23. Kekacauan

17 4 0
                                    

Tok tok tok

"Chan, Subin, kalian ikut jogging gak? Kemarin katanya mau keliling taman?", panggil Seung Woo dari balik pintu kamar Byung Chan.
"Hmm, jam berapa sih ini?", gumam Subin. Subin melihat ke arah jam dinding yang ada didepannya.
"Wait, Kak Woo.", kata Subin agak berteriak. Dilihatnya Byung Chan masih, tertidur dengan pulas.
"Hmm, gak usah dibangunin deh.", kata Subin dalam hati. Ia pun beranjak dari teman tidur dengan hati-hati.

"Chan gak ikut?", tanya Seung Woo, saat hanya Subin yang keluar dari dalam kamar.
"Kak Chan, masih tidur tuh. Subin gak enak bangunin.", jawab Subin.
"Ya udah, kamu bersiap dulu deh. Kak Woo mau masuk sebentar.", jawab Seung Woo, ia ingin menghampiri Byung Chan ke kamarnya.

"Chan..", panggil Seung Woo pelan. Seung Woo duduk di pinggir tempat tidur Byung Chan. Ia juga merasa enggan untuk membangunkan Byung Chan yang terlihat sangat tenang dalam tidurnya. Seung Woo menyentuh pelan dahi dan pipi Byung Chan, ia terkadang merasa perlu mengecek kesehatan Byung Chan. Ia khawatir jika Byung Chan terkena demam tiba-tiba. Namun, suhu tubuh Byung Chan, terasa normal. Byung Chan tidak bergeming dari tidurnya.
"Hmm, kita tinggal bentar ya Chan. Kami mau jongging dulu.", kata Seung Woo, meski ia tau bakal tidak ada jawaban dari Byung Chan.

Tanpa disadari, setelah Seung Woo keluar dan menutup pintu kamar, Byung Chan membuka matanya. Lalu ia kembali beranjak untuk tidur dengan membenarkan posisinya dan juga selimutnya.

"Chan gak ikut?", tanya Heochan.
"Masih pulas tidurnya.", jawab Seung Woo.
"Oh, ya sudah. Kasian juga kalau dibangunin.", jawab Heochan.
"Jadi Kak Sejun dan Chan kita tinggal ya. Baiklah, kita gooo.", seru Hanse yang cukup bersemangat pagi ini untuk jongging.

***

Setelah puas keliling taman, anak-anak SVS pun kembali ke dorm. Seung Woo langsung ke kamar Byung Chan, untuk mengecek keadaannya. Karena Seung Woo memiliki trauma sendiri saat meninggalkan Byung Chan.

"Chan, lo masih tidur?," panggil Seung Woo dari balik pintu. Namun tidak ada jawaban. Seung Woo pun memasuki kamar Byung Chan yang memang tidak dikunci. Byung Chan tidak ada di tempat tidurnya. Namun Seung Woo mendengar suara kran air dari kamar mandi. Ia berjalan menuju kamar mandi. Seung Woo kaget, melihat air keluar dari balik pintu kamar mandi.

"Chan!!", panik Seung Woo. Ia menggedor pintu kamar mandi itu. Namun tidak ada jawaban.
"Chann, buka pintunya. Lo bisa dengar gue? Chan!! Lo baik-baik aja? Chaann!!", teriak Seung Woo.

Heo Chan dan Sejun yang mendengar teriakan Seung Woo, masuk ke kamar Byung Chan dan menemui Seung Woo di depan kamar mandi.
"Ada apa kak?", tanya Sejun.
"Carikan kunci serepnya, cepat!", pinta Seung Woo. Sejun pun dengan cepat menuruti saja, meskipun dibenaknya penuh dengan berbagai pertanyaan. Sedangkan Heo Chan berusaha untuk mendobrak pintu itu bersama Seung Woo.

Tidak lama, Pak Eko dan Bu Sri datang bersama Sejun dan anggota SVS yang lain. Mereka dengan cepat membuka pintu kamar mandi itu. Betapa terkejutnya mereka, melihat Byung Chan menenggelamkan diri di bak mandi yang terisi penuh dengan air.

"CHAAANNNN!!", panik Seung Woo, dengan cepat ia, mengangkat tubuh Byung Chan yang sudah tidak berdaya itu, keluar dari bak mandi. Ia membawa Byung Chan keluar dari kamar mandi di bantu dengan Seung Sik.

Setelah membaringkan kembali tubuh dingin Byung Chan, Seung Woo langsung melakukan CPR dan memberikan bantuan pernafasan. Detak jantung Byung Chan, tidak terasa lagi. Namun denyut nadinya masih terasa meskipun sangat pelan. Itu yang dirasakan oleh Seung Woo. Entah sudah berapa lama Byung Chan menenggelamkan dirinya seperti itu.

Bu Sri mengambil peralatan P3K yang memang tersedia di rumah itu, sedangkan Pak Eko menelpon ambulan. Dan anggota SVS yang sangat syok dengan keadaan ini, berusaha untuk menenangkan diri mereka. Terutama Subin yang sangat syok dengan hal ini.

"CHAAAANN, GUE MOHON, BERTAHAN!!", teriak Seung Woo. Ia merasa tidak ada respon dari Byung Chan. Pak Eko sudah dua kali melakukan kejut jantung, namun tidak ada respon yang terbaca di defibrillator itu.

