Bab 29 || Tanya Hati

23 12 5
                                    

"Berhenti sejenak atau berhenti selamanya

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


"Berhenti sejenak atau berhenti selamanya."

Kalimat yang Mama ucapkan beberapa wakti lalu terus terdengar jelas di telinga Akmal, seolah hanya ada suara itu saja di setiap sudut otaknya yang mengalun teratur membuat Akmal terus terjaga sepanjang malam.

Akmal sudah mencoba berbagai cara agar dirinya bisa terlelap. Sudah terlentang, miring ke kanan, ganti ke kiri, ubah lagi menjadi tengkurap, dan bahkan ia tidur meringkuk dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh. Namun tetap saja hasilnya nihil.

"Aarrgh! Gak bisa tidur!" erangnya frustrasi.

Karena tak kunjung mendapat kantuk yang diharapkan, akhirnya Akmal putuskan untuk bermain game di ponsel sembari tengkurap. Hampir setengah jam pemuda itu bermain game di tengah remangnya cahaya lampu kamar. Sampai akhirnya sebuah notifikasi pesan muncul  nampak dari pop up ponsel.

Papa

Kenapa masih online? Ini udah jam 2, lho.

Jangan bilang kamu nge-game terus

Gak bisa tidur, Pa.

Tak berselang lama, balasan dari Papa datang. Akmal masih memandangi room chat bersama Papa hingga akhirnya ia menuliskan balasan.

Papa

Kenapa? Ada masalah?

Pertanyaan yang sama seperti yang Mama lontarkan beberapa jam lalu di ruang keluarga. Akankah jawaban dari Papa akan sama dengan yang Mama berikan? Atau Papa akan memberi jawaban yang bisa membuat Akmal berpikir tenang setelah bercerita?

Ketika ia baru menuliskan dua kata untuk balasan, rupanya Papa sudah tak sabar dan memilih melakukan panggilan suara. Tanpa pikir panjang, pemuda yang sedang galau itu menggeser panel hijau.

Setelah mengucapkan salam, Papa langsung mencecar Akmal dengan beberapa pertanyaan dan tanpa ragu Akmal menceritakan semuanya, termasuk jawaban Mama.

"Jadi aku harus gimana, Pa?" Suara Akmal terdengar serak saking frustrasinya memikirkan hal yang sebetulnya tak perlu dibawa ribet seperti ini.

"Hmm ... menurut Papa, sih, maju terus. Buktiin bahwa kamu emang tulus sama perempuan itu. Papa berani jamin, deh, perempuan akan luluh jika kamu terus berjuang dengan rasa yang tulus." Begitu kata Papa di ujung telepon. "Tapi, ada kalanya kamu merasa tak dihargai dan ingin berhenti. Jangan jadi laki-laki bodoh yang terus memperjuangkan. Cinta itu harus ada perjuangan diantara kedua pihak, bukan hanya seorang. Percuma jika kamu memberi tulus, tapi tak dihargai. Semua akan pupus tanpa mendapat bonus," sambungnya.

Dan malam ini, Papa menutup panggilan suara dengan nasihat yang memang sangat Akmal butuhkan saat ini. Bahwa prioritas Akmal saat ini bukan mengejar cinta dari lawan jenis, melainkan mengejar mimpi yang harus terrealisasikan. Ucapan Papa ibarat cambuk juga tali dalam satu waktu. Cambuk yang membuat Akmal tersadar bahwa cinta bukanlah hal prioritas yang mampu membuatnya terlena, sedangkan tali adalah hal yang terjuntai menarik Akmal dari dalam lembah rasa galau yang dalam.

Unjuk Rasa ✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin