26. Deadline

16 4 0
                                    

Malam itu, disalah satu restoran terkenal di Korea Selatan, pertemuan keluarga akhirnya terlaksana. Ada orang tua Byung Chan, Byung Chan, Minhyun, Seung Woo, dan juga mamanya Seung Woo. Pertemuan itu berjalan lancar, mereka membahas masalah dimasa lalu dan sudah saling memaafkan. Mereka juga mengabadikan moment itu dengan berfoto bersama. Setelah itu, mereka pun menikmati makan malam itu.

"Maaf, saya permisi ke toilet, sebentar.", pamit Minhyun tiba-tiba di sela makannya.

Byung Chan yang sedari tadi memperhatikan Minhyun, terlihat khawatir, ia kembali melihat wajah Minhyun yang pucat malam ini.

"Ma, Kak Minhyun sakit? Kok wajahnya pucat.", tanya Byung Chan kepada mamanya setelah Minhyun pergi.
"Nggak kok, dia baik-baik aja. Mungkin lagi kelelahan aja.", jawab mamanya cukup gugup.
"Kemarin juga pas ketemu di cafe, Kak Minhyun juga keliatan pucat. Jangan kasih pekerjaan yang berat terus pa, ke Kak Minhyun, kasihan Kak Minhyun kecapekan terus.", pinta Byung Chan.
"Iya, Chan. Papa akhir-akhir ini sering keluar negeri. Kemarin baru pulang, jadi Kak Minhyun gantikan pekerjaan papa dulu disini. Setelah ini, papa suruh dia istirahat kok.", jawab papanya yang juga terlihat gugup.

Byung Chan mengangguk pelan. Jelas saja orang tuanya juga berusaha untuk menutupi keadaan kakaknya. Mereka juga tidak ingin Byung Chan tau, kondisi Minhyun yang sesungguhnya. Byung Chan cukup kesal, dengan mereka yang menyembunyikan sesuatu seperti ini. Seung Woo menyadari, ada yang aneh dari sikap Byung Chan, yang sedari tadi selalu memperhatikan Minhyun.

"Saya permisi ke toilet juga ya.", kata Seung Woo. Yang lain mengangguk sebagai jawaban.

Uhuukk uhuukk

Seung Woo mendengar suara batuk dari wastafel di toilet khusus pria itu. Ia menghentikan langkahnya, saat tiba-tiba melihat Minhyun mimisan dan juga batuk darah.

"Shit. Kenapa harus disaat seperti ini sih.", gerutu Minhyun saat batuknya sudah mereda. Ia kemudian menelan beberapa obat yang dibawanya di saku jasnya. Mimisannya juga sudah berhenti. Ia pun menghela nafas pelan.
"Lo sakit? Pucat banget tu muka.", tanya Seung Woo yang baru memasuki area toilet pria itu.
"Eh, Seung Woo. Nggak kok, kecapekan aja.", jawab Minhyun, sedikit kaget dengan kedatangan Seung Woo.

"Ada yang lo sembunyiin dari kita?", tanya Seung Woo tiba-tiba, sambil mencuci tangannya di wastafel.
"Sembunyiin apa?", tanya Minhyun berusaha untuk tenang.
"Lo tadi mimisan dan batuk darah. Nggak mungkin kalo itu hanya kecapekan. Sepertinya Byung Chan juga sudah tau hal itu. Dia nggak ada bilang apa-apa sama gue. Tapi dari tadi dia merhatiin lo terus. Dia juga minta sama mama dan papa untuk nggak nyuruh lo kerja terus.", jelas Seung Woo.
"Lupakan yang lo liat tadi. Anggap lo nggak tau apa-apa, tolong. Gue nggak butuh apa-apa dari kalian, tujuan gue untuk memperbaiki hubungan keluarga kita, juga bukan untuk minta bantuan kalian, ini murni hal yang gue inginkan.", pinta Minhyun.
"Kak, lo kenapa? Jelasin ke gue, gue nggak tau apa-apa.", tanya Seung Woo, cukup khawatir. Sedangkan Minhyun lagi-lagi merasa senang dan kaget dengan panggilan 'kak' yang diucapkan oleh Seung Woo tadi.
"Lo nggak perlu tau. Gue baik-baik aja, oke. Apapun kondisi gue nanti, gue mohon jangan ada diantara kalian yang nolongin gue. Gue nggak mau makin merasa bersalah sama kalian. Gue cuma minta sama lo, tolong selalu jagain Byung Chan, lo lebih pantas jadi kakaknya daripada gue.", lanjut Minhyun.

Ia kemudian pergi meninggalkan Seung Woo, untuk kembali ke meja makan. Seung Woo hanya diam. Pikirannya sedang kalut saat ini.
"Apa yang terjadi? Kak Minhyun kenapa?", gumamnya.

"Kenapa lama, nak?", tanya Mama Seung Woo, Nyonya Lee Sun Hwa, yang melihat kedatangan Minhyun.
"Hehe, mules tadi, tante.", jawab Minhyun sambil nyengir.
"Oalah, Seung Woo masih di toilet?", tanya lagi.
"Iya, tadi ketemu pas saya mau keluar.", jawab Minhyun.

"Kamu, nggak papa kan sayang?", tanya mamanya yang menyadari wajah pucat Minhyun, begitu juga papanya dan Byung Chan.
"Aman, nggak papa, ma.", jawab Minhyun berusaha menyakinkan semua orang yang ada disana.

Full of SecretsOnde histórias criam vida. Descubra agora