Part 2

23 1 0
                                    

Selepas kepergian perawat yang bernama Rena tadi, Yura membaringkan tubuhnya dan merapatkan selimut yang entah mengapa udaranya terasa dua kali lebih dingin dibandingkan sebelumnya, mungkin karna sekarang ia sendirian di ruangan yang agak luas. Lalu Yura mengambil ponselnya yang berada di meja samping tempat tidurnya untuk menghalau rasa takut dan menunggu rasa kantuk tiba.

Yura membuka salah satu aplikasi kesukaan banyak orang saat ini yaitu Tiktok, untuk mendistract dia agar tidak lagi berpikiran aneh dan tidak lagi merasa takut. Karna biasanya FYP Tiktoknya itu berisi konten-konten yang lucu dan lumayan menghibur.

" Hahaha lucu banget anjir " Yura tertawa kala menonton salah satu video kocak yang lewat di FYP nya. Jadi video itu menampilkan anggota boyband korea yaitu NCT 127 sedang berada diatas panggung dan mereka satu persatu membuka bajunya tapi ada salah satu member yang meledek dengan berpura-pura membuka baju hingga semua member berbondong-bondong menghampirinya untuk memaksa dirinya ikut membuka bajunya.

Yura masih tertawa cekikikan menonton video-video yang lewat di FYP nya itu. Hingga entah mengapa ia merasa sedang di awasi. Ia menoleh ke arah pintu tapi tidak ada apa-apa hanya pintu yang terbuka sedikit. Ia melarikan matanya keseluruh penjuru ruangan tapi tetap tidak ada apa-apa.

Yura menapakan kakinya kelantai dan berjalan perlahan mendorong penyangga infusan menuju pintu masuk. Ia menutup pintunya, Yura merasa tidak nyaman melihat pintu yang terbuka sedikit itu. Saat hendak berbalik ia mendengar suara pintu yang barusan ia tutup terbuka.

Kreeettt /suara pintu terbuka/

Yura menghentikan langkahnya lalu perlahan berbalik dan benar saja pintunya terbuka sedikit. " Ah mungkin angin. " Yura menutup pintunya lagi.

Saat hendak melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, Yura terpaku melihat pantulan dirinya di kaca Rumah Sakit. Ia tidak melihat dirinya sendiri melainkan ke arah sosok makhluk tinggi besar nan hitam legam menghalau pintu masuk di belakangnya.

Yura melotot terkejut melihatnya, ia terpaku sejenak. Dengan langkah gemetar Yura berusaha berjalan menuju tempat tidurnya. Tak hanya kakinya yang bergetar, seluruh badannya pun bergetar hebat.

Apa itu? , batinnya.

Yura meringkuk dibawah selimut mengabaikan selang infusnya yang mungkin saja akan macet atau mati. Demi Tuhan Yura ketakutan setengah mati. Apa yang baru saja ia lihat itu ?

Entah perasaannya saja atau apa tapi kenapa ia merasa bahwa tempat tidurnya berguncang ya ? apa ada gempa bumi ? Tapi jika gempa bumi seluruh manusia yang ada di Rumah Sakit ini pasti akan berteriak dan berhamburan keluar sedangkan saat ini benar-benar sunyi.

Tempat tidurnya bergetar kencang seiring dengan tubuhnya yang semakin bergetar. Perlahan ia mengintip dari balik selimut. Di ujung kaki tempat tidur ia melihat ada sebuah tangan kurus kering dengan kuku yang sangat panjang melingkar sedang menggoyangkan tempat tidurnya.

Kulitnya mengelupas seperti luka bakar dengan tercium bau gosong yang sangat menguar. Kepala botak, badan kurus kering bak tulang dan kulit terus menggoyangkan tempat tidurnya.

Nafas Yura semakin sesak kala makhluk itu berhenti mengguncangkan tempat tidurnya dan perlahan mulai merangkak menaiki tempat tidur yang sedang Yura tempati. Pelan... pelan... hingga " AAAAAAA... " Yura pun pingsan.

***

Tidur Yura terusik saat cahaya matahari menusuk-nusuk kelopak matanya. Dengan cepat Yura membuka matanya lalu duduk, dengan nafas yang masih terengah Yura melihat kesekeliling. Ia menghembuskan nafas lega saat melihat bangsal yang ia tempati sudah ramai oleh beberapa pasien dan pendampingnya.

Seutas BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang