33. Pemeriksaan

15 4 0
                                    

Disisi lain, saat ini di ruangan interogasi kepolisian Seoul, Lee Peniel sedang duduk sebagai seorang tersangka, tangannya pun diborgol. Ia juga terlihat terluka di lengan kanannya. Didepannya, ada Detective Jihoon yang kini sudah siap untuk menginterogasinya dengan berbagai macam pertanyaan.

Setelah menginterogasi kurang lebih 3 jam, Detective Jihoon pun keluar dari ruangan. Ia akan menyelidiki hal-hal terkait jawaban dan juga pernyataan dari tersangka Lee Peniel tersebut.

Sedangkan diperusahaan induk UWAI Group, polisi melakukan penjemputan paksa kepada CEO Lee Byung Young karena tidak memenuhi panggilan kepolisian sebanyak 3 kali. Beberapa hari yang lalu polisi juga telah melakukan penggeledahan pada perusahaan tersebut. Karena bukti dan juga pernyataan dari beberapa anak buah serta orang suruhan mereka yang telah berkata jujur. Maka CEO Lee Byung Young saat ini juga telah ditetapkan sebagai tersangka atas beberapa kejahatan yang sudah diperintahkan olehnya.

***

Bu Nanda yang sedang tertidur disisi samping tempat tidur Agen Daniel, merasa ada yang bergerak dari genggaman tangannya pada Agen Daniel. Ia lalu melihat ke arah wajah Agen Daniel.
"Niel??", panggilnya pelan sambil mengelus pelan pelipis Agen Daniel.
Tangan Daniel yang masih digenggam Bu Nanda pun bergerak lagi.
"Niel, lo udah sadar? Bisa dengar gue?", tanya Bu Nanda, ia merasa sangat senang karena ada respon dari Daniel.

Perlahan mata sipit Daniel, terbuka. Ia mengedarkan pandangannya dan dilihatnya Bu Nanda yang tengah melihatnya sambil menangis bahagia.
"Niel..", panggilnya lagi, kali ini Bu Nanda memeluknya dan membenamkan wajahnya kebahu kiri Daniel, ia menangis sesegukan disana.

Daniel ingin sekali membalas pelukan itu, namun tubuhnya masih belum bisa bergerak dengan leluasa. Ia masih merasa sakit disekujur tubuhnya. Ia hanya bisa membalas genggaman tangan Bu Nanda.
"Jaangann nangiiss..", lirih Daniel dari balik masker oksigennya. Ia berusaha untuk menenangkan Bu Nanda.
"Maaff..", lirih Daniel lagi. Namun Bu Nanda masih saja menangis, ia tidak menjawab perkataan Daniel tadi. Ia hanya terus menangis. Daniel pun menghela nafas lagi.

"Sudahhh..", pinta Daniel lagi. Ia tidak ingin Bu Nanda menangis lebih lama. Akhirnya Bu Nanda pun melepas pelukannya dan perlahan menghentikan tangisnya. Daniel berusaha untuk memberikan senyum terbaiknya dari balik masker oksigennya itu.

Saat dirasa agak tenang, Bu Nanda memanggil Dr. Seongwoo untuk memeriksa keadaan Daniel. Dr. Seongwoo dan beberapa perawat pun datang. Setelah pemeriksaan selesai, Dr. Seongwoo menenangkan Bu Nanda dan menjelaskan tentang kondisi Daniel saat ini.
"Tenanglah, Daniel baik-baik aja sekarang. Dia hanya perlu memulihkan luka bekas tembaknya. Untuk kondisi yang lain, dia sudah aman.", kata Dr. Seongwoo sambil menyerahkan laporan medis Daniel kepada Bu Nanda. Daniel yang mendengar itu juga mengangguk untuk menenangkan Bu Nanda yang sedari tadi terus menatapnya.

Setelah Dr. Seongwoo pergi untuk memeriksa pasien yang lain. Kini Daniel sudah memakai nasal canula sehingga ia mudah untuk berbicara.
"Kenapa terus memandangi gue?", tanya Daniel, karena memang hanya ada mereka berdua diruang rawatnya ini. Semenjak tadi Daniel juga tidak melihat ada rekan-rekannya yang lain.
"Lo nggak papa?", tanya Daniel lagi. Ia merasa aneh dengan sikap Bu Nanda saat ini.
"Gue nggak papa kok.", jawab Bu Nanda, sambil tersenyum. Namun senyumnya itu terasa lain.

"Lo sedang nggak baik-baik aja, gue tau itu.", kata Daniel, ia tau Bu Nanda masih merasa bersalah dan sangat tertekan dengan kejadian waktu itu. Daniel meraih tangan Bu Nanda dan berusaha untuk menenangkannya lagi.
"Gue nggak papa, gue baik-baik aja sekarang. Ini juga bukan salah lo.. Jadi, lo jangan nyalahin diri lo sendiri ya?", kata Daniel lagi.

Bu Nanda mengangguk dan lagi ia kembali menangis.
"Tenanglah, hey??", panggil Daniel.
"Gue bodyguard lo, jadi wajar kalo waktu itu gue ngelindungin lo. Yang lain juga pasti akan melakukan hal yang sama, karena itu adalah pekerjaan gue. Kalaupun terluka, itu jelas pasti resikonya kan?", jelas Daniel.
"Lo udah gue pecat, jadi bodyguard gue. Lo hanya teman gue sekarang.", kata Bu Nanda tiba-tiba.
"What? Wah, lo bener-bener ya. Gue udah hampir mati ngelindungin elo, malah dipecat bukannya naik jabatan juga.", gerutu Daniel.

Bu Nanda hanya menatap datar wajah Daniel. Daniel yang menyadari ada kata-kata yang salah dari perkataannya tadi langsung menenangkan Bu Nanda lagi. Ia meminta Bu Nanda untuk memeluknya karena ia masih belum bisa leluasa menggerakkan tubuhnya itu.

