017

407 155 39
                                    

• Audio milik Juna,-017

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Audio milik Juna,-017.
Apa-apaan aku ini … aku padahal tahu jelas kalau kamu bukan milikku. Tapi entah kenapa hati ini terasa memanas sakit saat mengetahui kalau kamu pergi bersama lelaki lain.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰


"Arun … jika kamu lelah, lebih baik istirahat saja. Jangan terlalu memaksakan," ujar Arjuna, begitu sampai di depan rumah Arun.

"Makasih … buat tumpangannya, Juna."

Arun pergi, meninggalkan Arjuna dengan senyuman tulus lelaki itu. Berjalan masuk ke rumah dengan pikiran yang … lagi-lagi sulit di jelaskan. Masuk ke dalam kamar, menjatuhkan tasnya ke lantai, lalu membuka laci kecil yang berada di meja riasnya. Menatap obat-obatan yang hanya ia habiskan setengahnya.

Sudah lama sekali.

Apakah … Arun harus meminumnya lagi?

Menutup kembali laci tersebut, kemudian menatap cermin, menatap dirinya sendiri. Menatap, kehancuran yang terlihat jelas dari raut wajahnya. Dia ingin sembuh dari traumanya, dia selalu berusaha mati-matian melawan rasa takutnya. Tapi kenapa … kenapa rasanya malah semakin hancur seperti ini. Kenapa … Tuhan begitu kejam atas hidupnya.

Ketika menyadari dirinya menangis, dan takut jika tangisan itu semakin menjadi. Arun dengan cepat menghapus kasar air matanya, kemudian memilih pergi ke dalam kamar Selly. Entah kenapa, tapi Arun tiba-tiba berpikir ingin pergi ke sana.

Ke dalam kamar Selly, dan berpikir kalau dia bisa menenangkan diri, merasakan seolah paruh baya cantik itu ada … namun … keputusan Arun pergi ke sana menjadi sebuah penyesalan terbesar dalam hidupnya.

Kamar Selly berantakan, pintu lemari yang terbuka lebar tanpa baju-baju di dalamnya. Kosong, begitupun koper yang biasa berada di atas lemari itu kini menghilang.

Perasaannya semakin dibuat tidak karuan ketika melihat selembar kertas di atas nakas, dan hancur ketika ia membacanya.

"Arun … maafin Mama. Mama harus pergi. Ada banyak yang harus Mama urus, Mama juga mau papa kamu sadar. Kamu jagain Ella ya, Mama janji bakal pulang kalau semuanya sudah selesai."

Selly pergi.

Niatnya ingin menenangkan diri, tapi malah di buat sehancur ini.

"Kenapa … kenapa harus kayak gini … kenapa aku harus ada di antara kalian … kenapa … aku harus ada di posisi ini, Tuhan … kenapa aku harus lahir … kenapa aku harus hidup …." Kata demi kata keluar dari mulutnya, dengan isak tangis yang semakin lama semakin menjadi.

Dipaksa dewasa oleh keadaan memang sesulit itu. Lebih sulit dari apa yang kita bayangkan. Harus bertahan, dilain sisi yang kita sendiri rasanya ingin mati saja.

"Ma … katanya mama mau ngomong?"

"Oh, iya … sini duduk."

Selly menyalip kan helaian rambut ke belakang telinga putrinya. Menatap putrinya lembut … kemudian mulai berbicara.

ARUNA [END]Where stories live. Discover now