17. Emosi

19 4 0
                                    

Perlahan Minhyun membuka matanya. Ia merasakan sakit diseluruh tubuhnya. Ia melihat kesekeliling ruangan itu, ada seseorang laki-laki yang ia kenal disana, Park Jinyoung. Dia adalah pengawal pribadi Minhyun, meskipun begitu mereka sangat akrab seperti saudara. Karena orang tua Jinyoung sudah bekerja dengan CEO Choi sejak lama. Sampai akhirnya Minhyun bekerja menjadi dokter, ia meminta Jinyoung untuk tidak mengawalnya lagi.
"Ngapain lo disini?", tanya Minhyun kepada laki-laki itu.
"Tuan dan Nyonya Choi meminta gue untuk jagain lo lagi. Meskipun lo bakal menolak, gue tetap akan bertugas. Karena ini perintah dari bos besar.", jawab Jinyoung.
"Hah", gumam Minhyun. Ia sungguh tidak mau dikawal lagi.

"Gimana keadaan lo? Tadi Tuan dan Nyonya disini. Seongwoo juga disini. Dia berpesan untuk menghubunginya, saat lo udah siuman.", kata Jinyoung sambil mengirim pesan kepada Dr. Seongwoo.
"Ngapain mereka disini?", tanya Minhyun.
"Kurasa menemui Byung Chan dan juga CEO Agensinya?", kata Jinyoung tidak yakin.

"Gimana perasaan lo?", tanya Dr. Seongwoo kepada Minhyun, saat tiba di ruang rawat Minhyun.
"Baik, lo nggak perlu panik gitu.", kata Minhyun datar.
"Bener-bener nih orang. Lo juga terluka, tapi lo nggak ngasih tau gue. Nyuruh gue pergi untuk segera nolongin Byung Chan. Lo juga dokter, seharusnya lo tau kondisi lo sendiri. Melakukan pertolongan pertama untuk diri sendiri aja lo nggak mau. Untung aja Nanda segera memberikan pertolong pertama ke lo saat itu.", kata Dr. Seongwoo cukup emosi.

"CEO itu juga seorang dokter?", tanya Minhyun mengalihkan topik pembicaraan Dr. Seongwoo.
"Dia punya lisensi untuk mengobati pasien.", jawab Dr. Seongwoo. "Eh, lo malah ngubah topik pembicaraan.", gerutu Dr. Seongwoo lagi.
"Sudahlah, intinya sekarang gue baik-baik aja kan? Nggak perlu heboh deh. Lu juga Jinyoung, pergi aja sana, gue nggak perlu dikawal. Gue mau tidur lagi. Jangan berisik lu pada.", kata Minhyun, ia cukup kesal dengan overprotectif teman-temannya ini.

"Eh, tunggu dulu. Nyonya Kim nelpon nih. Lu bicara dulu nih sama mama lo.", pinta Jinyoung kepada Minhyun sambil menyerahkan ponselnya ke Minhyun.

Minhyun menerima ponsel itu, ia pun menerima panggilan mamanya di ponsel Jinyoung saat itu. Mereka berbicara cukup lama. Setelah pembicaraan selesai, Minhyun menyerahkan kembali ponsel Jinyoung. Ia pun kembali bersiap untuk tidur. Teman-temannya hanya menggeleng kepala dan memakluminya.

***

"Subin gimana perasaanmu? Maaf tadi ibu pergi sebentar", tanya Bu Nanda.
"Nggak papa bu.. Subin baik-baik aja kok.", kata Subin, ia sungguh mengerti karena pasti banyak hal yang harus diurus oleh Bu Nanda.
"Syukurlah.. Nanti Subin cek kondisi mental ke Dokter ya. Ibu khawatir Subin trauma dengan kejadian kemarin.", pinta Bu Nanda.
"Iya bu. Tadi Dr. Yoo Jung sudah ngasih tau juga kok.", jawab Subin.
"Ibu sayang banget sama Subin. Ibu bersyukur kamu baik-baik aja sayang.", kata Bu Nanda sambil memeluk Subin. Subin pun membalas pelukan Bu Nanda. Ia merasa sangat tenang saat ini.

