25: We

488 99 12
                                    

(sebagai referensi, mungkin kamu perlu baca ulang episode 16 ^^)

...

..

.



"Hyung, kurasa aku butuh bicara dengan Jisung hari ini. Apa kau bisa menyuruhnya datang?"

Minho mengalihkan perhatiannya pada Jeongin yang masih terus menatap berkas pemeriksaan kasus ayah Jisung sambil mengunyah donat cokelat. Jeongin selalu saja seperti itu ketika bekerja. Mulutnya tak pernah berhenti bergerak. Jika tidak disumpal dengan makanan maka dia akan terus bernyanyi atau pun mengeluarkan pembicaraan tak penting dengan cerewetnya. Dan Minho tak keberatan.

"Kenapa kau tidak menghubunginya sendiri?" tanya Minho.

Jeongin menghentikan kegiatannya lalu memutar bola matanya dan menghadap Minho. "Aku belum membayar tagihan ponselku, Hyung. Bantu aku, ya." Jeongin mengerjapkan mata dan memasang wajah memelas.

Minho menatap Jeongin yang kini memasang wajah memelas. Embusan napas panjang pun terdengar. Tangan Minho terjulur untuk meraih Ponselnya dan menelepon Jisung. Diam-diam dia juga senang punya alasan untuk menelepon Jisung.

Alis Minho langsung bertaut ketika tak perlu menunggu lama untuk tersambung dengan Jisung. Sepertinya Jisung terus menjaga Ponselnya. Ya, Minho tak tahu saja kalau Jisung sudah memasang dering khusus untuk kontak Minho.

"Di mana?" tanya Minho singkat.

"A-aku sedang di kampus. A-ada apa, L-Lino Hyung?" Setelah itu dia terkekeh malu-malu.

Minho menekan kuat bibirnya yang ingin tersenyum. Dia mendehem canggung saat bertemu tatap dengan Jeongin yang memberinya wajah heran. dia tak mau tertangkap basah sedang bertingkah seperti abege labil. "Domin di mana?" tanya Minho dengan nada dibuat-buat untuk tampak serius, Jeongin masih menatap soalnya.

"Setahuku, dia sedang pergi ke kebun binatang bersama Changbin dan Felix. Sehabis jalan-jalan dengan Minsi Nuna kemarin, Domin terus meminta untuk kembali bermain ke kebun binatang."

Minho menganggukkan kepala. Lupa kalau Jisung tak bisa melihatnya sekarang. Setelah mencoba mencari bahasan lain, Minho pun menyerah. Dia tak terbiasa berbasa-basi. "Bisa kau datang ke kantor?"

Terdengar kekehan senang Jisung di ujung telepon. Tentu Minho tak tahu kalau wajah Jisung mendadak ceria sekaligus memanas karena mendengar permintaan Minho. Dia kembali asik dengan spekulasinya sendiri.

"Ada apa? Apa kau mau aku temani makan siang, Lino Hyung?" tanya Jisung dengan rasa percaya dirinya.

Minho menaikkan satu alisnya. Ide yang bagus sebenarnya, tapi bukan itu tujuan Minho. "Tidak," jawab Minho singkat dan berhasil memukul K.O. harapan Jisung. "Jeongin ingin bicara denganmu untuk sidang besok."

"O-oh, baiklah. Sebentar lagi aku ke sana," jawab Jisung dengan nada lemah.

Tanpa ucapan penutup Minho langsung menutup Ponselnya.

Tangan kirinya merayap pelan merasakan dada kiri yang kini berdenyut kencang. Jantungnya berdetak cepat, hanya dengan mendengar suara Jisung. Bisa dia rasakan wajahnya sedikit panas dan otot bibirnya seolah minta diregangkan menjadi sebuah senyuman.

Dia pejamkan matanya untuk menikmati tiap detak jantung yang berdebar karena memikirkan Jisung.

"Hyung!"

Denyut bahagia di diri Minho langsung buyar begitu mendengar suara Jeongin. Minho terbatuk canggung lalu membenarkan posisi duduknya dan kembali menatap layar komputer.

"Bhagaihmahnah?" tanya Jeongin sambil mengunyah donatnya.

Minho menaikkan satu alisnya tak mengerti dengan bahasa yang keluar dari mulut Jeongin.

MINSUNG ― Little TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang