Bab 18 || Makna Tersirat

25 15 17
                                    

Sore ini, suasana cafe kian ramai pengunjung

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Sore ini, suasana cafe kian ramai pengunjung. Selain ada pegawai baru yang membantu, ada juga menu baru yang disediakan. Menu baru yang pihak cafe pesan dari toko kue milik keluarga Afiqa. Alhasil mereka-si pemilik cafe tak terlalu kewalahan.

Lonceng cafe berbunyi tanda pegunjung datang. Akmal menoleh dan mendapati si kembar serta dua temannya masuk, lantas dengan gerakan cepat ia menghampiri.

"Selamat datang di cafe sederhana kami. Silahkan masuk, Wahai bidadari hati serta dayang-dayang." Akmal menyambut dengan wajah riang. Mempersilahkan pengunjungnya masuk dan menempati meja kosong paling sisi.

Sebetulnya kedatangan empat perempuan itu tidak lain dan tidak bukan untuk melakukan kerja kelompok. Tinggal menunggu teman yang lain datang.

Akmal datang dengan satu buku menu di tangan. Menaruhnya di atas meja agar empat temannya mudah melihat daftar menu. Keempat perempuan itu segera membaca daftar menu cafe StarCoff.

Kening perempuan itu mengerut dan langsung saling melempar pandang satu sama lain. Heran, kenapa nama menunya seperti ini? Afiqa tebak ini pasti yang memberi nama adalah Akmal.

"Mau pesan yang mana, Kakak?" Akmal bertanya di tangan sudah siap sebuah buku kecil dan bolpoin untuk mencatat pesanan. Menatap satu per satu temannya yang duduk saling berhadapan.

"Nama macam apa, nih?" tanya Amel dan dijawab dengan senyum sok manis oleh Akmal

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


"Nama macam apa, nih?" tanya Amel dan dijawab dengan senyum sok manis oleh Akmal.

"Udah, mau yang mana lo?"

"Sayang kamu dong," katanya lalu meralat ucapannya. "Tapi boong!" Dua kata itu lantas mengundang tawa teman-temannya. Akmal yang sudah mulai mencatat pun dibuat kesal, tetapi ditahan karena masih memiliki stok sabar menghadapai Amel si mulut comel. Agak menyesal sudah memberi nama menu seperti itu.

"Serius pesen menu yang namanya itu," tukas Amel cepat agar pesanan berisi coffie latte satu paket dengan croissant yang nampak lezat jika dinikmati.

"Lo, Nay?" Akmal mengerakkan pandang pada Naya yang nampak antusias menatap buku menu.

Jari telunjuk berputar menyusuri deretan menu membuat Akmal berdecak, Naya itu doyan camilan, tetapi lama jika memilih makanan yang menurutnya sangat lezat.

Unjuk Rasa ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt