Bab 6 || Dia, Bidadari Hati Gie

26 19 14
                                    

"Mulai besok, akan kucoba menarik perhatianmu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Mulai besok, akan kucoba menarik perhatianmu."

—Akmal Syahril Mutazan—

***

"Cafe, kuy!"

Dafa menggulingkan tubuh ke arah pinggir kasur milik Akmal. Pemuda itu tiba-tiba datang bersama Mirza ke kediaman orang tuanya tanpa mengabari, seperti biasa. Karena keluarga Akmal sudah begitu kenal siapa Dafa dan Mirza, sahabat dekat Akmal.

"Dih, elo ke sini seenak jidat, ngajak ke cafe seenak hati. Enak banget hidup elo, Nyet." Akmal mencibir menatap Dafa yang berbaring dari pantulan standing miror. 

"Alhamdulillah, hidup gue enak banget, meski kadang gak enak kalo udah liat tingkah gila temen gue yang——"

Akmal berbalik dan menyandarkan tubuh di badan almari. "Yang cakep?"

Dafa tak menganggapi, pemuda itu memilih mengajak Mirza yang asyik bermain game online di ponsel untuk beranjak dari sofa di sudut kamar besar Akmal yang dilengkapi fasilitas dua komputer di atas meja pojok kanan ranjang.  Sedangkan si pemilik kamar kembali bercermin merapikan rambut basahnya.

"Lo gak ada niat patroli cafe?" Di tempatnya Dafa melontarkan pertanyaan untuk teman yang masih asyik menara rambut lalu diacak lagi. Huh, dasar Akaml, untuk apa merapikan jika diacak kembali?

"Ada, kuy jalan!" Pemuda berkaus putih dilapisi kemeja hitam bergaris merah yang tak di kancing berjalan mengambil kunci motor di atas nakas, berjalan keluar mendahului dua temannya.

Cafe Starcof adalah cafe yang didirikan oleh tiga pemuda yang berteman baik. Cafe  yang mengutamakan menu kopi dan cokelat itu sudah berdiri hampir sepuluh bulan. Tak mudah memang memulai usaha dari nol, tetapi dengan usaha mereka yang gigih membuat cafe mulai ramai pengunjung dalam jangka waktu dua bulan.

Mereka memang  termasuk lahir dari keluarga yang berada, tetapi bukan berarti tak mau merintis dari nol. Buktinya mereka bisa memulai membuka cafe dari uang masing-masing. Terkadang banyak orang yang memandang mereka remeh, karena status sosial keluarga yang terbilang sangat cukup, tak perlu susah payah mencari uang, tinggal meminta transfer pada orang tua. Sayangnya hal itu tak berlaku bagi ketiganya, tak dipungkiri mereka memang masih tinggal bahkan diberi uang bulanan oleh orang tua, tetapi mereka juga memiliki penghasilan dari caffe Starcof untuk tabungan.

"Sore, Bos," sapa seorang pegawai di dekat pintu masuk pada tiga pemuda yang baru saja datang.

"Rame gak hari ini?" tanya Mirza setelah bersalaman ala lelaki dengan si pegawai di balik meja kasir.

Unjuk Rasa ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora