8: Pria Bunga

713 141 46
                                    


***

**

*

Cuaca di hari minggu pagi itu cukup cerah. Matahari bersinar dengan bebas, tanpa ada hambatan awan kelabu pembawa air hujan. Dua makhluk berwujud Changbin dan Domin kini sudah berada di depan rumah berwarna pink ungu, tempat tinggal Jisung.

Mereka berdua memutuskan untuk mengintai gerak-gerik Jisung. Lebih tepatnya Domin merengek pada Changbin, dan Changbin juga terdorong rasa ingin untuk mengetahui secara detail mengenai Jisung, sosok yang Changbin yakini mulai dilirik oleh Kelinci Tua.

Dan di sinilah mereka, serius mengintai dari dalam mobil, lengkap dengan kacamata hitam ala mata-mata bayaran. Domin dengan asyik mengunyah burger, sedangkan Changbin menyesap cokelat hangat yang mereka beli di resto cepat saji depan komplek perumahan. Sudah sekitar sepuluh menit mereka berada di sana.

"Paman, apa Jisung masih tidur?" tanya Domin sambil mengeluarkan lembar sayuran yang masih terselip di antara himpitan burger dengan wajah jijik. Sayuran itu Domin sodorkan ke mulut Changbin. Mulut Changbin otomatis terbuka lalu mengunyah sayuran yang masuk ke mulutnya. Setelah itu Changbin hanya mengangkat bahu, menjawab pertanyaan Domin sambil menyesap minumannya.

Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Tulisan 'Kelinci Tua' terpajang di sana. Otomatis dia memutar bola matanya malas.

Niatnya sih tidak mau mengangkat telepon itu, tapi Kelinci Tua yang juga keras kepala itu terus menelepon. Mau tak mau Changbin mengusap tombol hijau di ponselnya.

"Ada apa?" tanya Changbin malas.

"Kau bawa Domin ke mana?" Minho memang bukan tipikal yang akan bertanya dengan basa-basi.

"Tenang! Aku membawanya jalan-jalan untuk makan burger. Aku sudah janji padanya sejak kemarin." Well ... secara teknis Changbin tidak berbohong. Tapi ... memang kurang jujur sedikit.

Terdengar Minho mengembuskan napasnya dengan kasar. "Jangan kau ajarkan hal buruk padanya jika kau masih ingin hidup. Dia sudah cukup jahil untuk anak seumurnya!"

Changbin bisa menangkap kalau Minho separuh memberi ancaman barusan. Dia hanya terkekeh geli mendengar omelan Kelinci Tua itu. Memang Domin jahil, tapi sungguh! Changbin tak pernah mengajarkan hal buruk padanya. Changbin adalah definisi sempurna seorang 'Paman yang Baik Hati dan Tidak Sombong', mana mungkin dia mengajarkan hal-hal aneh pada Domin.

"Tenanglah! Dia memang pintar sejak awal, Hyung," canda Changbin pada Minho.

"Kuingatkan sekali lagi, jangan kau ajarkan dia hal buruk!" ucap Minho masih dengan nada seriusnya.

"Siap, Kapten!" balas Changbin lalu menutup teleponnya. Dia sama sekali tak menunggu sang Kelinci Tua memberikan kalimat penutup pidato.

"Dasar, Kelinci Tua!" caci Changbin sambil menyimpan ponselnya di saku jaket.

Domin menolehkan kepala. Dia menunjuk wajah Changbin dengan jemari gempalnya. "Hei! akan kulaporkan pada Dadi!" Anak kecil itu dengan santai ikut minum dari gelas Changbin—ambil kesempatan sedikit setelah mengancam Changbin.

Changbin hanya terkekeh geli. Dia kembali mengalihkan pandangannya pada rumah berwarna pink dan ungu itu sambil sesekali memastikan Domin minum dengan baik.

Tak lama kemudian Felix keluar dari pintu rumahnya. Dia berjalan ke teras rumah sambil membawa ketel untuk menyiram tanaman.

"Paman, lihat itu!! Jisung benar-benar menyimpan pacar di rumahnya!" ucap Domin sambil terus menunjuk-nunjuk arah rumah itu.

MINSUNG ― Little TroubleNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