Part 10

79 11 0
                                    

" Minum dulu Ra. " Mentari menyodorkan segelas teh hangat ke Hera. Pandangan mata Hera masih kosong. Mentari menatap Hera prihatin.

Saat ini mereka sedang berada di ruangannya Miss Jemima. Mentari memberitahu apa yang terjadi barusan kepada wali kelasnya itu.

" Jadi Hera, apa Aiden yang kamu maksud ini adalah dia ? " Miss Jemima menyodorkan sebuah buku berisi foto alumni sekolah.

Hera pun tertarik dan melihat foto yang wali kelasnya tunjukkan itu.

" I..iya Miss. Ini Aiden. Iya, benar ini Aiden. " unjuk Hera heboh. Sedangkan Miss Jemima hanya diam.

" Kamu kenal Aiden darimana ? bisa kamu ceritakan awal mula kamu mengenal Aiden ? " Hera pun menceritakan kisah mereka dari awal bertemu hingga hari ini.

Miss Jemima yang mendengar itupun hanya menghela nafas. " Kenapa Miss ? Siapa Aiden itu ? " tanya Metari.

Terlihat wali kelasnya itu sedikit berat untuk menceritakan hal tersebut. Ia menarik nafas dalam-dalam dan mulai untuk menceritakan.

" Jadi, dulu pada tahun 1990 sekolah ini mempunyai seorang murid bernama Aiden Calyton Darsh. Ia merupakan murid pindahan dari US. Papanya orang US, sedangkan ibunya orang Indonesia. Jadi, ia memiliki darah campuran. Saat itu tingkat rasisme di sekolah ini sangat tinggi. Aiden yang merupakan orang asing, di nilai tidak pantas untuk bersekolah disini. Selain itu, Aiden digemari oleh guru-guru disini. Ia anak yang baik, ramah, sopan, pintar, murah senyum dan selalu berprestasi. Guru-guru sangat menyayanginya. Ia selalu dipuji-puji oleh setiap guru. Hingga menimbulkan rasa iri yang berlebih antar siswa disini. Aiden di bully habis-habisan oleh anak pemilik sekolah ini. Saya selaku wali kelas merasa bersalah kepada Aiden karena tidak berhasil melindunginya. Saya tidak punya kuasa untuk membantunya, karena ini menyangkut reputasi sekolah juga anak pemilik sekolah. Aiden bukanlah anak orang kaya, ia anak yang sederhana. Aiden dianggap miskin dan lemah hingga ia dapat ditindas oleh orang yang lebih berkuasa. Sampai pada hari kelulusan tahun 1993, Aiden ditemukan tewas tidak bernyawa sedang tergantung pada balkon rooftop sekolah. Hari itu, hari duka bagi SMA Penuh Cinta. Seharusnya itu hari yang berbahagia, karena para siswa mampu untuk melewati ujian dengan baik tapi nyatanya itu adalah hari yang kelam bagi penghuni SMA Penuh Cinta. " mata Miss Jemima menerawang ke depan. Hera yang mendengar itu pun sangat shock dan tidak percaya. Ia tidak tahu harus apa, karena apa yang Miss Jemima ceritakan benar-benar membuatnya terkejut.

" Gamungkin. Itu gamungkin. Miss pasti bohongkan ? Miss pasti mengada-ada kan ? Miss, jelas-jelas selama ini, setiap hari aku bertemu dengan Aiden, Miss. Bahkan tadi aku kerumahnya, rumahnya sangat megah dan mewah Miss. Dan suhu tubuhnya pun tidak dingin. Jadi, gamungkin Aiden sudah meninggal. Gamungkin Miss. Pasti Miss salah orang kan ? " Hera terus saja menyangkal. Ia masih tidak bisa menerima fakta itu.

" Ra, tenang Ra, tenang. Gue rasa apa yang Miss Jemima ceritakan itu hal yang nyata. Asal lu tau, beberapa kali gue pernah mergokin lu bicara dan ketawa sendiri Ra, bahkan di tempat umum sekalipun. Lu ingat waktu lu ke taman bermain ? gue liat lu lagi asik berfoto dan bercanda sendirian. Karena gue penasaran gue mulai ikutin lu bahkan sampai ke bianglala. Dan lu asik sendirian Ra. Gaada siapa-siapa disamping lu. Setelah itu gue jadi makin sering ngikutin lu, gue sering liat lu ketawa-ketawa dan bicara sendirian di bawah pohon ceri di kebun belakang sekolah. Gue hampir membenarkan gossip dari anak-anak bahwa lu memang ada gangguan jiwa. " Mentari berusaha menenangkan Hera dan menjelaskan hal yang ia lihat.

Hera masih syok dan terlihat linglung. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia alami. Ia yakin Aiden itu nyata. Aiden itu ada di dunia ini. Ia masih tidak bisa mempercayai apa yang orang lain katakan.

" Kamu sendiri bahkan yang membenarkan foto yang saya kasih. Kalau kamu mau, saya bisa memberikan alamat rumah orangtua Aiden beserta tempat dimana ia dimakamkan. " Hera pun menatap Miss Jemima.

Seutas BatasWo Geschichten leben. Entdecke jetzt