2: Dadi

789 157 15
                                    



***

**

*



Keesokan paginya, sesuai perjanjian, Felix dan Hyunjin mengantar Jisung untuk wawancara. Selama di perjalanan, Jisung terus mengulang-ulang kalimat untuk memperkenalkan diri.

Felix dan Hyunjin hanya bisa tersenyum melihat sahabat mereka yang grogi. Jisung yang grogi tampak sangat menggemaskan. Jauh lebih menggemaskan daripada Jisung yang dengan sengaja memamerkan wajah imut dan sok manis.

Setelah hampir sejam membelah kota, sampailah mereka di sebuah rumah besar berwarna putih. Pagar rumah itu otomatis terbuka, menampakkan halaman rumah yang luas yang dihiasi berbagai jenis tanaman hijau. Mereka bertiga sampai terkagum-kagum karena kemegahan rumah itu.

Namun, rasa kagum mereka terusik. Klakson mobil yang cukup berisik membuyarkan kekaguman mereka.

Ternyata pagar itu terbuka karena ada mobil yang mau keluar. Dan saat ini mobil kuning yang mereka pakai tepat menghalangi jalan sebuah mobil hitam mewah. Felix balas memencet klakson dan berakhir dengan dipukul Hyunjin. Hyunjin tahu persis, Felix tak mau kalah kalau urusan seperti ini.

"Apa yang kau pikirkan? Segera pinggirkan mobil kita!" ucap Hyunjin menegur Felix.

"Tidak bisa. Dia telah membuat kita kaget karena klakson brutalnya. Kita harus membalasnya!" ucap Felix lalu kembali memencet klakson tak kalah brutal dari klakson mobil hitam tadi.

"Bokki, hentikan! Ingat kita ke sini untuk mengantar Hanni!" tegur Hyunjin sambil memukul Felix.

Alih-alih berhenti, Felix terus memencet klaksonnya. Semakin brutal malah.

Tak lama kemudian, tampak seorang pria berkacamata hitam keluar dari mobil hitam itu. Kemeja yang dipakainya dibiarkan terbuka dan tertiup angin, menampakkan kaus yang dipakai sebagai dalaman.

Pria itu mengetuk jendela mobil. Felix yang sedari tadi menahan rasa kesalnya memutuskan untuk keluar menghadapi pria itu setelah menggulung lengan kardigannya.

"Hei ... Kau pinggirkan mobil murahmu itu, atau kutabrak!" ucap pria itu dengan nada mengancam.

Tampak Felix tertawa dibuat-buat, yang sesungguhnya lekat dengan kesan meledek. Dia lalu mendengus sambil menyugar rambutnya kasar. Satu tangannya berkacak di pinggang dan satunya lagi aktif menunjuk si pria pengendara mobil hitam.

"Seenaknya saja kau menyuruhku! Apa kau pikir ini jalanan nenek moyangmu?" Felix bertanya dengan nada ketus. Ya... Felix memang cocok untuk adu mulut. Dia tau benar intonasi yang harus dipakai untuk terkesan ketus di saat yang tepat.

Bukannya menjawab, pria itu hanya tersenyum sinis. Dagunya terangkat, tangannya kini terlipat di dada.

Hyunjin dan Jisung yang tahu sifat Felix, segera keluar dari mobil untuk menenangkan sang sahabat. Ini bukan waktu yang tepat untuk meladeni naluri liar Felix yang sering tersamarkan dengan senyuman manisnya.

"Tentu saja ini jalanan nenek moyangku, ini rumahku!" jawab pria itu masih dengan dagu terangkat.

Hyunjin dan Jisung ingin tertawa mendengar jawaban pria itu—berbanding terbalik dengan Felix yang mendengus lalu melipat tangannya di dada. Dia mencibir si pria pengendara mobil hitam.

"Maafkan dia. Dia tidak bermaksud untuk mencari masalah," ucap Hyunjin pada sosok pria itu. Hyunjin separuh menarik Felix untuk kembali ke mobil. Tentu saja Felix menolak. Matanya membesar. Ada tatapan dengan rasa terkhianati di sana.

"Maaf sebelumnya. Apa Tuan penghuni rumah ini?" tanya Jisung sedikit berhati-hati.

Pria itu mengangguk. Dia memberi Jisung tatapan bingung.

MINSUNG ― Little TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang