23: Salah Paham

431 75 5
                                    

[Chapter Filler: side story kepanikan Domin soal Changbin yang memukuli Felix]

Hari ini aku up 2 chapter. Pastikan kamu baca chapter setelah ini juga, ya ^^


***

**

*







Kala itu Changbin menatap layar ponselnya yang menunjukkan waktu pukul delapan malam. Setelah yakin dia tak telat, dia pun menata rambutnya sambil melihat pantulan diri sendiri di cermin spion mobil. Saat ini dia tengah membawa Domin untuk jalan-jalan, dalihnya. Tentunya ada niat tersembunyi yang dia rencanakan. Supaya Domin menurut, Changbin membelikan topi berbentuk kepala kelinci lalu memakaikan ke kepala Domin. Memang Domin sempat cemberut tadi karena tidak ada topi kepala kelinci.

"Ya ampun!" Changbin membuat dirinya bicara dengan antusias dan nada sedikit tinggi. Domin sempat bergidik ngeri, karena suara rendah Changbin sangat tidak cocok untuk melakukan itu. "Ponakan siapa ini? Lucu sekali, sih!" Changbin lalu mencubit pelan hidung Domin.

Mendengar pujian Changbin barusan, Domin pun akhirnya tersenyum. Dia senang jika ada orang yang memujinya dengan sebutan lucu dan manis. "Terima kasih, Paman," ucap Domin sambil memegang topi yang kini terpasang di kepalanya. Matanya melirik ke atas seolah ingin melihat bagaimana topi itu jika dia pakai.

Changbin mengerti itu. Dia langsung mengaktifkan kamera depan ponselnya lalu berswafoto dengan Domin.

"Aku mau lihat." Domin menjulurkan dua tangannya untuk meminta ponsel Changbin.

Changbin pun memberikan ponselnya untuk Domin lihat. Senyuman lebar nan bahagia terus terpajang di bibir Domin. Dia puas dengan tampilan dirinya yang tergambar di ponsel Changbin. Situasi yang tak jauh beda juga terjadi pada Changbin yang merasa sudah berhasil mengiming-imingi ponakannya.

"Kau ingat dengan janjimu padaku, kan?" tanya Changbin sambil memegang pundak Domin.

Domin mengangguk cepat sambil tersenyum.

"Eung. Aku ingat," ucap Domin sambil terus melihat foto-foto dirinya bersama Changbin. "Laki-laki sejati harus menepati janjinya, kan, Paman?"

"Oke! Bagus!" Changbin bertepuk tangan dengan bangga. "Apa kau sudah siap?"

Domin mengangguk lalu mengembalikan ponsel Changbin. "Ayo taklukkan Felix Hyung!" teriak Domin sambil berloncat girang di dalam mobil. "Pokoknya aku mau adik bayi, ya, Paman!"

Changbin menahan tubuh Domin agar tak meloncat. Kalau ponakannya itu jatuh, sudah pasti dia dibunuh Kelinci Tua. "Iya ... iya ... nanti paman buatkan adik bayi yang banyak. Mau warna merah boleh, hijau juga boleh." Changbin bicara seolah adik bayi adalah balon. Dia menarik pelan tubuh Domin. "Tapi, sekarang kau harus duduk manis. Jangan melompat seperti itu. Nanti adik bayinya hilang."

Domin pun menurut. Dia langsung duduk manis menunggu Changbin membukakan pintu mobil untuknya. Setelah pintu mobil terbuka, Domin melompat lalu berlari kencang. Changbin sampai panik dibuatnya. Dia pikir ponakannya itu berniat kabur.

"Felix Hyuung!" Domin berteriak sambil berlari menghampiri Felix yang tampak sedang mengunci tokonya. Felix menoleh sebentar. Senyum manis mengembang di wajah Felix ketika melihat Domin.

Ya, benar sekali. Changbin menjadikan Domin sebagai alasan untuk bertemu dengan Felix. Domin kangen, kilahnya pada Felix.

Dengan segera Changbin melangkahkan kakinya untuk mendekati dua sosok yang membuat hatinya hangat. "Halo, Manis," sapa Changbin pada Felix lalu mengedipkan matanya.

Felix mengalihkan pandangannya pada Changbin lalu tersenyum kikuk. Sejak dinasihati Hyunjin agar jangan menggantungkan Changbin, Felix merasa kikuk kalau harus berinteraksi dengan pria di hadapannya itu. Apalagi setelah kemarin Changbin kembali menyatakan perasaannya ketika membawa Domin ke taman bermain. Ya, Changbin kembali menyatakan perasaannya pada Felix.

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now