"Gue udah nggak papa sekarang. Jadi lo nggak perlu khawatir lagi, oke? Gue nggak suka liat lo yang seperti ini. Lo tenangin diri lo ya, nggak perlu merasa bersalah, oke?", kata Daniel lagi. Bu Nanda hanya mengangguk dipelukan Daniel saat itu. Ia memang merasa cukup tenang saat ini.

***

Pagi itu, anggota SVS sedang beristirahat diruang rawat Byung Chan. Lebih tepatnya mereka memilih untuk pulang ke RS setelah menyelesaikan jadwal mereka tadi malam. Mereka memiliki jadwal yang cukup padat akhir-akhir ini, meskipun Byung Chan tidak ikut berpartisipasi dalam jadwal grub.

"Gimana perasaan lo Chan? Udah mendingan?", tanya Hanse.
"Iya kak, udah mendingan kok.", jawab Byung Chan.
"Syukurlah kalo gitu.", jawab Hanse.
"Hari ini, masih ada jadwal grub kah kak?", tanya Byung Chan, karena memang ia tidak memperhatikan jadwal individu maupun jadwal grub, selama ia hiatus saat ini.
"Masih nih, nanti kita berangkat jam 11 siang, makanya yang lain masih pada tidur. Kenapa Chan?", tanya Hanse lagi, ia memberikan beberapa potong apel yang ia kupaskan untuk Byung Chan.
"Oh, nggak papa kak. Nanya aja..", jawab Byung Chan.

"Oh iya, kakak lo tadi balik ke kamarnya saat lo masih tidur.", kata Hanse, ia teringat Kak Minhyun yang semalam menjaga Byung Chan saat mereka tiba diruangan itu. Byung Chan mengangguk mengerti karena ia menyadari saat ia bangun Minhyun sudah tidak ada dikamarnya itu.

"Bu Nanda..", sapa Hanse saat melihat Bu Nanda memasuki ruang rawat Byung Chan itu. Bu Nanda mengisyaratkan untuk tetap tenang, karena ia tidak ingin membangunkan anak-anak yang lain yang masih tertidur. Hanse pun mengangguk.
"Gimana perasaanmu, Chan?", tanya Bu Nanda sambil memeriksa kening Byung Chan dengan tangannya.
"Udah baikan kok bu, aman.", jawab Byung Chan sambil tersenyum.
"Syukurlah.. Hanse nggak istirahat? Yang lain masih pada tidur.", tanya Bu Nanda.
"Nggak, bu.. Hanse udah strong, jadi nggak perlu istirahat lagi.", kata Hanse penuh semangat.
"Kamu ini.. Jangan lupa minum vitamin nanti ya. Udah pesan sarapan?", tanya Bu Nanda sambil mengelus pelan rambut Hanse.
"Udah bu. Tadi Kak Jisung telpon, mau kesini sambil belikan sarapan.", kata Hanse.

Bu Nanda menghampiri, anak-anak yang lain. Ia merapikan selimut mereka dan juga memeriksa kening mereka, khawatir mereka tidak enak badan karena jadwal yang cukup padat itu. Bu Nanda melihat wajah lelah namun tenang dari mereka. Bu Nanda akan mengajak mereka liburan akhir tahun ini ke Indonesi, setelah semua masalah selesai. Ia masih belum bisa mewujudkan keinginan Byung Chan dan Subin beberapa tahun yang lalu itu.

***

"Lo, siapa?", tanya Dr. Seongwoo saat melihat seseorang yang berpakaian dokter menyuntikan sesuatu ke dalam infus yang masih terpasang di tangan Minhyun yang sedang tertidur itu.
"Lo dokter magang? Apa yang lo suntikan itu?", tanya Dr. Seongwoo yang masih agak kaget, karena seharusnya Minhyun tidak menerima pengobatan apapun kecuali pemeriksaan rutin saja.

Praaakkkkk

Seseorang yang berpakaian dokter itu melemparkan vas bunga kepada Dr. Seongwoo secara tiba-tiba. Untung saja Dr. Seongwoo bisa menghindar. Ia pun berusaha untuk melawan orang itu. Minhyun yang mendengar keributan itupun terbangun.
"Hyun, cepat lepas infus lo.", teriak Dr. Seongwoo. Minhyun yang merasa pusing berusaha bangun dari posisi tidurnya untuk melepas infusnya.
"Uhukkk, uhuukkk.", Minhyun yang baru saja melepaskan infusnya, tiba-tiba batuk darah.

Jinyoung yang berada di toilet ruangan itu, langsung keluar saat mendengar keributan. Begitu juga dengan bodyguard yang ada diluar ruangan. Dr. Seongwoo yang kaget melihat Minhyun langsung menekan tombol darurat. Minhyun sudah tidak sadarkan diri.

"Siapa lo dan apa yang lo lakukan, bangsat!!!", amarah Jinyoung memuncak, ia menghajar habis-habisan orang yang menggunakan baju dokter itu.
"Dia akan mati.", jawab orang itu sambil menyeringai, meskipun dipukul oleh Jinyoung.

Bu Nanda yang baru tiba di depan ruang rawat Minhyun sangat kaget dengan kejadian yang ia lihat. Ia langsung menghampiri Dr. Seongwoo yang sedang melalukan CPR pada Minhyun.
"Intubation", pinta Dr. Seongwoo. Bu Nanda pun mengangguk, ia mengambil peralatan yang ada di rak meja disamping ia berdiri.
Tidak beberapa lama, perawat dan dokter lain juga tiba, saat mendengar Kode Blue diruangan itu.

***

- bersambung

Full of SecretsWhere stories live. Discover now