14: 3Min (Minho, Domin, Minsi)

542 109 14
                                    



***

**

*



Saat itu, matahari sudah mulai menuju barat. Minho memacu mobilnya dengan cepat. Dia ingin segera sampai di rumah ketika mendengar Minsi baru saja kembali dari luar negeri. Amplop surat panggilan dari pengadilan bersarang di saku jas. Dan hal itu harus segera dia bicarakan dengan Minsi tanpa tunda.

Sesampainya di rumah, Minho langsung melangkah lebar sambil membuka jas. Siring langkahnya, dia juga mengendurkan dasi yang lama-kelamaan terasa mencekik. Sambil mengatur napas dia menuju ruang kerjanya, di mana Minsi dan Changbin sudah menunggu.

Kepala Changbin dan Minsi langsung terfokus ke ambang pintu ketika Minho membukanya dengan agak kasar. Pintu intu menjeblak terbuka lebar, menampakkan Minsi yang tengah duduk di kursi depan meja kerja Minho, dan Changbin yang duduk di sisi jendela. Tampak sekali kalau suasana ruangan itu tegang dan kaku sebelum kedatangan Minho.

Begitu melihat Minho, Minsi langsung berdiri, menyambut Minho dengan senyuman lebar nan ceria.

"Oppa, ada apa kau menyuruhku datang? Aku sedang mempersiapkan barang-barangku untuk pergi lagi ke Boston," ucap Minsi sambil menggelayut di tangan Minho.

Minho hanya memutar bola matanya. Dia membiarkan Minsi menggelayut lalu duduk di kursi kerjanya. Minsi pun langsung kembali ke posisi semula, duduk persis di hadapan Minho dan hanya dipisahkan meja kerja Minho.

Minho mengembuskan napas. Tangan kanannya tersiku di meja dengan jemari memijat pelan kening sambil mengatur napas. Kacamata yang biasa dia pakai bekerja langsung dia simpan di laci meja.

Setelah cukup merasa tenang, Minho mengubah posisi duduknya untuk tegak.

"Bisa kau jelaskan padaku, apa maksud semua ini?" tanya Minho sambil melempar surat panggilan dari pengadilan ke atas meja.

Alis Minsi terangkat. Desahan kasar dari Changbin mengisi ruangan. Dia kini mendekat untuk juga duduk di kursi sebelah Minsi, berhadapan dengan Minho.

Minsi dengan segera membaca surat yang dimaksud Minho. Bibirnya komat-kamit berusaha mencerna tiap kalimat yang menjadi isi surat itu. Keningnya sempat mengerut, setelah itu matanya membesar dan panik melandanya.

Dengan perlahan dia kembali menghadap Minho. Tubuhnya sedikit condong untuk mengambil tangan Minho yang ada di atas meja.

"Opp-Mi-Minho ... A-aku bisa jelaskan ini semua," ucap Minsi dengan nada bergetar.

Nada manja dan manis ketika dia memanggil Minho dengan sebutan 'Oppa' pun hilang entah ke mana. Minsi beralih menjadi sosok serius dan separuh ketakutan sekarang.

Tubuhnya berjengit ketika Minho menepis tangannya. Belum lagi Changbin menggebrak meja.

Minho melempar tatapan dingin pada Changbin, dia tak suka dengan kelakuan sepupunya yang kasar pada Minsi. Namun Changbin tak ambil pusing. Dia sudah keburu dikuasai amarah.

"Kau memang di sini untuk itu. Segera kau jelaskan!" Changbin menghujani Minsi dengan nada dingin dan tatapan tak bersahabat.

Minsi melirik ke arah Minho lalu Changbin. Tak ada satu pun yang memberinya tatapan menenangkan. Dia merasa dikepung.

Sebagai pengalihan, Minsi memainkan jemarinya sendiri. Dia berusaha agar bisa bicara dan menenangkan dirinya yang mulai kalut.

"O-orang tuaku ... akhir-akhir ini s-sering melihat teman-temannya me-membawa cucu. M-mungkin mereka se-sedikit iri dan—"

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now