Setelah menghampiri Subin, Bu Nanda pergi ke ruang rawat Byung Chan. Ia belum menemui Byung Chan sampai saat ini. Setelah pertemuan dengan orang tua Byung Chan, Bu Nanda mengurus beberapa hal terkait kejadian semalam. Bu Nanda meminta kepolisian untuk mencari ketua penjahat yang kabur waktu itu dan juga meminta untuk mengungkap semua kejahatan yang sudah di lakukan oleh UWAI Group.

Meskipun sangat sulit untuk menyelidiki perusahaan besar seperti UWAI Group itu, tapi Bu Nanda yakin pasti ada celah untuk bisa menjatuhkan mereka. Mereka yang berbisnis dengan kejahatan dan kekerasan harus di musnahkan.

Tok tok tok

"Seung Woo, Byung Chan, ibu masuk ya?", kata Bu Nanda meminta ijin untuk masuk. Ia merasa segan untuk masuk karena perkataan Seung Woo tadi.
"Iya bu, masuk aja.", jawab Byung Chan yang memang sudah siuman beberapa waktu yang lalu.
"Seung Woo, kamu makan dulu ya. Sejak pagi kamu belum ada makan.", pinta Bu Nanda.
"Taruh disana aja bu, Seung Woo masih belum mood makan.", jawab Seung Woo datar.
"Yasudah, ibu taruh disini.", kata Bu Nanda.

"Chan, gimana perasaanmu? Ada yang sakit?", tanya Bu Nanda.
"Nggak bu, Chan nggak papa. Baik-baik aja kok.", jawab Byung Chan.
"Syukurlah.", jawab Bu Nanda sambil memeluk Byung Chan perlahan.
"Bu.. maaf, lagi-lagi Chan membuat ibu khawatir.", kata Byung Chan, sambil membalas pelukan Bu Nanda.
"Nggak perlu minta maaf, sayang. Kamu nggak salah. Asalkan kamu baik-baik aja, ibu sudah tenang.", jawab Bu Nanda.

"Bu.. Ibu udah tau semuanya?", tanya Byung Chan tiba-tiba. Seung Woo menceritakan kepada Byung Chan bahwa orang tuanya menemui Bu Nanda, namun ia tidak tau hal apa yang mereka bicarakan. Bu Nanda menggangguk.
"Maaf, kami sudah menyembunyikan ini semua dari ibu dan yang lainnya.", kata Byung Chan.
"Nggak papa. Kalian punya hak untuk tidak memberitau kami.", jawab Bu Nanda lagi.
"Ibu nggak marah?", tanya Byung Chan.
"Untuk apa ibu marah? Asalkan kalian tidak menyembunyikan hal-hal yang negatif, ibu nggak akan marah. Hanya saja ibu bingung, kenapa Kak Seung Woo marah kepada ibu, padahal dia yang membohongi ibu? Iya kan, Chan?", kata Bu Nanda sambil menyinggung Seung Woo.

Seung Woo langsung beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan keluar ruang rawat Byung Chan. Bu Nanda hanya menghela nafas. Ia melepas pelukannya kepada Byung Chan secara perlahan. Ia ingin menemui Seung Woo dan berbicara padanya.
"Ibu tinggal dulu ya, ibu ingin berbicara pada Kak Seung Woo.", kata Bu Nanda pada Byung Chan. Byung Chan mengangguk.

Brakk

"Ngapain lo kesini hah?", Seung Woo menarik kerah Minhyun saat itu dan mendorongnya ke arah dinding.

