10: Pergulatan Hati

663 137 13
                                    



***

**

*

Masih di hari Minggu yang cerah, penunjuk waktu sudah memamerkan pukul dua siang. Changbin dan Domin masih terus mengawasi rumah pink ungu yang ditinggali Jisung. Domin belum mau pulang. Katanya ingin menunggui pacar Jisung.

"Paman, lihat itu ada laki-laki lain!" teriak Domin kepada Changbin yang mulai separuh tertidur. Jujur saja dia mengantuk.

Yang Domin maksud tadi adalah Hyunjin dan Bangchan. Sejoli itu keluar dari mobil lalu duduk di teras rumah.

Hyunjin dengan manjanya merebahkan kepala di pundak Bangchan. Entah apa yang mereka berdua perhatikan, yang jelas saat ini mereka berdua menghadap ke laptop yang berada di pangkuan Bangchan.

"Aku tahu pria baju kuning yang bersandar itu. Dia juga teman Jisung. Tapi, aku tidak mengenal pria yang memakai baju hitam itu, Domin. Mungkin itu pacar si baju kuning."

Domin mengangguk-angguk begitu mendengar penjelasan Changbin. Dia kembali memperhatikan dua pria yang duduk di teras.

Changbin sendiri mengusap matanya. Dia berusaha mengumpulkan nyawa dan merenggangkan tubuhnya yang mulai terasa kaku karena sudah duduk di mobil dari pagi hari.

"Paman, aku lapar," ucap Domin sambil menggoyang-goyang tangan Changbin yang kini kembali menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

Changbin mendengus, memeluk tangannya sendiri supaya tak diguncang oleh Domin. "Tunggulah sebentar! Aku juga lapar. Salahmu sendiri kenapa ingin terus di sini?" kata Changbin sambil berusaha kembali tidur.

Domin mengusili hidung Changbin. "Kau ini bagaimana, Paman? Bukankah kau bilang ingin membantuku?"

Changbin menepis pelan tangan ponakannya. "Aku memang ingin membantumu, tapi bukan berarti kita seperti orang jahat yang terus mengawasi rumah Jisung seperti ini, Domin. Seharusnya aku bisa mencuci mata di kafe atau taman kota."

Changbin benar-benar mendengus. Dia kehilangan kesempatan untuk mencari mangsa kencan satu malamnya karena menemani keponakannya yang terobsesi pada Jisung.

"Kalau tidak seperti ini bagaimana kita bisa tahu tentang Jisung, Paman?"

"Ah ... terserah kau sajalah. Paman mengantuk!" ucap Changbin sambil melipat kedua tangannya di dada.

Domin memanyunkan bibirnya ke arah Changbin yang memunggunginya sekarang. Tak kehilangan akal, kini Domin meronta sambil berteriak, "LAPAR!"

Changbin yang tadinya berniat tidur malah jadi terganggu dengan kegiatan Domin. Dia memutar tubuhnya untuk tersandar pada setir mobil.

Setelah itu, dia membenturkan kepalanya sedikit ke arah setir mobil. Dia hanya berusaha mengingat apa dosanya, sehingga harus mendapat ponakan seperti Domin. Dia kini menghadap Domin dengan senyuman manis yang dipaksakan. Sungguh, dia tengah menahan amarahnya.

"Domin apa yang kau lakukan? Tolong diam, ya, paman mengantuk," rengek Changbin sedikit memelas.

"Aku lapar, Paman! Ada toko roti di sana tadi. Biar aku yang mengawasi rumah Jisung," ucap Domin yang kini sudah duduk manis. Matanya mengerjap berusaha tampak lucu agar Changbin tunduk padanya.

Apakah berhasil?

Tentu saja!

Changbin tak pernah bisa menolak Domin yang menggemaskan. Dia menggaruk-garuk kepalanya sambil mengembuskan napas panjang.

MINSUNG ― Little TroubleWhere stories live. Discover now