6. Tiba-Tiba

27 4 0
                                    

"Kak, pulang yuk, gue udah ngantuk nih.", kata Byung Chan melihat jamnya yang sudah menunjukkan jam 11 lewat.
"Okey, gue ke kasir dulu, lo duluan aja ke mobil, nih kuncinya.", kata Seung Woo sambil menyerahkan kunci mobil kepada Byung Chan.
"Oke, bos.", jawab Byung Chan.

Byung Chan kemudian berjalan menuju parkiran mobil. Ia merasa ada orang lain yang memperhatikannya saat memasuki tempat parkiran itu. Namun ia berusaha untuk tidak menunjukkan kalau ia menyadari keberadaan si penguntit itu. "Apa mereka sasaeng ya, tapi masa iya sih.", gumam Byung Chan sembari memasuki mobilnya. Tidak lama kemudian Seung Woo datang dan mereka pun meninggalkan restoran itu.

"Tumben Seoul agak sepi, biasanya masih rame di jam segini.", kata Byung Chan melihat lalu lintas yang tidak begitu rame.
"Entahlah, orang-orang lagi mager mungkin, seperti teman-teman kita di dorm.", kata Seung Woo sambil tertawa.
"Bisa jadi tuh kak, haha. Kak, btw gue pengen tidur bentar ya, bangunin kalau sudah nyampe di dorm.", kata Byung Chan.
"Oke, tidur aja, nanti gue bangunin.", kata Seung Woo.

Seung Woo menjalankan kembali mobilnya, setelah tadi lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau. Namun tanpa disadari Seung Woo, dengan cepat truck kontainer besar dari arah depan menabrak mobil mereka. Seung Woo sempat berusaha untuk menghindari dan membanting stir ke kiri, namun sia-sia saja.

Brukk ciiittttt brakkk seeeerttttt

Suara tabrakan itu terdengar sangat keras, karena situasi jalanan yang memang sepi. Tidak ada kendaraan yang melintas untuk beberapa saat, setelah kejadian itu.
"Arghhhh", lirih Seung Woo, ia berusaha untuk membuka matanya dan menggerakkan tubuhnya. Tetesan darah mengalir dari pelipisnya.

Saat matanya telah terbuka sempurna, ia menyadari satu hal. "CHAANN!!", teriaknya cukup keras. Ia melihat ke arah Byung Chan yang kelihatannya terjepit di tempat duduknya. Seung Woo membuka sabuk pengamannya dan berusaha untuk menggerakkan kakinya yang sedikit terjepit.
"CHANN, bangun Chan.", panik Seung Woo, ia berusaha untuk mengeluarkan Byung Chan dari dalam mobil. Ia membuka sabuk pengaman Byung Chan dan menarik perlahan tangan dan kaki Byung Chan. Namun ia tidak berhasil.
Seung Woo kemudian keluar dari mobil dengan tertatih dan beralih menuju pintu disamping Byung Chan duduk. Pintu itu bisa terbuka meski hanya sedikit karena truck kontainer itu tepat berada disana.
"Chan, Byung Chan. Lo bisa denger gue? Tolong respon gue, please!! CHANN!!", panggil Seung Woo.
Byung Chan membuka matanya sedikit, darah yang mengalir dari pelipis Byung Chan mengenai matanya.

"Uhukk uhukkk", lirih Byung Chan terbatuk, seketika mulutnya mengeluarkan darah saat ia terbatuk tadi.
"Chan. Oh, tidak, Chan. Ku mohon, bertahanlah.", panik Seung Woo, sungguh Seung Woo tidak tau harus berbuat apa.
"Kak, gue baik-baik aja.", lirih Byung Chan berusaha untuk menenangakan Seung Woo.
"Ambulan, guuee guee telpon ambulan dulu.", kata Seung Woo gemetar dan mencari ponselnya yang tadi ia taruh di saku celananya.
"Kakk, loo nggakk paapa? Pelipis loo berdaraah jugaa.", kata Byung Chan terbata.
"Gue nggak papa, lo tenang aja. Lo nggak perlu khawatirin gue, oke. Yang terpenting saat ini adalah lo, lo lebih terluka daripada gue. Maafin gue.", kata Seung Woo penuh kecemasan. Kondisi Byung Chan sangat buruk saat ini.

Sesudah ia menelpon ambulan, ia kembali berusaha untuk mengeluarkan Byung Chan dari dalam mobil yang terhimpit itu dan berhasil. Dipeluknya erat tubuh Byung Chan yang tidak berdaya itu, ia pun terus memanggil nama Byung Chan. "Chan, please, tetap sadar. Ku mohon..", pinta Seung Woo.

Namun Byung Chan merasa tidak sanggup. "Maaff kakk, Chann masiih ngantukk. Chaan tiduur duluu yaa, jangaan khawaatir, Chaan baik-baikk ajaa..", kata Byung Chan lirih dan menutup matanya.

Beberapa saat kemudian, ada beberapa mobil yang lewat dan berhenti untuk melihat keadaan itu. Seseorang yang baru saja keluar dari mobil itu, langsung menghampiri.
"Sudah telpon ambulan?", tanyanya.
"Sudah, ambulan sudah menuju kesini.", jawab seseorang yang ada disana.

Full of SecretsWhere stories live. Discover now