14. Rumit

24 4 0
                                    

"Lo dengar nggak, dia bilang bakal melakukan apapun, asal gue nggak nyakitin lo lagi. Lo harus berterima kasih sama adik yang nggak lo anggap ini.", kata pria itu kepada Dr. Minhyun sambil menyeringai.

"Jangan dengari orang gila ini. Hubungin polisi segera!!", teriak Dr. Minhyun, seketika itu juga mulutnya dibungkam oleh anak buah pria tadi. Sedangkan Subin, dia hanya diam. Ia tidak tau harus berbuat apa.

"Kalo lo mau nyelamatin mereka berdua. Lo pergi kesini. Anak buah gue akan jemput lo. Kirim lokasi lo sekarang. Lo nggak boleh ngehubungi polisi atau siapapun itu. Kalo lo macam-macam, mereka berdua taruhannya. Setelah lo kirim lokasi lo. Matiin dan buang hp lo. Ingat, awas kalo lo macam-macam.", pria itu pun menutup teleponnya.

Dengan tangan gemetar Byung Chan menuruti permintaan pria itu. Ia mengirim lokasinya dan kemudian membuang ponselnya ke Sungai Han.

***

"Byung Chan, belum pulang juga?", tanya Sejun kepada Seung Sik.
"Entah, mungkin dia nungguin Bu Nanda sampai pekerjaannya selesai dulu.", kata Seung Sik.
"Kalian belum pada tidur?", tanya Seung Woo yang baru saja pulang setelah menyelesaikan jadwalnya hari ini.
"Belum nih, belum ngantuk.", jawab Sejun.
"Eh, Subin juga belum pulang ya?", tanya Hanse.
"Iya ya. Seharusnya dia sudah pulang, acaranya kan udah selesai dari tadi?", jawab Sejun.
"Pada kemana sih, anak bedua ini.", tanya Seung Sik.
"Biarin aja deh. Paling mereka lagi asik main di Agensi. Apalagi Subin, hobby banget tuh ngerusuh di perusahaan.", kata Heo Chan.
"Hahaha, bener juga tuh.", kata Sejun sambil tertawa.

Seung Woo yang barusan datang tidak merespon apapun. Ia hanya menyandarkan tubuhnya disofa sambil memejamkan matanya.
"Istirahat langsung dikamar aja, Kak.", kata Heo Chan.
"Gue mau istirahat sebentar disini.", gumam Seung Woo.

Drrrt drrrt

"Hallo, Woojin. Gue barusan dari dorm. Bodyguard Byung Chan bilang, dia lagi di gedung Agensi, apa bener? Gue nggak ada melihat Byung Chan di perusahaan tadi.", kata Manager Jaehwan, managernya Seung Woo.
"Byung Chan?", tanya Agen Woojin.
"Iya, bodyguardnya mengantar Byung Chan ke perusahaan, Byung Chan bilang dia bakal pulang bareng Bu Nanda, jadi bodyguardnya disuruh balik duluan ke dorm.", kata Manager Jaehwan.
"Ada apa?", tanya Bu Nanda. Saat ini Agen Woojin, Manager Sung Woon dan Sekertaris Sungjae berada di ruang kerja Bu Nanda.

"Byung Chan katanya lagi di perusahaan. Dia bilang bakal pulang bareng Bu Nanda.", kata Agen Woojin menjelaskan.
"Lo bilangin Manager yang lain, untuk tidak memberitau apa-apa ke anak-anak ya. Bilang aja mereka lagi diperusahaan. Kita harus memastikan sesuatu dulu.", kata Agen Woojin sambil menutup teleponnya.

Bu Nanda langsung menghubungi Byung Chan melalui panggilan telepon, namun ponsel Byung Chan tidak aktif. Bu Nanda menjadi khawatir, takut sesuatu terjadi pada Byung Chan.
"Cek CCTV di perusahaan dan lacak ponsel Byung Chan.", perintah Bu Nanda. Sekertaris Sungjae, Manager Sung Woon dan Agen Woojin langsung menjalankan perintah Bu Nanda.

***

"Hoammss, melelahkan sekali hari ini.", gumam Dr. Seongwoo seorang diri. Ia berjalan diparkiran basement RS menuju tempat mobilnya terparkir. Langkahnya terhenti saat melihat mobil Dr. Minhyun yang masih terparkir disana.
"Loh, katanya tadi pulang, kok mobilnya masih disini?", tanya Dr. Seongwoo seorang diri. "Apa ada pasien darurat? Tapi sepertinya tidak ada.", tanyanya lagi.

Dr. Seongwoo pun berinisiatif untuk menelpon sahabatnya itu.

Drrrt drrrt

Dr. Seongwoo mendengar suara ponsel berbunyi disekitarnya. Ia mematikan telponnya dan suara ponsel itu menghilang juga. Ia kembali menelpon nomor Dr. Minhyun, lagi-lagi suara ponsel itu terdengar disekitarnya. Ia mencari suara itu sampai akhirnya, ia menemukan sebuah ponsel ada dibawah mobil yang terparkir disamping mobil Dr. Minhyun.

"Ponsel Minhyun, kok bisa ada disini?", tanya Dr. Seongwoo. Ia berpikir cukup lama. "Mobil, ponsel, masih ada disini. Kemana Minhyun?", pikirnya.

Dr. Seongwoo memiliki firasat yang buruk akan hal ini, ia mencoba untuk menelpon Byung Chan. Namun ponselnya tidak aktif. Dr. Seongwoo kemudian menelpon Bu Nanda.
"Hallo, kak. Ada apa menelpon malam-malam begini?", tanya Bu Nanda.
"Byung Chan ada dimana? Gue nelpon dia, tapi ponselnya nggak aktif.", tanya Dr. Seongwoo.