Bu Nanda yang baru saja keluar dari ruang rawat Byung Chan, kaget melihat tindakan Seung Woo. Pengawal dan juga Jinyoung berusaha untuk melerai.
"Seung Woo apa-apaan lo?", tanya Jinyoung.
"Diam lo semua, ini bukan urusan kalian!", bentak Seung Woo pada pengawal dan Jinyoung diam seketika.
"Seung Woo, apa nggak bisa kamu bicarakan ini dengan baik-baik?", tanya Bu Nanda menghampiri.

"Bicarakan baik-baik? Bagaimana bisa hal ini dibicarakan baik-baik? Dia yang selalu buat Byung Chan menderita. Dan gara-gara dia juga kan, Byung Chan mendatangi para penjahat itu?! Membahayakan nyawanya sendiri demi nolongin orang ini?", kata Seung Woo penuh emosi, ia mencengkram kerah Minhyun lebih kuat. Ia benar-benar marah saat ini.

Minhyun tidak berkata sepatah katapun sedari tadi. Ia tau apapun kata yang ia ucapkan tidak akan berarti apa-apa untuk Seung Woo yang sedang emosi saat ini. Ditambah ia masih merasa tubuhnya tidak kuat untuk melawan Seung Woo.

"Seung Woo lepaskan tangan lo! Lo nggak bisa nyalahin Minhyun gitu aja. Dia juga udah berusaha nolongin Byung Chan saat kecelakaan, dia bantuin mendonorkan darahnya untuk Byung Chan dan kemarin dia juga udah berusaha untuk nolongin Chan!", kata Dr. Seongwoo yang datang waktu itu.
"Terus? Apa dengan begitu semua kesalahannya bisa dimaafkan?", Seung Woo benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya. Ia tidak melepaskan sama sekali kerah baju Minhyun.
"Seung Woo, lepaskan!! Lo mau membunuh Minhyun. Seung Woo sadarlah!!", Bu Nanda meraih tangan Seung Woo yang mencengkram kerah Minhyun itu.

Perlahan cengkramannya melemah, Seung Woo melangkah mundur. Kepalanya terasa pusing, ia mengingat kejadian masa lalu yang tiba-tiba muncul. Ia menekan kepalanya dengan kasar.
"Arggggghh", teriaknya.
Semua yang ada disana kaget, begitupula dengan Bu Nanda.
"Seung Woo ada apa? Kepalamu sakit?", tanya Bu Nanda, Seung Woo tidak merespon. Ia tetap dengan posisinya menekan kepalanya.

Minhyun menghampiri, ia tau apa yang terjadi pada Seung Woo. Ia ingin menenangkan Seung Woo.
"Seung Woo, tenanglah.", kata Dr. Minhyun perlahan ingin menyentuh bahu Seung Woo. Siapa sangka, Seung Woo mendorong dengan kasar dan kuat tubuh Minhyun yang masih lemah itu. "Brengsek lo!!!", kata Seung Woo.

Brraakk

Lagi-lagi tubuh Minhyun terhantam ke dinding sampai ia terjatuh ke lantai. Infusnya juga terlepas dan mengeluarkan darah.
"Ahhhh", rintih Minhyun.
"Minhyun!!!", panik Jinyoung dan juga Dr. Seongwoo.
Mereka berdua langsung membawa pergi Minhyun dari tempat itu.

Sedangkan Seung Woo masih bergelut dengan rasa sakit yang ada dikepalanya. Bu Nanda langsung memeluk Seung Woo. Ia ingin menenangkan Seung Woo.
"Tolong, tenanglah. Seung Woo.", pinta Bu Nanda, sungguh ia tidak tau apa yang terjadi pada Seung Woo.

Seung Woo memiliki trauma akan kejadian saat ayahnya meninggal. Sejak saat itu, saat ia sedang tersulut emosi yang luar biasa. Ingatan tentang masa lalunya itu akan muncul secara tiba-tiba dan membuatnya merasakan sakit kepala yang luar biasa. Namun, sejak sepuluh tahun terakhir, traumanya itu tidak pernah muncul sampai pada akhirnya hari ini, traumanya kembali.

- bersambung

Full of SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang