18: STRESSED

564 113 51
                                    


Note: Chapter ini agak panjang. Silakan nyamankan posisi bacamu ^^

...

..

.



Ketika pagi menjelang, Jisung berdiri di dapur menyiapkan sarapan untuk Domin. Bubur kacang merah menjadi menu pilihan hari ini. Setelah itu, Jisung menyiapkan roti bakar keju dan cokelat untuk Minho dan Changbin.

Pembantu dapur yang biasa mengurusi makan orang dewasa itu tak datang karena sakit. Kalau urusan makanan Domin memang sudah menjadi tugas Jisung. Dan hari ini Jisung tak keberatan kalau ketambahan pekerjaan untuk mengurus sarapan orang dewasa juga—toh sekalian menyiapkan miliknya sendiri.

Jisung sedikit cemberut ketika melihat wajahnya yang tampak layu melalui pantulan cermin. Dengan cepat dia memaksakan diri tersenyum. Hasilnya tentu saja wajah Jisung kembali manis tanpa ada masalah.

"Jisung ...."

Suara serak yang mengagetkannya barusan membuat Jisung tanpa sadar menjatuhkan sendok bubur kacang merah. Dengan segera dia membalikkan badan. Jisung pun terkesiap.

Jisung mendapati Minho tengah berdiri tepat di belakangnya, masih menggunakan baju yang dipakai ketika pulang kerja tadi malam. Rambutnya tak beraturan dan wajahnya terlihat sangat letih.

"T-Tuan ... k-kau kenapa?" tanya Jisung sambil berusaha menyentuh wajah Minho.

Minho mengelakkan kepala, sedikit menjauh untuk menghindari sentuhan Jisung. Jisung pun dengan sadar segera menurunkan tangan. Dia tak bermaksud lancang, dia hanya kaget melihat Minho tampak kacau dan sedikit ingin membenarkan rambut pak jaksa itu.

"Tolong buatkan aku kopi hangat. Aku benar-benar lelah," ucap Minho lalu duduk di meja makan.

Jisung tak menyahut, dia langsung bergerak membuatkan secangkir kopi untuk Minho. Sesekali dia mengintip ke arah Minho yang kini menumpu wajahnya pada tangan kanan yang tersiku di atas meja. Baju kerja yang dia pakai tadi malam benar-benar masih lengkap menempel di tubuhnya. Pria pujaan hatinya itu bahkan masih memakai kaus kaki yang tadi malam.

Begitu kopi siap, Jisung mendekati Minho. Dia sodorkan gelas yang berisi kopi hangat itu dengan hati-hati.

"Tuan, ada apa? Apa kau tidak tidur semalam?"

Minho hanya mengangguk lalu menyesap kopi yang Jisung buat. Cangkir kopi itu kembali diletakkan di atas meja. Minho menunduk, memperhatikan jemarinya yang iseng memutar cangkir kopi.

"Wajah menangis Domin terus muncul di kepalaku. Aku tak bisa memejamkan mata, pikiranku terus-menerus bingung dan gundah. Bagaimana caraku untuk minta maaf padanya? Aku seperti tak bisa berpikir."

Minho kembali mengembuskan napas kasar. Dengan satu tangan dia mengacak rambutnya sendiri. Setelah itu, Minho kembali meminum kopinya. Lagi dan lagi tatapan mata Minho tertuju pada cangkir kopi yang dia putar dengan iseng.

Jisung tersenyum melihat pria pujaan hatinya. Dia tak mengira Minho memiliki sisi kalut seperti ini. Dia pikir Minho selalu tegas dan tenang seperti biasanya.

"Tak perlu rumit, cukup katakan kau minta maaf padanya, Tuan. Domin anak manis dan baik, dia pasti mengerti. Aku akan membantumu."

Minho menoleh ke arah Jisung tanpa reaksi. Dipandanginya sebentar wajah Jisung yang terhias senyum manis. Minho mengangguk lalu kembali menyesap kopinya. Dia menikmati senyuman hangat Jisung yang jauh lebih hangat dari secangkir kopi hitam dengan sedikit gula. Mungkin memang hatinya sudah jatuh kepada sosok pria ceroboh di hadapannya, tanpa dia sadari, dan tanpa bisa dia kendalikan.

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now