11: Please, Dont

676 133 20
                                    


***

**

*


Suasana dapur masih diisi kehangatan antara Domin dan Minsi yang saling melepas kerinduan. Mereka berpelukan dan saling menghujani ciuman di pipi masing-masing.

Jisung hanya bisa memperhatikan interaksi ibu dan anak itu. Dia berusaha menyimpan rapat-rapat rasa sedihnya. Yang penting Domin bahagia.

"Kapan kau pergi lagi?" Itu Changbin. Dia muncul dengan wajah malas ketika melihat Minsi yang kini tengah bercanda dengan Domin.

Minsi mendongakkan kepalanya. Wajah cantiknya ketika berinteraksi dengan Domin hilang entah ke mana. Berganti dengan wajah kesal dan mendengus.

"Kau ini tidak sopan sekali! Bukan begitu caranya menyambut iparmu!" ucap Minsi sambil menggendong Domin.

Changbin hanya memutar bola matanya. Dia tampak malas ketika melihat Minsi.

"Kau masih berani mengucapkan kata itu? Aku yang mendengarnya saja malu," ucap Changbin sinis.

Changbin dan Minsi bertemu tatap. Mereka seolah melempar kebencian yang tak terbunyikan. Setelah itu Changbin melangkah. Dia melirik sebentar ke arah Jisung, lalu pergi entah ke mana.

"Mama, di mana Dadi?" tanya Domin pada Minsi.

Minsi mengangkat bahunya. Dia menoleh ke kanan lalu ke kiri, seolah berpura-pura mencari Minho untuk bercanda dengan Domin.

"Entahlah tadi dia ada di sini," ucap Minsi sambil mengusap-usap kepala Domin.

Domin menggeliat minta turun. Minsi menurutinya. Setelah Domin menyentuh lantai, dia berlari ke arah Jisung lalu mendongakkan kepalanya.

"Jusing, apa kau lihat Dadiku?" tanya Domin sambil menarik-narik lengan Jisung.

Jisung menggeleng. Dia cukup heran dengan Domin yang bertanya padanya. "Aku tidak tahu, Domin," ucap Jisung singkat.

Domin mengangguk. Dia melipat tangannya di dada, setelah itu dia tersenyum. "Aku cari Dadi dulu," ucap Domin entah pada siapa, lalu berlari ke arah ruang kerja Minho.

Di ruang kerja, Minho memijat pelan kepalanya. Dia Berusaha menenangkan diri.

Emosinya memang sempat naik ketika bersama Jisung tadi. Pemuda ceroboh itu begitu betah terus bertanya walau sudah dilarang. Dan itu berhasil menyulut amarahnya.

Tumpukan berkas kasus dan juga jurnal-jurnal hukum sudah Minho baca untuk menghapus emosinya. Namun semua tampak gagal.

Amarahnya masih terasa. Mulai dari Minsi yang tiba-tiba muncul, Changbin yang sangat malas bertemu Minsi, hingga Jisung yang terus bertanya walau sudah dilarang. Semua hal itu membuat urat leher dan kepalanya terasa berkedut.

"Dadi!" panggil Domin yang kini berdiri di ambang pintu ruang kerja Minho.

Minho mengalihkan pandangannya ke pintu yang sudah terbuka sedikit. Domin tampak lucu, dia menyembulkan kepalanya dari celah pintu.

Senyum langsung terpajang di wajah lelah Minho. Melihat Domin yang tampak lucu selalu menjadi vitamin penambah energi baginya.

"Domin," ucap Minho dengan perhatian penuh ke ambang pintu.

"Apa aku boleh masuk?" tanya Domin dengan nada imutnya.

Minho mengangguk pelan sebagai tanda mengizinkan Domin masuk. Tangannya melambai, memanggil Domin untuk mendekat.

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now