Part 4

82 9 0
                                    

" Eh..eh..eh mau kemana lonte ? " ujar seorang murid perempuan menarik rambut Hera.

" Ashh.. sakit Floren. " ringis Hera.

" Ulu.. uluu... sakit ya bitch ? sakit ? iya sakit ? " Floren semakin kencang menari rambut Hera.

" Rasain lu!! " Floren lalu mendorong kepala Hera hingga terhuyung kedepan, hampir jatuh menyentuh lantai.

" Mau kemana lu buru-buru pulang ? main-main lah sama kita-kita dulu. " remeh Iswari.

" Bukan urusan kalian. " desis Hera berani.

" Dih ! cabe bisa-bisanya lu ngejawab pertanyaan kita. " Jovanka sudah mulai melangkah maju tapi ditahan oleh Floren.

" Gue rasa makin lama lu makin berani sama kita. " Floren melangkah maju mendekati Hera dengan tangan bersedekap. Mukanya terlihat santai namun Hera tahu, ada rencana besar dibalik otak udangnya itu.

" Gaada alasan aku untuk takut sama kalian. " Hera mulai memberanikan diri melawan Floren dan genknya.

" Guys.. bawa dia ke kebun belakang sekolah. " Iswari dan Jovanka mulai menggaetkan tangannya ke tangan Hera, Hera memberontak ke kuat tenaga tapi tidak sebanding dengan mereka, dua lawan satu tentu saja ia kalah.

" Ikat dia di pohon ceri. " anak buah Floren alias Iswari dan Jovanka pun melaksanakan suruhan Floren. Hera terus berontak dan berteriak meminta tolong, namun karena area ini area yang sepi dan tidak pernah di datangi orang mustahil akan ada yang mendengar dan menolongnya. Ia harap Aiden akan datang dan menolongnya. Hanya Aiden yang sering datang ke sini.

" Lu pikir, lu bisa ngelawan gue ? " Floren mencengkram kuat dagu Hera.

" Gabisa shay... " Floren pun menghempas kasar dagu Hera yang ia cengkram tadi.

" Ayo guys, kita tinggalin dia sendirian. Biar dia dimakan penghuni pohon ceri ini. " Floren pun membersihkan tangannya dan pergi diikuti oleh anak buahnya.

" Mampus, mampus lu!! " ujar Iswari.

" Tsk, cuih.. " Jovanka meludah dan tepat mengenai muka Hera. Sedangkan Mentari hanya memberikan tatapan datar kearah Hera. Hera yang tidak bisa melakukan apapun hanya bisa menangis pasrah berharap ada seseorang yang datang menolongnya.

" Aiden... tolong aku. " ujarnya lirih.

Hari sudah mulai gelap dan tidak ada tanda-tanda orang yang akan datang menolongnya. Hera menangis semakin kencang dan terus meminta pertolongan. Jujur saja ia takut jika memang tidak akan ada orang yang datang menolongnya. Apakah ia akan mati dengan cara seperti ini ? sungguh bukan kematian seperti inilah yang ia harapkan.

" Hera!! " Hera mendengakkan kepala kala seseorang memanggilnya.

" Aiden.. " Hera tersenyum. Orang yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang menolongnya.

" Jalang itu yang melakukan ini padamu ? " tanya Aiden emosi sambil membukakan tali yang mengikat Hera lalu Hera menganggukkan kepala dan menangis.

" Kurang ajar!! Aku akan membalasnya untukmu. " Ketika ikatan tali sudah terlepas Aiden segera memeluk Hera dengan erat.

" Maafkan aku telat menolongmu. " Hera pun menggeleng saat mendengarnya.

" Tidak. Kau datang dan menyelamatkan ku pun aku sudah bersyukur. Aku.. aku takut aku akan mati dengan keaadan seperti ini karena tidak ada seorang pun yang menolong dan mencariku. " Aiden semakin mengeratkan pelukannya.

" Mulai sekarang, tidak akan ku biarkan seorang pun menyakitimu!! " janjinya.

" Aku akan membalasnya untukmu. " Aiden pun mengecup puncuk kepala Hera.

Setelah Hera merasa tenang, Aiden pun mengantar Hera pulang. Ia ingin memastikan bahwa Hera sampai rumah dengan selamat.

" Aiden terimakasih karena telah menolongku. " mata Hera mulai berkaca-kaca.

" It's oke, Queen. Ini sudah menjadi tugasku untuk selalu menjagamu. Sekarang kamu masuk dan istirahat ya. " Hera pun mengangguk dan masuk ke dalam rumah. Sedangkan Aiden masih ada hal yang ingin ia urus.

***

" Floren... " terdengar suara yang ia kenal saat ia memasuki apartemennya.

" Bunda ? " Floren sedikit terkejut kala melihat Bundanya berdiri di depan balkon kamarnya.

" Bunda.. " Floren pun berlari menghampiri bundanya.

" I..ini benar bunda ? " Floren masih tidak percaya ia akan melihat bundanya lagi setelah beberapa tahun yang lalu telah meninggal. Bundanya pun mengangguk.

" Bunda, boleh Floren peluk bunda ? " Floren melihat bundanya mengangguk. Segera ia memeluk bundanya erat.

" Bunda... hiks... Floren kangen bunda. " Floren terisak dalam pelukan bundanya.

" Bunda. Hidup Floren sangat berat saat bunda pergi ninggalin Floren. Kehidupan Floren jauh berbeda semenjak bunda ga ada. Dunia Floren hancur bunda.. hiks... " Perlahan bundanya melepaskan pelukan Floren.

" Bunda.. bunda, jangan dilepas bunda. Floren masih kangen bunda. Bunda mau kemana ? "

" Kamu mau ikut bunda Floren ? " tanya bundanya dan Floren secara otomatis mengangguk.

" Kalau begitu, ikuti perintah bunda. " Bundanya tersenyum. Senyum hangat bagi Floren dan menyeramkan bagi yang melihatnya.

" Loncat Floren. " Bisik bundanya. " Loncat sekarang juga. Setelah itu kita akan hidup bersama. " Seperti di hipnotis Floren pun mengikuti perintah bundanya. Ia mulai menaiki trails pembatas balkonnya dan...

Bruk...

" AAAAAAA.... " Seorang wanita berteriak histeris kala melihat seseorang jatuh dari atas tepat di depan matanya. Ya, seseorang yang jatuh itu Floren. Ia jatuh dari lantai 10 dengan keadaan yang cukup mengenaskan. Seluruh tubuhnya di kelilingi oleh darah segar. Matanya melotot hampir keluar dan juga ia tersenyum.

" Selamat berbahagia Floren Dayana Hasnata. " Seringan licik tercetak dibibir seseorang dan ia pun pergi meninggalkan apartemen korbannya.

***

Halo gaiss

gimana kabar kalian ?

maaf yaaa aku jarang update huhuh )),:

Mamaku sakit jadi aku sibuk ngurusin beliau)),: Mohon doanya ya gais

Jangan lupa like komen dan share yaa

Selamat membaca ^^

Seutas BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang