11. Membaik

24 4 0
                                    

Bu Nanda pun langsung memeluk tubuh Byung Chan yang masih lemah itu dengan lembut. Ia sungguh tidak bisa menahan air mata bahagianya. "Chan.. Ibu juga kangen banget sama kamu.", lirih Bu Nanda.
"Maafkan.. Chan, bu. Selalu.. buat ibu dan yang lainnya khawatir.", kata Byung Chan pelan.

Bu Nanda menggeleng. "Kamu nggak perlu minta maaf sayang, kamu nggak salah apa-apa. Ibu yang harusnya minta maaf, maafkan ibu yang nggak bisa jagain kamu dengan baik.", kata Bu Nanda.
"Kamu nggak perlu mikir apa-apa dulu ya. Fokus untuk pemulihan kamu dulu.", pinta Bu Nanda pada Byung Chan. Byung Chan pun mengangguk paham.

Bu Nanda perlahan melepas pelukannya. Ia membenarkan selimut Byung Chan, ia meminta Byung Chan untuk istirahat. "Kamu istirahat lagi ya. Ini sudah larut malam. Kamu harus banyak istirahat biar cepat sembuh.", kata Bu Nanda.
"Iya bu. Ibu juga harus istirahat.", kata Byung Chan.
"Iya, ibu juga mau istirahat ini. Kamu tidur duluan ya.", kata Bu Nanda. Byung Chan pun mengangguk dan memejamkan matanya.

***

Malam itu, Bu Nanda tidak langsung istirahat setelah Byung Chan tertidur. Ia pergi ke ruangan pribadinya yang berada di RS itu. Ia membuka kiriman email dari Agen Daehwi, mengenai UWAI Group dan CTH Group yang baru saja dikirim. Bu Nanda membaca isinya secara detail. Ada beberapa hal yang membuatnya terkejut dan tidak percaya. Ia pun melakukan virtual meeting dengan Sekertaris Sungjae, Agen Woojin, Agen Daehwi, yang berada di Kantor Keamanan Agensi, INS. Sedangkan ia, Agen Daniel dan Manager Jisung, berada di RS Jong Yong, tepatnya diruangan pribadinya yang berada di RS tersebut.

"Daehwi, kamu yakin dengan informasi ini?", tanya Bu Nanda pada Agen Daehwi.
"Saya juga awalnya nggak percaya. Tapi itu yang saya dapatkan setelah meretas data mereka. Dan sebagai pencocokan dari data-data yang ada, saya menyimpulkan hal itu.", kata Agen Daehwi.
"Berarti selama ini, mereka menyembunyikan identitas aslinya?", tanya Agen Woojin.
"Lebih tepatnya, mereka sudah mengeluarkan diri dari sana. Jadi mereka tidak ingin mengungkapkan identitas lama mereka ke orang-orang baru, yang mengenal mereka diluar. Resikonya pasti besar, seperti ini.", kata Sekertaris Sungjae.
"Kalo mengingat kejadian yang terjadi akhir-akhir ini, sepertinya kita bisa menyimpulkan sendiri. Bagaimana pun juga, kita harus selalu berhati-hati. UWAI Group ini, cukup berbahaya. Dengan kasus-kasus yang mereka lakukan, semuanya bisa membungkam penyelidikan kepolisian.", kata Agen Daehwi.

"Yang saya heran sejauh ini tidak ada pergerakan apapun dari CTH Group.", kata Agen Daehwi.
"Mereka bukannya tidak ingin bergerak. Mereka pasti ingin bergerak. Tapi resikonya, jelas Seung Woo dan Byung Chan akan dalam bahaya lagi. Secara tidak langsung, mereka jadi mengungkap identitas asli Seung Woo dan Byung Chan.", kata Agen Daniel.

"Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita tidak mungkin menyerang mereka. Target mereka bukan perusahaan kita. Tapi anggota kita.", kata Manager Jisung.
"Saya juga merasa khawatir dengan keselamatan anggota yang lain.", kata Sekertaris Sungjae.

"Saya sudah memutuskan langkah kita selanjutnya. Pertama, kita harus tetap merahasiakan identitas Seung Woo dan Byung Chan. Hanya kita berenam yang mengetahuinya saat ini. Oke? Dan anak-anak juga nggak boleh tau tentang masalah ini, apapun itu mereka nggak boleh tau.", akhirnya Bu Nanda berbicara, sedari tadi dia hanya diam mendengarkan perkataan timnya.
"Kedua, tingkatkan keamanan disetiap anggota SVS. Ketiga, saya akan memindahkan mereka ke dorm yang baru, besok malam. Rahasiakan semua data, alamat dan juga transfortasi yang anggota gunakan. Saat ini, kita hanya bisa memperketat keamaan.", kata Bu Nanda.