Seung Woo terus melakukan CPR tanpa henti. Dia tidak akan pernah membiarkan Byung Chan meninggalkannya seperti ini. Tidak beberapa lama, ambulan datang. Petugas medis yang datang, langsung mengambil alih untuk menyelamatkan Byung Chan.

"Kak Seung Woo, tenanglah kak.", pinta Hanse. Seung Woo benar-benar terlihat menyedihkan saat ini. Ia menangis dan terlihat sangat lelah. Ia benar-benar kehilangan nyawanya.

Dengan berbagai pertolongan yang dilakukan petugas medis yang datang tersebut. Akhirnya detak jantung Byung Chan kembali. Hal itu sangat menenangkan untuk mereka semua. Byung Chan pun dibawa ke RS, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Tentu saja Seung Woo ikut bersama Byung Chan.

Bu Nanda yang mendapatkan laporan mengenai situasi dirumah, segera kembali menuju ke rumah sakit tempat Byung Chan dibawa. Ia tidak habis pikir hal ini akan terjadi. Karena tadi ia berpamitan dengan Byung Chan, untuk pergi keluar kota. Siapa sangka, pelukan yang Byung Chan berikan kepada Bu Nanda tadi adalah tanda jika Byung Chan ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

***

Disisi lain, tepatnya di RS CTH Group, Minhyun yang saat ini berstatus sebagai pasien di RS tersebut, baru saja menyelesaikan pemeriksaan rutinnya. Setelah kejadian beberapa minggu yang lalu itu, sampai membuat kondisinya drop dan harus dirawat dirumah sakit. Kini ia sudah merasa lebih baik.

"Minhyun, gimana perasaanmu?", tanya wanita paruh baya itu yang tidak lain adalah Nyonya Kim, ibu Minhyun dan Byung Chan.
"Baik-baik aja, ma. Jangan khawatir.", jawab Minhyun berusaha menenangkan mamanya. Mamanya memang orang yang mudah panik.
"Kamu makan dulu ya, mama suapin?", kata Nyonya Kim. Minhyun pun mengangguk.

Setelah selesai makan, Minhyun meminta mamanya untuk menemaninya jalan-jalan di taman RS. Ia merasa benar-benar bosan saat berada di ruang rawatnya. Ia pun duduk di kursi roda, karena ia masih belum kuat untuk berjalan.

"Maa.. Minhyun kangen, saat Minhyun masih kecil. Saat keluarga kita masih utuh. Dan tidak memikirkan hal-hal yang lain", kata Minhyun setibanya di taman.
"Mama juga, sayang..", kata Nyonya Kim sembari menahan air matanya. Ia teringat akan Byung Chan yang sudah cukup lama tidak berada disekelilingnya.

Minhyun merasa menyesal karena kejadian waktu itu harus terjadi. Seharusnya ia tidak memikirkan egonya saja, tetapi juga memikirkan perasaan Byung Chan yang masih kecil saat itu. Ia sangat merindukan sosok adik kecilnya yang sangat ceria itu.

"Seandainya waktu bisa diulang.", batin Minhyun seorang diri.

"Nak, masuk yuk. Cuacanya makin dingin. Wajahmu juga mulai pucat, kamu kedinginan ya?", tanya Nyonya Kim khawatir.
"Nggak papa kok, ma. Tapi emang cukup dingin sih.", kata Minhyun.
"Ya sudah, yuk kita masuk dulu.", pinta Nyonya Kim. Minhyun pun mengangguk.

***

Sesampainya di rumah sakit tempat Byung Chan dirawat, Bu Nanda langsung menuju ke ruang rawat Byung Chan.
"Bagaimana keadaannya, Dok?", tanya Bu Nanda, saat memasuki ruang rawat Byung Chan. Dokter yang menangani Byung Chan masih berada disana.
"Kondisinya sudah stabil, anda tidak perlu khawatir. Kita tinggal tunggu pasien untuk sadar saja. Kami juga sedang menghangatkan suhu tubuhnya.", jawab si Dokter.
"Syukurlah.. Trimakasih, Dok.", jawab Bu Nanda.
"Iya bu. Sama-sama. Nanti saat pasien sadar, tolong hubungi kami. Kami akan mengecek kondisinya nanti. Kalau ada apa-apa, segera hubungi kami. Kami permisi dulu.", kata Dokter lagi.
"Baik dok.", jawab Bu Nanda.

Setelah dokter dan perawat keluar, Bu Nanda menghampiri Seung Woo.
Ia terlihat sangat berantakan saat ini. Bu Nanda langsung memeluk Seung Woo. Bu Nanda bisa melihat, dalam diamnya Seung Woo saat ini, ia menangis, menangis dalam diamnya. Benar saja, saat Bu Nanda memeluknya, Seung Woo langsung mendekap erat Bu Nanda dan mengangis dengan sejadinya.

"Kenapa Byung Chan melakukan ini lagi, bu.. Kenapa dia menyembunyikan semua masalahnya.. Kenapa dia nggak mau cerita sama aku, bu.. Aku nggak mau dia seperti ini.. Apa aku bukan kakak yang baik untuk dia? Kenapa dia nggak pernah menganggap aku bu..", isak Seung Woo.

"Tenanglah, Seung Woo.. Chan nggak mungkin menganggap kamu seperti itu.. Kamu kakak yang sangat baik, sayang..", Bu Nanda berusaha untuk menenangkan Seung Woo.

"Kak Woo.. Maafff..", lirih Byung Chan.

- bersambung

Full of SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang