawabannya itu, Akmal mendapat cibiran di lengan kiri dari sang mama. "Aduh, sakit mamaku sayang," rintihnya lalu mengusap tangannya sekilas.

"Jawab yang betul," tegur Mama.

Akmal mengatakan jika Afiqa adalah teman satu sekolahnya dan ia juga menceritakan bagaimana awal bertemu hingga tadi. Mama tergelak mendengar cerita Akmal yang salah orang, tak sangka jika putranya menyukai gadis cantik seperti Afiqa.

***

Minggu lalu, pemilik cafe StarCoff sudah menyinggung masalah menambah menu dan pegawai. Semakin hari, cafe semakin ramai. Kasian Bang Derry jika harus melayani pelanggan seperti diri di saat mereka sekolah.

Kali ini, di ruangan milik mereka, tiga pemuda tengah membahasnya dengan serius. Duduk melingkar di atas karpet, di depan mereka terdapat sebuah laptop, beberapa CV milik para pelamar pekerjaan, dan berkas keuangan cafe.

"Mau nambah menu apa?" Dafa beralih menatap dua temannya bergantian setelah membaca berkas laporan keuangan. Tadi mereka mengawali rapat membahas lowongan pekerjaan. Rencananya akan menambah satu atau dua pegawai setelah mempertimbangkan semua, melihat omset dan perkembangan cafe.

Kasihan Bang Derry jika harus bekerja sendirian, apalagi mereka sedang sibuk dengan urusan sekolah, organisasi, dan ekstrakulikuler. Ditambah Akmal yang sedang dalam masa bucin itu sering kabur dan kembali ke cafe tak tentu waktu.

Setelah mengantar Mama pulang ke rumah, Akmal membi ke cafe karena ingat akan rapat yang akan diadakan.

"Gue ada referensi,i pada harus setuju." Akmal si tukang maksa menjawab. Menegakkan tubuh sambil membenarkan kacamata anti radiasi di hidung sebelum kembali berbicara. "Nambah camilan pendamping menu yang udah ada."

"Apa, tuh?" Mirza ikut bersuara. Sejak tadi ia memikirkan menu apa yang akan mereka tambahkan. "Jangan yang aneh-aneh!"

"Gak aneh, malah bisa bikin meleleh," canda pemuda itu.

"Apa? Menu es batu dipanasin di atas lilin?" celetuk Dafa malas menanggapi Akmal yang sok bucin, padahal menaklukan hati Afiqa aja belum bisa.

Punggung Mirza bersandar pada kaki meja, di pahanya terdapat laptop yang masih menyala. Agak malas jika harus mendengarkan dua temannya yang adu mulut hanya karena masalah kecil. Maka dari itu, Mirza langsung membuka suara saat melihat Akmal membuka mulut, pasti akan menanggapi ucapan Dafa.

"Apa yang mau l9 usulin?" Pertanyaan dari Mirza menarik perhatian Akmal.

Meraih bolpoin serta buku, Akmal menorehkan tinta hitam itu menuliskan empat menu sekaligus berupa jenis-jenis kue. Kemudian menaruh buku tersebut di atas berkas CV agar kedua temannya bisa membaca dengan jelas.

"Kita kerja sama dengan A Sweety Pastry Shop, toko kue milik keluarga Afiqa." Penjelasannya tentu mengundang cibiran dan tepukan keras di pundak.

"Yee, ini namanya kerja sama berbalut modus!" Akmal hanya tertawa menanggapi cibiran tersebut. Ide itu baru Akmal dapat ketika pulang dari toko milik keluarga Afiqa, ia ingat jika cafe akan menambah menu. Tidak ada salahnya bukan mengkolaborasikan menu kopi dan beragam kue?

Mirza mengangguk setelah selesai membaca menu yang Akmal ajukan. Tak ada salahnya menambahkan menu tersebut, semuanya akan masuk dengan menu yang sudah ada. "Hmm ... boleh, sih. Lo tinggal konfirmasi aja ke pihak toko kuenya, apakah bersedia atau tidak bekerja sama dengan kita," sahutnya diakhiri sebuah saran. Jari pemuda itu bergerak lincah menari di atas keyboard laptop, ia membuka word guna membuat file pengajuan kerja sama.

"Lo bikin file-nya, gue yang bakal konfirmasi," pungkas Akmal, ia juga ikut membuka laptop berlogo buah apel yang sedari tadi didiamkan. Akmal akan membuat desain banner untuk menu baru di cafe.

"Gue mau baca CV, siapa tahu entar dapet jodoh dari sini." Dafa ikut menimpali, tetapi dengan kalimat nyeleneh.

"Semoga dengan ini bisa membuatnya lebih mengenal Afiqa."

***

Holla olalaaJumpa lagi dengan Sinsin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Holla olalaa
Jumpa lagi dengan Sinsin. ✨

Makasih udah setia sama saiaaaa, eh, sama cerita ini maksudnya haha.

Jangan lupa setor vote

Sampai jumpa kapan hari
Papay! 👋

Planet Bumi, 21 Februari 2022

Unjuk Rasa ✔️Where stories live. Discover now