029

383 137 42
                                    

• Audio milik Juna,-029

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Audio milik Juna,-029.
Aku benci malam ini, semuanya berubah hanya dalam sekejap.

Arun, malam ini aku tidak bisa tidur dengan tenang. Untuk pertama kalinya bunda marah, semarah-marahnya padaku. Sampai aku tidak bisa percaya kalau dia adalah bundaku.

Aku benar-benar terlihat seperti anak durhaka sekarang, karena terus berani menjawabnya.

Tapi demi apapun, aku hanya tidak mau bunda berpikir hal yang tidak-tidak tentang mu. Aku mau bunda mengerti tentang seberapa besar aku mencintaimu. Meski dinding perbedaan di antara kita menjulang tinggi dan sulit untuk kita gapai.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

"Halo, Narthan?" Seorang paruh baya lelaki bersuara di seberang teleponnya.

"Iya, Om?"

"Narthan, kamu bisa tolongin Om gak?"

Malam-malam seperti ini, entah Sunho ingin meminta tolong apa. Narthan yang baru saja selesai mandi dan hendak pergi tidur, merasa tidak enak kalaupun harus menolaknya. Jadi pada akhirnya laki-laki itu bersedia. Terlebih lagi, ini adalah permintaan orang tua dari gadis yang ia sukai.

"Boleh, Om. Ada apa?"

"Jadi tadi ada sesuatu yang Om bicarakan sama Arun. Terus Arun pergi keluar tapi sampai saat ini dia belum pulang. Kamu bisa tolong Om buat cari dia?" jelas Sunho.

"Om takut kalau Arun benar-benar kecewa sama om. Jadi Om pikir lebih baik kamu saja yang mencarinya, dan jangan sampai Arun tahu kalau Om yang suruh kamu," lanjutnya.

"Siap, Om. Narthan berangkat sekarang."

Tanpa basa-basi apapun lagi, Narthan bergegas menyambar kunci mobil di atas nakas, kemudian pergi setelah sambungan teleponnya terputus.

Perihal Arun, entah sejak kapan dia selalu ikut cemas tentang apapun yang terjadi pada gadis itu. Bukan lagi karena tugas yang meng-haruskan Narthan menjaga Arun. Tapi perasaan yang ia rasakan terasa sedikit berbeda.

Malam ini ... Narthan sudah hampir mengelilingi satu kota. Kepalanya menengok ke sana kemari berharap sosok yang ia cari muncul di depan mata.

Tak lama kemudian. "Arun?!" gumamnya, begitu mendapati gadis yang ia cari tengah diseret kasar oleh sepasang perempuan dan laki-laki sebayanya.

Narthan lalu mengikuti ke mana Arun dibawa pergi. Dengan hati-hati ia melajukan mobilnya pelan agar tidak ketahuan, dan tatapannya terus fokus agar tidak kehilangan jejak.

Sekarang, di sebuah dataran tinggi, pegunungan yang jauh dari kota.

Arun diseret keluar oleh seorang laki-laki yang entah siapa dia, tapi Narthan tahu kalau ternyata Vera tidak sendirian di sana.

"Woi!" teriak Narthan, saat Arun hendak di dorong ke bawah jurang. "Lepasin cewek gue!"

Tak terima perbuatan jahatnya di hentikan, laki-laki itu kemudian menyerang Narthan dengan pisau tajam di tangannya.

ARUNA [END]Where stories live. Discover now