20: Pencarian

539 101 28
                                    



***

**

*



Suasana ruang makan di vila sedikit kikuk. Baru saja Minho menegur Jisung yang menurut Minho sedikit kelewat lama untuk menerima telepon. Entahlah telepon dari siapa itu.

Jisung langsung duduk rapi dan menghabiskan makanan sesuai perintah Minho.

Melihat wajah serius Minho, tiga nyawa lainnya kini juga kembali fokus ke makanan. Changbin tahu persis bahwa Minho tak suka ada orang yang fokus pada ponselnya di saat kumpul bersama seperti ini. Felix yang tampaknya mengerti keadaan dengan cepat mengunci mulut dan menjaga sikap. Setidaknya jangan sampai Minho marah saat ini.

Namun akhirnya keadaan pun berbalik. Tiba-tiba ponsel Minho berbunyi. Semua mata kini terfokus pada Minho.

Minho berniat tak mengacuhkan ponselnya. Tapi ketika melihat nama Jeongin tertera di layar ponsel, dia langsung mengangkat ponselnya.

"Ada apa?" Minho bertanya pada sosok yang meneleponnya sambil mengalihkan pandangan—tak mau bertemu dengan empat pasang mata yang kini tengah memperhatikannya.

"Aku punya berita tentang anak Tuan Jipyeong, Hyung. Apa kau ada waktu untuk mendengarkanku?" tanya Jeongin dengan nada bicara yang saat ini sudah gembira.

Minho langsung berdiri dari meja makan dan melangkah ke luar melalui pintu dapur. Dia benar-benar tak peduli dengan empat pasang mata yang memberinya tatapan mengejek. Dia ingin segera mendengar kabar dari Jeongin.

"Oke, kuharap ini berita bagus." Minho memosisikan dirinya untuk duduk di kursi panjang yang menjadi saksi adegan adu mulut dengan Jisung tadi malam.

Terdengar Jeongin mengembuskan napas sejenak sebelum bicara. "Aku belum berhasil menemui anak Tuan Jipyeong. Dia sedang pergi berlibur."

Mata Minho terpejam. Dia mengembuskan napas panjang sambil memijat pelan keningnya.

"Tapi tenang, Hyung! Tadi aku sudah bicara padanya melalui telepon. Aku juga sudah menitipkan surat pemanggilan pemeriksaan untuknya." Jeongin berusaha tampak antusias ketika melaporkan hasil usahanya hari ini. "Besok dia akan kembali dari liburannya dan akan langsung menghubungiku," sambung Jeongin lagi.

"Sungguh?" Minho merasa satu jalan keluar terbuka. "Baguslah. Aku juga besok akan kembali dari vila," ucap Minho dengan suara yang tak kalah antusias.

"Maaf, Hyung. Aku terpaksa mengganggu waktu istirahatmu."

Minho refleks menggeleng walau Jeongin tak melihatnya. "Tidak masalah. Kabar darimu sangat aku tunggu. Terima kasih banyak," ucap Minho terdengar datar, namun sejuta rasa terima kasih terkandung di sana.

"Oke, Hyung. Aku akan lanjut mempelajari berkas setelah ini."

"Oke. Menyetirlah dengan hati-hati."

Jeongin terkekeh. "Aku tidak menyetir, Hyung."

Minho mengerutkan alisnya sebentar. Setelah itu dia paham. "Oh, Seungmin menemanimu?"

Jeongin tak menjawab. Dia hanya terkekeh.

"Ya sudah. Ingatkan pacarmu untuk selalu menyetir dengan hati-hati."

"Siap, Hyung!" ucap Jeongin lalu menutup teleponnya.

Minho mengembuskan napas lega. Satu beban pikirannya seolah terangkat. Lagi dan lagi dia berterima kasih pada Jeongin. dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mentraktir Jeongin makan besok.

Setelah itu Minho kembali memasuki vila. Dia sedikit kaget ketika mendapati meja makan sudah sepi. Hanya ada Jisung di sana. Tiga nyawa lainnya sudah kembali duduk manis di depan televisi dengan posisi semula: Changbin berbaring di paha kanan Felix dan Domin duduk di sebelah kiri Felix.

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now