Bangsal 13

61 1 2
                                    

" Kepala perawat, ibu yakin akan mengisi Bangsal 13 itu ? " ujar seorang perempuan yang berpakaian baju perawat kepada wanita paruh baya di sampingnya.

" Tentu. Bangsal itu sudah lama kosong sangat di sayangkan jika tidak di isi. " wanita paruh baya yang berstatus Kepala perawat itu memandang kosong ke arah Bangsal 13.

" Tapi... ibu kan tahu kalau Bangsal itu.. " belum juga perawat itu menyelesaikan ucapannya sudah di potong terlebih dahulu.

" Sudah waktunya kita mengisi Bangsal itu. Di IGD sudah banyak pasien yang mengantri untuk mendapatkan kamar. Jadi jika dibandingkan dengan kesehatan pasien semakin memburuk karna terlalu lama mendapatkan kamar, lebih baik jika Bangsal itu di isi saja. " melihat Kepala perawat sangat yakin dengan ucapannya membuat Rena, perawat di lantai 4 itu hanya bisa diam dan bergidik ngeri.

" Rena kamu bilang ke bagian IGD untuk membawa pasien selanjutnya ke Bangsal 13 malam ini. " Kepala perawat itu berlalu kembali ke ruangannya.

" Baik bu. " perawat Rena hanya bisa memandangi punggung wanita paruh baya yang perlahan menghilang di balik pintu ruang kerja.

" Ren, bu Wati gila kali ya mau masukin pasien ke Bangsal itu. " bisik perawat lain.

" Ya gimana, gue udah berusaha buat nolak tapi tetap saja tidak bisa membantah ucapan Kepala perawat. " perawat Rena menghela nafas lesu.

" Poor pasien baru. "

***

" Pasien atas nama Yura Isabelle ? " teriak perawat laki-laki di depan pintu dengan membawa beberapa berkas yang akan di isi oleh keluarga pasien.

" Saya mas. " Yura mengangkat tangannya lalu perawat laki-laki itu menghampirinya.

" Atas nama Yura Isabelle benar ? " Yura hanya mengangguk.

" Mba Yura sendirian aja ? dimana pendamping mba atau pihak keluarga yang mendampingi mba ? " tanya perawat itu heran ketika melihat Yura hanya seorang diri dalam bilik IGD itu tanpa ada yang mendampingi.

" Gak ada mas saya sendirian. "

" Seharusnya ada pendamping mba jadi ada yang urus-urus keperluan surat menyurat di Rumah Sakit. "

" Ya gimana mas, saya perantau, keluarga saya jauh. Jadi mau gak mau saya sendirian disini. "

" Yasudah saya minta tanda tangan mba disini dan disini. " perawat laki-laki itu memberitahu berkas mana saja yang harus di tanda tangani oleh Yura.

" Baik mas. " Yura pun menandatangani berkas-berkas yang perawat laki-laki itu berikan kepadanya.

" Sudah mas. "

" Baik. "

" Mas ini saya mau dipindahkan ke kamar ya mas ? "

" Iya mba, makanya mba tanda tangani berkas-berkas ini. "

" Mas, saya tuh sakit apa ya sebenarnya ? "

" Menurut dokter mba sakit Gerd. "

" Gerd itu apa ya mas ? "

" Gerd itu penyakit asam lambung yang sudah kronis mba. "

" Ya ampun, tapi saya bisa sembuhkan mas ? saya gak akan mati sekarang kan mas ? " ujar Yura panik dan dibalas senyum manis oleh perawat laki-laki itu.

" Tenang mba, selama mba makan dan minum obat dengan teratur insya allah sembuh. " Yura hanya bisa menghela nafas. Sejujurnya ia sangat takut mati, karna ia mendengar bahwa banyak orang-orang yang mati karna penyakit lambung. Setelah ini Yura akan makan makanan yang sehat dan minum obat dengan teratur. Yura masih ingin hidup yang lama, ia masih ingin merasakan nikmatnya dunia.

Seutas BatasWhere stories live. Discover now