Bab 9 || Pupus Cinta

28 18 10
                                    

"Belum lama mengenalmu, tetapi kamu mampu membuat saya gak karuan begini."

—Akmal Syahril Mutazan—

***

Memarkirkan motor lalu berjalan menuju cafe yang masih ramai pengunjung. Suara alunan musik mellow yang mengisi seluruh ruangan cafe  semakin membuat pemuda itu semakan galau.

Membawa langkah menuju meja bar di mana ada Bang Derry dan Mirza sedang sibuk melayani pelanggan. Akmal lebih memilih melewati begitu saja dan duduk di balik meja kasir, bersandar pada dinding dengan kedua tangan tersilang di bawah dada lengkap dengan wajah lesu.

Embusan napas panjang yang terdengar begitu kontas seperti orang yang sedang patah hati membuat Bang Derry menatapnya heran. Tak biasanya Akmal datang dengan wajah lesu seperti itu, sedangkan Mirza hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

"Kenapa lo?"

Pemuda yang galau itu mengembuskan napas panjang lalu menggeleng sebagai respon dari pertanyaan Bang Derry. Hal itu tentunya membuat pemuda berusia 21 tahun itu mengerinyit.

"Putus cinta?" Tebakan Bang Derry disahut tawa renyah dari Dafa yang baru datang dengan satu nampan kosong. "Napa ketawa lo?"

Menarik napas lalu mengembuskannya perlahan, Dafa duduk di kursi depan bar menatap Akmal berganti pada Bang Derry di depannya dengan memasang wajah sok serius.

"Bukan putus cinta, tapi pupus cinta sebelum bangun cinta haha ...." Penjelasan yang diakhiri tawa itu menarik perhatian beberapa pengunjung. Tak urung Bang Derry juga ikut tertawa.

"Ditolak, nih, maksudnya?" Pertanyaan yang bernada ejekan tersebut membuat Akmal makin kesal dan melayangkan tatapan tajam ke arah Dafa yang belum menyadari hal tersebut.

"Lebih baik bangun cinta dari pada jatuh cinta ... jatuh itu sakit bangun itu semangat." Mirza yang sejak tadi hanya menyimak, kini malah bernyanyi sambil menata pesanan pelanggan di atas nampan kemudian menyerahkannya pada seorang pemuda yang menunggu pesanan.

"Yuk, semangkuy, Bro." Bang Derry beranjak menghampiri lalu menepuk pundak kiri Akmal beberapa kali seakan-akan memberi semangat. "Gue penasaran, siapa cewek yang buat seorang Akmal galau gini?"

"Itu, lho, cewek jutek," sahut Dafa. "Belum apa-apa temen gue udah ditolak terus di bikin galau begitu, gimana nanti?"

"Nanti diterima!" Akmal menyahut dengan nada sewot. Hmm ... ternyata orang yang sedang patah hati sangat sensitif.

"Yakin?" Nada yang terkesan meragukan dan mengejek itu membuat telinga Akmal merah karena menahan kesal pada Dafa yang doyan mengejeknya.

"Lo punya masalah apa, sih, sama gue?"

Bang Derry menahan pundak Akmal agar tetap duduk, khawatir jika emosi pemuda galau itu meledak.

"Dahlan, malu diliatin orang." Mirza mencoba melerai demi keamanan dan kenyamanan bersama di dalam cafe sore ini. "Sana Lo masuk ruangan, wudhu biar tenang, gak galau aneh gitu," lanjutnya menyuruh Akmal untuk masuk ke ruangan di belakang meja bar guna menenangkan pikiran dan hati yang tak karuan karena soal perempuan.

Akmal menurut saja, ia memang perlu menenangkan pikiran dan hati yang mendadak berantakan sejak melihat sang pujaan berboncengan bersama orang lain.

Unjuk Rasa ✔️Where stories live. Discover now