Bu Nanda diam, ia bingung harus menjawab seperti apa.

"Hallo?", panggil Dr. Seongwoo. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Byung Chan?", tanyanya lagi, ia tidak ingin membuang-buang waktu. Bu Nanda kaget, bagaimana Dr. Seongwoo bisa tau, kalau terjadi sesuatu pada Byung Chan.

"Kak Seongwoo tau, siapa Byung Chan sebenarnya?", tanya Bu Nanda dengan hati-hati.
"Berarti lo udah tau siapa sebenarnya Byung Chan dan Seung Woo?", tanya Dr. Seongwoo, yakin.
"Apa yang terjadi kak? Byung Chan pergi setelah dari perusahaan, sepertinya dia mendengar percakapan kami bahwa Subin diculik oleh orang-orang dari UWAI Group. Kami masih mencari lokasinya, tapi belum menemukan petunjuk apapun.", kata Bu Nanda, frustasi.
"Gue akan cari bantuan. Lo tenang ya. Kalo lo duluan mendengar kabar Byung Chan, kasih tau gue ya.", kata Dr. Seongwoo.
"Ok, kak.", jawab Bu Nanda.

***

"Akhirnya Tuan Muda, sudah datang.", kata pria itu saat Byung Chan datang. Tentu saja tangan Byung Chan diikat dan dikawal oleh beberapa orang.
"Kak Chaan..", lirih Subin. Untunglah Subin, tidak terluka parah. Tapi berbanding terbalik dengan Dr. Minhyun yang mendapat luka hampir diseluruh tubuhnya.
"Kak Minhyun..", lirih Byung Chan didalam hati. Dr. Minhyun hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Apa yang lo inginkan dari gue? Sampai lo harus melukai mereka?", tanya Byung Chan kepada pria itu.
"Kalo gue ingin nyawa lo untuk bisa menyelamatkan mereka, apa lo bersedia memberikannya ke gue?", tanya pria itu kepada Byung Chan.
"Brengsekk, apaan maksud lo, brengsekk!!", teriak Dr. Minhyun, dia tidak ingin berbasa basi lagi dengan pria gila yang ada dihadapannya ini. Baginya keselamatan Byung Chan dan Subin adalah yang utama.
"Diam lo!! Kalo lo nggak mau pistol ini membunuh adik lo.", kata pria itu sambil menodongkan pistol ke kepala Byung Chan.

Baik Byung Chan, Dr. Minhyun dan Subin tersentak, mereka sungguh tidak tau bahwa pria ini memiliki sebuah pistol disakunya.

"Bos gue cuma nyuruh gue untuk bermain-main sama kalian, tapi kalo kalian berperilaku menyebalkan, gue nggak akan segan-segan.", kata pria itu sambil memainkan pistolnya.
"Apa yang bos lo mau dari kita?", tanya Dr. Minhyun, kali ini ia berusaha untuk tenang.
"Mau bos gue? Gue sebenarnya juga nggak tau pasti. Yang gue tau, bos gue pengen ngehancurin CTH Group dan itu dimulai dari kalian berdua.", katanya sambil tertawa.

"Sebentar deh, gue telpon bos gue dulu. Kira-kira gue harus melakukan apa, setelah anak-anak CTH Group ada ditangan gue? Hahaha. Ternyata sangat mudah untuk mendapatkan kalian. Hahaha", kata pria itu lagi, ia tertawa dengan penuh kemenangan.

Pria itu dan keempat anak buahnya pergi keluar dan menutup pintu ruangan yang agak luas itu dari luar. Sebelum mereka pergi, Byung Chan juga mereka ikat disebuah kursi. Saat itu juga, Dr. Minhyun berusaha untuk membuka ikatannya. Ikatannya terasa longgar, mungkin karena mereka banyak memukuli Dr. Minhyun tadi.

"Kak, lo nggak papa?", tanya Byung Chan kepada Dr. Minhyun.
"Nggak papa, bukan waktunya untuk khawatirin keadaan gue.", kata Dr. Minhyun. "Akhirnya.", kata Dr. Minhyun saat ikatan ditangannya terlepas.
Dengan cepat, ia melepaskan ikatan yang ada dikakinya, lalu ia juga melepas ikatan Byung Chan dan Subin.
"Lo nggak papa?", tanya Byung Chan kepada Subin.
"Nggak papa kak.", jawab Subin.

Sreeettt

Pintu itu terbuka kembali. Pria itu dan anak buahnya cukup kaget karena tawanan mereka sudah tidak terikat lagi.
"Wah, hebat juga kalian. Gimana sekarang? Mau mencoba kabur dari sini?", tanya pria itu sambil menyuruh anak buahnya untuk mengunci pintu. "Tapi, gue nggak akan semudah itu untuk melepaskan kalian. Mau bermain dulu dengan anak buah gue?", katanya lagi, ia benar-benar merasa kesal saat ini.
"Subin, lo bisa bertarung?", tanya Dr. Minhyun.
"Bisa kak.", jawabnya.
"Bantu sebisa lo ya. Chan lo jangan ikut bertarung. Kondisi lo masih belum pulih.", pinta Dr. Minhyun.
"Gue nggak mungkin diam aja. Lo juga sudah terluka begitu.", kata Byung Chan.
"Masih keras kepala. Hati-hati, jangan sampai bekas operasi lo terkena pukulan.", pinta Dr. Minhyun.

Pertarungan diantara mereka pun terjadi. Pria itu hanya duduk dengan santai menyaksikan pertarungan keempat anak buahnya dengan ketiga tawanannya.

***

- bersambung

Full of SecretsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin