22: Ternyata

545 97 39
                                    



***

**

*



Di dapur yang berhias lampu temaram, Jisung termenung. Dia mengingat kejadian kemarin saat dia bertemu dengan Jeongin. Secangkir kopi hangat yang terletak di meja makan, terabaikan sejenak. Dia sedang berusaha untuk menenangkan pikiran.

Malam sudah sangat larut tapi dia masih belum bisa tertidur. Tiba-tiba saja dia teringat akan orang tuanya ketika melihat Minsi dan Domin kembali dari liburan singkat. Pikirannya terus melayang, mengingat kenangan indah ketika dia masih kecil dan sering diajak orang tuanya ke taman bermain untuk berlibur singkat.

Secangkir kopi hangat yang sempat terabaikan pun kini dia jamah. Kopi yang dia minum terus mengantarkannya ke kenangan-kenangan manis bersama orang tuanya. Seperti putaran video dokumenter kilasan kenangan manis itu silih berganti.

"Hei ...."

Jisung pun terbangun dari lamunannya.

Riak kaget menghiasi wajahnya. Sosok yang barusan menyapa adalah penyebabnya. Dia sama sekali tak menyangka akan bertemu dengan sosok yang kini berdiri beberapa langkah di hadapannya.

"T-Tuan? Kau pulang?" tanya Jisung.

Minho tidak mengeluarkan suara dan hanya mengangguk. Jisung pun hanya bisa mengamati Minho yang terlihat sangat lesu dan lelah.

Minho dengan malas melangkahkan kakinya ke arah kulkas. Dia mengambil salah satu gelas yang disusun rapi di atas lemari pendingin itu. Dia lantas menuangkan sedikit air dingin ke dalam gelas, lalu meminumnya.

"Apa ada yang ingin kau ceritakan, Tuan? Tampaknya kau banyak pikiran." Jisung menarik satu kursi dari meja seolah meminta Minho untuk duduk di sampingnya.

Minho melangkah ke arah kursi yang disediakan Jisung sambil memijat pelan keningnya. Embusan napas terdengar. Minho seperti mencari ketenangan sebentar.

Jisung hanya bisa menatap pria pujaan hatinya itu. Minho benar-benar tampak kelelahan.

Setelah cukup lama hanya terhiasi embusan napas, Minho pun menoleh, menatap Jisung, lalu tersenyum. "Kau sendiri, ada yang ingin kau ceritakan?" tanya Minho pada Jisung.

Jisung terkesiap. Dia kaget. Namun dengan cepat Jisung menggeleng sambil tersenyum.

"Jangan paksakan bibirmu untuk tersenyum kalau kau tidak mau," ucap Minho lagi sambil meminum air di gelas yang dia pegang.

Jisung menatap Minho seolah minta penjelasan.

Minho yang menyadari arti dari tatapan Jisung lalu menyentuh pipi Jisung. "Apa kau tak sadar kalau kau menangis?" tanya Minho sambil menghapus air mata Jisung.

Jisung yang kaget dan tak sadar kapan dia menangis langsung menaikkan telapak tangan untuk menghapus air matanya. Namun gerakannya terhenti. Tangan Minho menahan pergerakan tangan Jisung.

"Biar aku saja," ucap Minho sambil terus menghapus air mata Jisung.

Jisung hanya diam mematung melihat tingkah Minho. Jisung terharu karena pria pujaan hati masih menyempatkan diri untuk memperhatikannya, bahkan ketika dengan sangat jelas dia sendiri sedang letih.

"Kenapa kau menangis? Apa yang kau pikirkan?" Minho menangkupkan wajah Jisung dengan kedua telapak tangan. Dia lalu mengusap kedua mata Jisung dengan ibu jari secara lembut. Setelah itu dia menatap mata Jisung dengan lekat. Tak ada Minho yang tegas. Kali ini hanya ada Minho yang benar-benar tampak mengkhawatirkannya.

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now