020 🌹

486 161 28
                                    

•Audio milik Juna,-020.

Sebenarnya saat itu aku marah karena Arun berbohong dan memilih untuk tidak memberitahu siapa orang yang membuatnya terluka. Tapi tak apa, lagi pula aku sudah mengetahuinya.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

Dua jam berada di dalam ruang UGD, bergelut dengan alat-alat medis, demi menyelamatkan nyawa seseorang. Setelahnya, selesai sudah perjuangan Chalvin. Kini paruh baya tampan dengan jas putihnya itu hendak keluar, menyiapkan diri menghadapi orang yang masih di selimuti dengan kekhawatirannya.

Arjuna, putranya sendiri.

"Pah … bagaimana keadaan Arun?"

"Arun benar-benar kehilangan banyak darah, banyak luka dalam, bahkan nyawanya nyaris tak tertolong. Tapi syukur Tuhan menyelamatkannya," jawab sang Papa, menjelaskan.

"Aku ingin masuk."

"Besok saja Juna."

"Tidak! Aku mohon … aku ingin menjaga Arun, Pah."

"Jun---"

"Beritahu bunda, aku akan tidur di sini menemani Arun."

Hh … Chalvin terdengar menghela napas. Pria itu pasrah menghadapi sikap putra semata wayangnya yang sudah menjadi pribadi keras kepala ini, entah sejak kapan. "Yasudah," ujarnya pada Arjuna.

"Kalau begitu, untuk kalian berdua bisa pulang dan kembali lagi besok."

Mila mengangguk, memahami maksud Chalvin. "Iya, Om---"

"Saya akan menunggu Arun dari luar," sembur Narthan, membuat ketiga pasang mata di sana sedikit tercengang.

Tatapan mata Chalvin, pun teman perempuannya itu saling bergantian ke arah Arjuna, dan Narthan. Situasi ini benar-benar membuat keduanya heran.

Tapi sudahlah … urusan anak muda. -Pikir Chalvin.

00.30 AM.
Narthan terus memandangi Arun dari balik jendela. Tidak, bukan Arun … tapi dua insan di dalam ruangan UGD sana. Melihat keduanya membuat hati Narthan rasanya sakit. Tidak lagi, lebih tepatnya melihat perlakuan Arjuna terhadap Arun. Melihat bagaimana laki-laki tuna netra itu mengusap lembut lengan gadis yang masih memejamkan matanya di atas bangsal, bahkan sesekali menciumi nya. Sungguh rasanya Narthan ingin menerobos masuk saja ke dalam lalu membawa Arun pergi.

"Kenapa sih … kenapa perasaan tiap gue liat lo itu beda, Arun. Gue … jangan-jangan beneran suka sama lo?" gumam Narthan.

Di tugaskan untuk menjaga putri dari sahabat papanya. Narthan pikir itu hal yang mudah. Hanya cukup memperhatikan, kemudian mengadu perihal apa yang terjadi. Hanya itu. Tapi kenapa sekarang perasaannya ikut-ikutan bermain?

Sial.

Masa iya dia harus berebut gadis dengan Arjuna?

--•o0o•--

"Arun, cepat katakan siapa yang melakukan ini?"

"Siapa yang berani melukaimu?"

"Kenapa kamu bisa seperti ini?"

ARUNA [END]Where stories live. Discover now