13: Demi Domin

594 128 46
                                    

***

**

*

"Segera kemasi barang-barangmu. Mulai besok, kau tinggal di rumahku!"

"Kau begitu polos, Jisung. Jika kau pintar, kau akan tahu bagaimana perasaan Minho padamu."

Dua kalimat itu terus mengiang di telinga Jisung. Ucapan Minho lalu ucapan Felix.

Memang otak kecil Jisung itu agak susah jika diajak berpikir cepat. Tapi, ini sudah semalaman, dan dia masih tak mengerti dengan ucapan Felix. Jika dia tidak salah paham, Felix bilang kalau Minho menyukainya, begitu, 'kan?

Ah, entah kenapa Jisung merasa itu tak mungkin.

Jisung merasa dirinya benar-benar bodoh karena tidak bisa mengerti apa yang dimaksud Felix. Sampai-sampai pagi ini Jisung bangun dengan hati yang gundah. Dia ragu apakah dia harus benar-benar pindah ke rumah Minho atau tidak. Jisung terus memikirkan apa jadinya jika dia tinggal di sana.

Seharian dia akan melihat Minho. Jelas itu menyenangkan. Dia bisa dengan mudah selalu mengindahi Minho.

Namun ... dengan begitu, dia akan semakin susah untuk konsentrasi bekerja karena pria pujaan hatinya akan terus berada dalam pandangan. Dengan kondisi begini saja kepalanya sudah dipenuhi kemelut antara mengikuti nasihat Hyunjin atau mengikuti pikiran setan Felix.

Memang tinggal di rumah Minho tampak akan menyenangkan, tapi juga menghadirkan banyak pertimbangan. Belum lagi soal Minsi.

Senang, sih, bisa terus bersama Minho. Tapi Jisung yakin kalau dia mengikuti hasratnya, maka dia salah. Minho sudah beristri.

Sejenak kepalanya dipenuhi dengan imajinasi akan Minho yang baru saja bangun tidur. Pasti seksi dan menggiurkan, pikirnya dalam hati. Jika ini film kartun, mungkin Jisung sudah mimisan karena membayangkan Minho. Dia bahkan tersenyum bodoh seperti orang mesum.

Tiba-tiba senyuman di wajah Jisung menghilang. Dia mengingat satu fakta, kali ini bukan soal Minsi, tapi Domin. Ya, senyumannya hilang. Mendadak berubah menjadi wajah ketakutan karena merasa ngeri ketika mengingat bahwa dia juga akan seharian bersama Domin.

Jisung mengentakkan kaki. Dia sedikit kesal karena bayangan indahnya tiba-tiba saja dirobek oleh bayangan Domin yang melemparkan senyuman jahil. Pria kecil itu akan lebih mudah menjahilinya bukan?

Tapi ... tak apalah. Jisung berusaha menyugesti dirinya agar dia bisa menikmati waktu bersama Domin yang dia sayangi itu. Mudah-mudahan Domin bisa lebih manis setelah ini.

Memang Domin jahil, tapi Jisung sudah telanjur sayang dengan Domin. Dan Jisung yakin, kehadiran Minsi bisa membuat Domin bahagia. Urusan hatinya sendiri, bisa pelan-pelan dia susut.

Akhirnya Jisung memutuskan mulai mengemas barang-barang. Semua barang yang kira-kira dia butuhkan dikemas dalam satu tas jinjing berukuran sedang. Dia memilih untuk tetap pulang ke rumah kontrakan sesekali, karena dia tahu kalau dia pasti akan merindukan dua sahabatnya yang menyebalkan sekaligus dia sayangi—sama seperti Domin.

Setelah selesai berkemas, Jisung langsung menaiki bus umum yang membawanya ke rumah Minho. Beruntung dia langsung mendapat kursi di bagian belakang. Dia bisa dengan leluasa menyimpan tas di bagian lorong dan tidak begitu mengganggu penumpang lain.

Sesampai di rumah Minho, dia langsung disambut oleh Minsi yang tampak cantik seperti kemarin.

"Hei, banyak sekali barang bawaanmu?" tanya Minsi sambil memperhatikan Jisung dari ujung rambut sampai ujung kaki.

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now