"Untuk jadwal mereka, tetap dilakukan sesuai jadwal?", tanya Manager Jisung.
"Iya, kita tetap lakukan sesuai jadwal. Kita tidak boleh terlihat, mengetahui sesuatu. UWAI Group pasti sedang mengawasi kita.", kata Bu Nanda.
"Betul, yang harus kita tingkatkan adalah keamanan mereka. Tim sudah saya kerahkan untuk mengawal setiap anggota. Mereka akan mengawal secara tersembunyi, itu juga penting, agar tidak terlihat mencolok.", kata Agen Woojin. Bu Nanda mengangguk paham.
"Untuk Agen INS yang lain, juga harus selalu mengawasi pergerakan UWAI Group dan juga CTH Group, agar kita bisa menentukan langkah selanjutnya. Dan Agen Daehwi, data perusahaan kita, tolong diamankan agar tidak diretas oleh siapapun juga.", kata Bu Nanda.
"Siap, laksanakan.", kata Agen Daehwi.
"Dan satu lagi. Saya minta, jika ada masalah lagi kedepannya, menyangkut semua anggota SVS, tolong rahasiakan dari publik dan media.", pinta Bu Nanda.
"Kenapa harus disembunyikan, bu?", tanya Agen Daehwi.
"Selain menyangkut citra perusahaan kita. Ini juga menyangkut identitas dua perusahaan yang lain, dan tentunya juga identitas Seung Woo dan Byung Chan. Akan bahaya jika permasalahan yang menyangkut 3 perusahaan, muncul dipermukaan. Memang lebih baik kita harus merahasiakan hal-hal lainnya dulu untuk kedepannya.", kata Sekertaris Sungjae.

***

"Hey, Sejun. Awas!!", teriak Seung Sik.

Plakk

"Ahhh", ringis Sejun saat bola basket itu mengenai pelipisnya.
"Lo gak papa?", tanya Seung Sik. Ia sudah meneriaki Sejun saat bola itu hampir mengenai Sejun, namun Sejun tidak merespon dengan baik.
"Gak papa, Kak. Sakit dikit doang.", jawabnya.
"Lo, kenapa? Sudah capek?", tanya Heo Chan.
"Gak lahh. Masih strong ini.", jawab Sejun sambil kembali berdiri.

Yang lain pun bersiap kembali untuk memulai pertandingan yang mereka lakukan. Yup. Saat ini anggota SVS sedang menikmati halaman baru dorm mereka. Sejak kepulangan Byung Chan dari RS waktu itu, mereka langsung pindah ke dorm baru yang ternyata sudah di siapkan Bu Nanda dalam beberapa bulan terakhir. Dua hari setelah Byung Chan sadar, Bu Nanda meminta agar Byung Chan bisa dirawat di dorm saja. Saat ini sudah dua minggu setelah Byung Chan dirawat di dorm.

Byung Chan duduk dikursi roda ditemani Seung Woo, sedang menonton pertandingan basket teman-temannya dari pinggir halaman. Ia terlihat sangat bahagia, saat menonton teman-temannya bermain.

"Hey, anak-anak. Yuk istirahat dulu, Kak Jisung bawakan makanan kesukaan kalian nih.", teriak Manager Jisung dari pinggir lapangan basket itu.
"Bentar kak, masih seru nih", sahut Subin.
"Dasar kalian ini. Ya sudah, kakak bawa masuk dulu ya, makanannya.", kata Manager Jisung lagi.
"Oke kak.", kali ini Heo Chan yang menjawab.
"Ayok, Seung Woo, Byung Chan, kita masuk duluan.", kata Manager Jisung menghampiri Seung Woo dan Byung Chan. Mereka pun mengangguk.

"Anak-anak belum masuk?", tanya Bu Nanda yang sedari tadi berada di dapur dorm SVS.
"Masih seru mainnya, kata Subin.", jawab Manager Jisung.
"Kalau lagi main pasti lupa waktu. Kalian mau makan duluan? Ibu siapin.", tawar Bu Nanda, kepada Seung Woo, Byung Chan, dan juga Manager Jisung.
"Nanti aja deh. Barengan aja.", jawab Manager Jisung.
"Iya bu, nanti aja.", jawab Byung Chan.
"Baiklah. Kalau begitu bantuin ibu dulu sambil menunggu mereka.", kata Bu Nanda meminta mereka untuk membantunya di dapur.
"Siapp.", jawab mereka serentak. Membuat Bu Nanda agak kaget dan kemudian tersenyum.

Selang beberapa lama, mereka mengakhiri pertandingan dan menuju ke dapur untuk makan. Makanan sudah selesai disiapkan di ruang terbuka di belakang dapur. Anak-anak yang lapar langsung saja mengambil makanan yang mereka inginkan.

"Hey, cuci tangan dulu.", cegah Manager Jisung.
"Isss Kak Jisung.", rengek Subin.
"No no no, semuanya cuci tangan dulu, baru boleh makan.", jawab Manager Jisung. Mereka pun pergi untuk mencuci tangan.
"Sejun? Pelipis kamu kenapa?", cegah Bu Nanda kepada Sejun yang ingin pergi mencuci tangan.
"Ahh, ini tadi kena bola, Sejun nggak sempat ngehindar.", jawab Sejun.
"Sini ibu liat dulu. Kenapa nggak langsung di obatin dulu tadi.", gerutu Bu Nanda. Sejun hanya nyengir.
"Ibu obatin dulu, baru kamu boleh makan.", kata Bu Nanda. Sejun hanya cemberut sedangkan yang lain mengejeknya.
"Untung nggak sampai luka. Kalau luka bisa infeksi kalau nggak diobatin dengan cepat. Ini sudah bengkak begini. Kamu ini.", omel Bu Nanda.
"Maaf bu.", kata Sejun memelas.
"Kepalamu terasa pusing nggak?", tanya Bu Nanda khawatir.
"Nggak kok, bu. Sejun baik-baik aja.", jawab Sejun.
"Ya sudah, sudah selesai nih. Cuci tangan dulu. Baru makan ya.", kata Bu Nanda.

Mereka semua pun makan bersama dengan santai dan tenang dihalaman belakang dapur. Sesekali mereka membuat lelucon yang membuat mereka semua tertawa bersama.

***

- bersambung

Full of SecretsWhere stories live. Discover now