17 : Wish

526 107 54
                                    



...

..

.



"Siapa nama temanmu?" tanya Jeongin dengan wajah serius.

"Namanya Jisung. Kenapa?" Felix tak dapat menyembunyikan rasa penasarannya. Kali ini bahkan lupa kalau ada Changbin yang sedang memakai pahanya untuk dijadikan bantal.

Yang ada di pikiran Felix hanyalah kenapa sosok itu mencari Jisung?

Jeongin tidak langsung menjawab. Dia kembali merogoh tasnya lalu mengeluarkan selembar kertas dan menyodorkan kertas itu ke hadapan Felix. "Ini surat tugasku."

Felix mengambil kertas itu lalu membacanya. Dia mencoba memproses informasi yang ada di kertas itu. Banyak yang Felix tak paham, tapi setidaknya dia tahu kalau Jeongin adalah salah satu yang ditugasi dari kantor kejaksaan.

"Apa kau tahu tentang perusahaan Starlet?"

Pertanyaan Jeongin mengalihkan perhatian Felix. Dia lantas menatap Jeongin lalu menggeleng. Itu nama yang tak pernah dia dengar sebelumnya. Pembicaraan Felix dan Jeongin yang tampak serius membuat Changbin kini ikut mendengar—masih dengan posisi tidurnya.

"Itu perusahaan ayah temanmu. Sidang kasus perusahaan itu kembali dibuka karena banyak karyawan yang menggugat untuk kasus ini diusut lagi. Tampaknya Tuan Jipyeong begitu dicintai karyawannya, sehingga banyak karyawan yang menggugat kembali."

Jeongin berusaha menjelaskan sesingkat mungkin. Soalnya Changbin dengan tatapan membunuhnya sungguh membuat Jeongin risi.

Felix mengembuskan napas. Dia mengangguk-anggukkan kepala sebentar sambil menggumam panjang. Setelah itu dia menggaruk kepala.

"Maaf, kalau aku kurang mengerti. Tapi ... apa tujuanmu mencari Jisung?" tanya Felix. Kepala Felix bahkan miring sedikit, dengan jelas menggambarkan bahwa dirinya tengah heran.

Jeongin tersenyum, mencoba terlihat sabar dan manis. Dia pikir ketika Felix mengangguk, itu otomatis artinya Felix mengerti. "Aku membutuhkan Jisung untuk menjadi saksi persidangan kasus itu, Hyung."

"Apa itu artinya Jisung bisa kembali memiliki perusahaan ayahnya?" tanya Felix lagi.

Jeongin mengangkat bahunya sekilas. "Aku tidak bisa menjanjikan semua ini akan berjalan dengan mulus, tapi aku bisa pastikan kalau aku mengusahakan yang terbaik untuk Jisung dan perusahaan ayahnya."

Felix mengangguk lagi. Kali ini dia benar-benar mengerti. "Aku pasti akan membantumu. Apa yang bisa kubantu?"

"Beri tahu aku info tentang Jisung, Hyung," jawab Jeongin antusias. Dia kelewat bersemangat ketika mendengar Felix akan membantunya.

Felix menelengkan kepalanya sedikit, seolah ragu dengan permintaan Jeongin. "Sebenarnya Aku bisa saja memberikan info apa pun padamu, tapi kurasa lebih baik kau bertemu langsung dengannya."

Mata Jeongin otomatis berbinar dan wajahnya semringah. Dia kembali antusias dengan kekuatan bulan dan matahari yang berlipat. "Tentu saja aku mau kalau aku bisa. Itu akan lebih baik. Di mana dia? Apa dia belum pulang?" tanya Jeongin lagi.

Felix mengembuskan napas panjang. "Sayang sekali dia sudah tidak tinggal di rumah ini."

"Apa!? Ya, Tuhan ... cobaan apa lagi ini?!!" teriak Jeongin histeris dan berlebihan. Dia menjatuhkan dirinya di lantai lalu menendang-nendang kaki di udara seperti anak kecil berlaku lampa.

Changbin membuka matanya lebar-lebar. Dia memberi tatapan yang jauh lebih tidak suka—dari sebelumnya—pada Jeongin. Felix hanya memutar bola mata karena harus seruangan dengan dua orang yang baginya aneh. Dia hanya bisa berharap supaya Hyunjin cepat pulang dan menendang dua orang aneh ini keluar dari rumah mereka.

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now