15: Gelas Pecah

581 122 33
                                    



***

**

*



Minho menarik napas panjang.

Beberapa menit yang lalu, setelah tenang, Minsi memutuskan kembali ke rumah orang tuanya karena besok akan memulai perjalanan ke Boston.

Minho terus memikirkan Minsi yang terlihat masih sangat sedih dengan kematian suaminya, Dohyun Hyung-yang juga kakak kandung Minho. Mau tak mau topik itu terbahas tadi. Panic attack Minsi bahkan sempat kambuh. Beruntung obat penenang selalu ada di dompetnya.

Bayangan Minsi yang ceria kini lenyap. Dia sudah tak bersinar seperti dulu. Berganti dengan Minsi yang berusaha tetap ceria tapi ada kekosongan.

Di satu sisi Minho merasa tidak ingin melepaskan Domin. Di sisi lain dia ingin Domin merasakan kasih sayang kakek dan neneknya.

Minho sangat menyadari kalau Minsi dan orang tuanya juga punya hak atas Domin. Namun rasa bersalah Minho terhadap Dohyun sangat besar, sehingga dia merasa punya kewajiban merawat Domin sepenuhnya dan seutuhnya-walaupun dengan bantuan pengasuh.

Selain itu juga Minho sudah benar-benar menyayangi Domin seperti anaknya sendiri. Dia bahkan sudah terbiasa dengan sifat Domin yang cukup luar biasa untuk anak seumurnya.

Minho benar-benar lega dan beruntung karena Domin cocok dengan Jisung. Minho merasa sudah menemukan orang yang tepat untuk dipercayai membantunya mengasuh Domin.

Karena merasa ruang kerjanya begitu sumpek, Minho melangkahkan kaki menuju dapur-berniat mencari ketenangan. Menurutnya, segelas kopi sangat cocok untuk menenangkan pikiran.

Dia duduk di satu kursi dapur. Pikirannya melayang jauh. Matanya tertuju pada coffee maker.

Separuh tak menyadari keadaan sekitar Minho terus mengulang kenangan ketika dia, Dohyun, Changbin, dan Minsi jalan-jalan ke daerah pegunungan.

Saat itu dia dan Changbin membantu rencana Dohyun untuk melamar Minsi. Perlahan-lahan kenangan manis itu membuat Minho tersenyum getir ketika mengingat kenyataan saat ini. Betapa takdir seorang manusia tidak ada yang tahu dan dapat berubah hanya dalam hitungan detik.

"Minho ..." tegur Changbin sambil menggamit pundak Minho.

Minho mengembuskan napas sambil memegang dada. Tubuhnya sempat berjengit tadi. Jujurnya dia agak kaget.

"Kau membuatku kaget. Ada apa?" tanya Minho sambil melihat Changbin.

"Justru aku yang harus bertanya ada apa. Aku memanggilmu beberapa kali tapi tampaknya kau tak mendengarku."

Minho mengedarkan pandangannya untuk menghindari Changbin. Pandangannya kini terhenti pada sosok Jisung yang sedang menggendong Domin yang tertidur.

Jisung menundukkan kepala, tak mau melihat Minho yang dihiasi tatapan hampa.

Changbin yang menyadari interaksi antara Minho dan Jisung segera mengambil alih keadaan. "Bicaralah padanya. Biar aku yang antar Domin ke kamar," ucap Changbin sambil menepuk pundak Minho. "Kurasa semua sudah tepat. Dia berhak tahu secara utuh."

Changbin lalu melangkah menghampiri Jisung. Dia mengambil Domin dari gendongan sang pengasuh. Dia memberikan senyuman sambil mengedikkan kepalanya ke arah Minho.

MINSUNG ― Little TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang