Part 8

83 7 2
                                    

Tes... Tes... Tes...

Setelah seminggu mengalami koma, gadis korban tabrak lari itu pun mulai menunjukan kesadarannya. Ia mengerutkan matanya kala merasa wajahnya seperti kejatuhan oleh tetesan air. Perlahan ia membuka matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya. Samar-samar ia melihat ada sesuatu di langit-langit ruangan yang ia tempati. Semakin lama semakin jelas dan..

" Emmhhh... Emmhhh.... Emhhh... " ia melotot tak percaya melihat ada sesosok makhluk tepat berada di atasnya. Makhluk itu sangat menyeramkan. Mulutnya yang menganga lebar, lidah yang menjulur panjang, rambut yang acak-acakan mengjuntai kebawah, mata kosong, tidak makhluk itu tidak memiliki bola mata, tubuh yang kurus kering dengan posisi kayang dan tetesan air yang jatuh mengenai wajahnya, berasal dari air liur makhluk itu. Ia takut, ia ingin lari tapi tidak bisa, badannya kaku dan tidak bisa digerakan. Jangannya untuk bergerak, bahkan untuk berteriak pun ia tak mampu. Selain wajahnya tertutupi oleh alat bantu pernapasan, mulutnya pun tidak bisa untuk dibuka. Ia hanya bisa melotot saat makhluk menyeramkan itu mulai mendekatinya. Bagaimana ini, ingin memejamkan mata pun ia tidak bisa. Makhluk itu sangat menyeramkan.

" Tuhan, hanya sekali ini aku berdoa, tolong bantu hambaMu yang penuh dosa ini untuk lari. " ia hanya mampu untuk berdoa didalam hati.

Saat lidah makhluk itu ingin mengenai wajahnya dan akhirnya berhasil, ia bisa bergerak. Segera ia melepaskan alat bantu pernapasannya itu dan mencabut selang infus yang berada di tangannya. Ia sudah tidak memperdulikan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia hanya ingin kabur dari makhluk itu.

" Iswari, lu udah sadar ? " Mentari yang baru membuka pintu kamar rawat sahabatnya itu pun segera menghampiri sahabatnya, saat tahu sahabatnya sudah siuman.

" Tari tolong gue Tar, tolong gue. " Mentari bingung dengan sahabatnya ini.

" Ada apa Ri, kenapa ? Kok lu cabut selang infus lu ? Kapan lu siuman ? " Mentari pun memegang lengan atas sahabatnya itu.

" Ada makhluk menyeramkan tepat di atas gue tadi Tar pas gue bangun. Dia ada di langit-langit ruangan ini Tar. Gue takut Tar, gue takut. " Iswari pun mulai menangis.

" Makhluk apa sih Ri ? gaada apa-apa disini. "

" Ada Tari. Itu di kasur gue. " tunjuknya kearah kasur.

" See ? gaada apa-apakan ? "

Ia menampilkan wajah tak percaya. " Tadi ada Tar, ada. Lu percayakan sama gue ? " Iswari terus meyakinkan sahabatnya itu bahwa yang ia lihat adalah hal yang nyata.

" Iya, gue percaya. Sekarang lu tiduran dulu ya dikasur, biar gue panggil dokter dulu. " Mentari menuntun sahabatnya itu ke brankar.

" Gamau Tari gue takut. "

" Gue temenin ya Ri. Gaada apa-apa, lu tenang aja. Ada gue disini. " Mentari pun mulai memencet tombol yang fungsinya untuk memanggil perawat.

Tak lama dokter dan perawat pun datang lalu memeriksa keadaan Iswari. " Gimana keadaan anak saya dok ? "

Dokter yang melihat Iswari yang sedang ketakutan di pelukan temannya itu pun mulai berpikir.

" Nak Iswari, apa yang kamu rasakan sekarang ? " Iswari yang ditanya pun tidak menjawab pertanyaan sang dokter. Ia terus menutup telinganya sambil menggelengkan kepala.

" Ngga... Ngga... Ngga mauuuu.. Jangan.. Pergi.... Tolong pergi. AAAA PERGIIII !!!! GUE BELUM MAU MATI PERGIIIIIII... " Iswari pun mulai mengamuk. Semua orang yang ada diruangan itu pun terkejut dan mulai memegangi tubuhnya.

Mati.. Mati.. Mati..

" NGGA !! NGGA !! GUE GAMAU MATI !! PERGIIIIII " Iswari terus memberontak.

Seutas BatasWhere stories live. Discover now