Part 3

34 1 0
                                    

Jantung Hera berdebar kencang saat mendengar suara yang ia rindukan berada tepat di depan matanya. Suhu tubuh wanita itu mulai naik dan badannya sedikit bergetar. " Mamih.. " bisiknya pelan.

Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik nan modis itu memandang Hera dengan raut wajah marah tetapi ada sarat akan kerinduan di dalam matanya. " Kamu masih punya muka menjejakkan kaki disini? " ulang wanita paruh baya yang ia panggil mamih itu.

Hera memandang laki-laki paruh baya yang sedang duduk di kursi roda dengan pandangan rindu dan sedih. Hera berdiri dan berjalan perlahan kearah mereka. " Papah.. "

Laki-laki paruh baya itu membuang mukanya, seolah tidak ingin melihat anak yang telah lama pergi dari hidupnya dan kini sudah kembali ke hadapannya. Hera yang melihat itu pun jatuh bersimpuh di kaki mereka berdua. Menangis tersendu dan memohon ampun.

" Papah.. mamih.. maafin Hera. Maafin Hera karna sudah memilih untuk pergi dari kehidupan kalian dan menghilang begitu saja. " mereka berdua hanya diam membuang muka dan mengetatkan mukanya menahan tangis.

" Untuk apa kamu datang? seharusnya kamu tidak usah kembali lagi! kami sudah menganggap bahwa kami sudah tidak lagi mempunyai anak, asal kamu tahu itu! "

" Mamih maafin Hera. " Hera berlutut dibawah kaki ibunya. Terus menangis dan meminta maaf. " Hera kembali karna Hera merindukan kalian. Sudah 8 tahun Hera tidak tahu kabar kalian bagaimana. Hera tau Hera egois, maafin Hera mamih, papah. Hera sangat terkejut saat Mbok tadi bilang bahwa papah jatuh sakit setelah kepergian Hera. Hera menyesal, maafin Hera. "

" Kenapa baru menyesal sekarang? seharusnya kamu tidak usah kembali! " teriak mamihnya sambil memukul punggung anaknya itu.

" Mih udah mih. Mbok tolong Mbok. " suaminya berusaha menenangkan istrinya untuk tidak memukuli anak semata wayangnya itu. Mbok Inem tergopoh-gopoh berlari dan langsung ikut menahan tangan majikannya agar tidak lagi memukuli nona mudanya.

" Papah Hera minta maaf atas segala kesalahan Hera selama ini. Hera juga tidak ingin pergi meninggalkan kalian, tapi Hera juga tidak bohong bahwa Hera tidak kuat kalian perlakukan secara tidak baik. Hera sayang kalian itu sebabnya Hera memilih untuk pergi dari hadapan kalian agar kalian tidak lagi terganggu dengan keberadaan Hera di samping kalian. Hera minta maaf karna harus kembali lagi, Hera hanya.. Hera hanya merindukan kalian dan Hera pikir kalian sudah memaafkan kesalahan yang Hera rasa bukan Hera yang melakukan kesalahan itu. Maafin Hera karna harus kembali. " Hera bangkit setelah mencium kaki papah dan mamihnya. Menatap mereka dengan tatapan sendu, sedang yang ditatap masih membuang mukanya tidak ingin melihat Hera. Hati Hera seperti teriris sakit.

" Kalau begitu Hera akan pergi jika kehadiran Hera mengusik kalian. Papah maafin Hera karna tidak bisa merawat papah yang sedang sakit. Papah harus rajin kontrol dan jangan malas minum obat. " Hera menyeka air matanya yang jatuh begitu pun dengan Mbok Inem yang ikut menangis melihat adegan ini. " Papah harus makan makanan yang sehat. Mbok tolong jaga pola makan papah ya. "

Mbok Inem mengangguk. " Siap Non."

" Tidak usah kamu ingatkan saya juga tau mana yang terbaik untuk suami saya. " Hera menatap mamihnya dengan berlinang air mata.

" Kalau begitu sebelum Hera pamit pergi, boleh Hera ke kamar Hera? Ada yang harus Hera lakukan. " mereka hanya diam dan wanita itu artikan sebagai persetujuan oleh mereka.

Hera melangkahkan kakinya di ikuti oleh Zoe. Sesampainya di kamar Hera kembali menangis melihat tidak ada yang berubah dari terakhir kali wanita itu menempati kamarnya ini. Kamar ini tetap bersih dan terawat.

Hera duduk dan meraba kasurnya, matanya menerawang jauh kebelakang, mengingat bahwa kamar ini menjadi saksi atas segala sakit dan tangis yang ia alami. Tempat teraman dan ternyaman di rumahnya.

Seutas BatasWhere stories live. Discover now