008

592 180 90
                                    

• Audio milik Juna, -008

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Audio milik Juna, -008.
Untuk malam ini, pertama kalinya dalam hidupku. Aku tidak peduli Tuhan akan marah sekalipun, tapi aku benar-benar menyesal karena terlahir buta.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

"Ehh, Nak Juna? Ada apa?" tanya seorang pria paruh baya, yang tak lain adalah penjaga ruangan cctv.

"Pak … saya boleh bertanya?" Pak Dio diam beberapa saat menatap Arjuna heran. Pasalnya anak laki-laki itu tidak pernah menginjakkan kaki di ruang ini. Sangat tidak biasa. Namun satu detik kemudian, Dio sadar kalau tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Arjuna itu ketua OSIS dan satu-satunya murid yang paling disorot. Jadi semuanya akan baik-baik saja.

"B-boleh … memangnya ada apa, Nak?"

"Tadi Bu Fani datang kemari, Pak?"

"Oh iya benar, Bu Fani datang ke sini sama tiga anak perempuan nak Juna… tapi sudah pergi lagi"

"Ada masalah apa, Pak?"

"Bapak juga tidak tahu, tapi tadi waktu lihat cctv katanya nak Juna di dorong. Terus dua orang yang kena skors"

"Siapa yang dorong saya?"

"Kalo tidak salah namanya Indy dan Vera"

"Lalu siapa yang kena skors?"

"Vera dan … Arun?" jawab Pak Dio, terdengar ragu di bagian nama Arun.

"Kak." Panggilan dari suara yang sudah pasti Arjuna kenal siapa pemiliknya. Membuat lelaki tampan yang tengah tenggelam di dalam lamunannya malam ini tersadar begitu saja.

Sejak kejadian di sekolah tadi, juga setelah mengetahui Arun di skors dari sekolah membuat Arjuna terus memikirkan gadis itu. Dia sangat yakin, kalau Arun adalah gadis yang baik. Arun, bukan tipikal gadis yang seperti Vera.

"Ada apa, Aljwi?"

"Aku dengar suara Ella di bawah!" seru Aljwi, lalu keduanya memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan.

"Bundaaaa," panggil Ella seraya menangis, masuk ke dalam rumah megah yang sudah beberapa hari ini sering ia kunjungi.

"Ella kenapa nangis, Nak?" tanya Wanda, dengan perasaan penuh khawatir karena tidak biasanya gadis kecil itu datang ke rumah malam hari, apalagi sambil menangis.

"K-kak … Kak Alu …."

"Kak Alu kenapa?"

"Kak Alu … dipukul Papa …." Tangis Ella semakin pecah, begitu teringat bagaimana kasarnya Sunho yang terus memukuli sang Kakak tiada ampun, bahkan sudah mengeluarkan banyak darah dan terbaring lemah tak berdaya.

Namun meski Wanda masih belum mengetahui siapa Alu yang dimaksud Ella. Paruh baya cantik ini tetap memberikan respon yang baik. "Terus sekarang Kak Alu di mana?"

ARUNA [END]Where stories live. Discover now