Part 5

77 10 0
                                    

Berita kematian Floren sudah tersebar diseluruh penjuru sekolah. Iswari, Jovanka dan Mentari pun sangat terkejut kala mendengar berita tersebut. Mereka mulai mencari tahu informasi tersebut benar adanya atau hanya fitnah belaka.

Hera pun sama terkejutnya kala mendengar berita tersebut. Orang yang selama ini membullynya kini sudah tiada. Walaupun Floren belum meminta maaf kepadanya tetapi Hera sudah terlebih dahulu memaafkannya. Ya, sebaik itu Hera.

" Heh... bitch!! " Jovanka yang emosi mulai mendorong Hera. Hera yang bingung pun hanya berpikir, mereka masih sempat-sempatnya melabrak Hera saat sahabatnya meninggal.

" Lu pasti seneng kan denger kabar kalau Floren mati ? " Hera yang ditanya seperti itu pun hanya diam. Ia memang tidak sedih tapi tidak juga bahagia. Hanya saja ia merasa lega karena kini tidak ada lagi yang akan membullynya. Karena hanya Floren lah yang berani membully Hera sampai ke fisik.

" Kalo ditanya ya jawab anjing !! " Ujar Iswari kesal.

" Kenapa aku harus senang di atas kematian seseorang ? "

" Alah.. so suci lu !! Gue tau akal pikiran sama hati lu, pasti lu seneng kan ?!! " Jovanka kembali mendorong Hera hingga terjatuh.

" Jangan seneng dulu ya jablay. Karena gue yang bakal jadi pengganti posisi ketua di Genk Sweetheart setelah Floren mati. So.. lu jangan seneng dulu. Karena penderitaan lu belom berakhir. Hahahaa.... " Jovanka dan antek-anteknya pun pergi meninggalkan Hera yang masih di posisi jatuhnya.

" Shhh... " ringis Hera kala Jovanka menginjak tangannya.

Karena sekolah sedang berduka, kepala sekolah membubarkan siswanya lebih awal. Sebagian ada yang datang menyelawat dan ada juga yang memilih untuk pulang ke rumah atau pergi bermain. Hera sendiri memilih ke kebun belakang sekolah untuk bertemu dengan Aiden. Entahlah ia selalu merasakan rindu setiap kali ia berjauhan dengan Aiden.

Biasanya Aiden akan datang pada pukul empat sore setelah ashar. Setiap harinya mereka hanya bertemu dua jam saja karena setiap kali mendekati maghrib Aiden selalu menyuruhnya pulang dan kebetulan jam kerja Hera pun dimulai pukul tujuh malam. Jadi, sebelum memasuki waktu maghrib ia sudah pulang dan pergi bekerja.

" Hei. " sapa seseorang.

" Aiden!! " wajah Hera selalu berseri setiap kali bersama Aiden. Ia selalu merasa senang dan nyaman berada di sisi Aiden. Ia rasa, ia telah jatuh cinta dengan Aiden. Lagi pula, perempuan mana yang tidak jatuh cinta jika terus di perlakukan secara baik kan ?

" Gimana hari ini ? " tanya Aiden seraya mengelus kepala Hera.

" Kamu tau ga ? "

" Ngga. " potong Aiden.

" Ihh Aiden aku belum selesai ngomong. " Gerutu Hera sambil memukul paha Aiden dan Aiden pun hanya tertawa.

" Apa ? "

" Aku selalu ceritakan, kalau aku selalu menjadi bahan bullyan dari siswa disana. "

" Iya, lalu ? "

" Siswi yang biasa membullyku, semalam meninggal dunia semalam. "

" Benarkah ? "

" Heemm... " Hera pun mengangguk dan bersender di dada Aiden.

" Kabarnya dia meninggal secara mengenaskan. Dia bunuh diri, lompat dari lantai 10 apartemennya. "

" Bagus dong. " jawab Aiden santai

" Ihh Aiden kok bagus si ? " Hera pun bangkit dari sandarannya dan mengerutkan alisnya.

" Baguslah. Jadi, ga ada lagi yang membully kamu. "

" Humm... " Hera menghela nafas dan kembali bersandar.

Seutas BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang