011

545 179 59
                                    

🥀🥀🥀

"Kak Aruna … aku benar-benar tidak percaya bagaimana bisa ada manusia sejahat Vera dan orangtuanya Arun!"

"Biasanya, orang jahat kepada kita itu mungkin mereka menyimpan dendam, atau ada suatu hal yang memang tidak mereka sukai dari diri kita."

"Baiklah aku mengerti, tapi untuk orang tua yang sudah melahirkannya?" jawaban Reina, dengan ekspresi yang heran tidak mengerti, sekaligus tidak menyangka. "Orang tua bodoh!" lanjut gadis remaja itu.

 "Orang tua bodoh!" lanjut gadis remaja itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Audio milik Juna -011.
Membangun kembali sebuah kepercayaan setelah sebelumnya pernah di kecewakan memang sulit.

Tapi hadirnya aku dalam hidupmu adalah untuk membuatnya menjadi mudah.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

Jam pelajaran terakhir. Ketika semua murid di kelas ini sibuk dengan buku dan penanya. Namun tidak dengan Arun. Gadis itu hanya diam, sibuk dengan isi kepalanya yang berisik. Hati yang terus berteriak lelah, sakit, tapi logika bahkan tidak bisa menemukan jalan keluarnya.

Bagaimana menghentikan kedua paruh baya di rumah yang selalu adu mulut tanpa henti. Bagaimana cara menghentikan pembullyan yang terjadi. Dan bagaimana cara menyembuhkan mentalnya sendiri.

Percayalah, menyembuhkan mental sendirian tanpa bantuan dari siapapun itu sangat sulit.

Bisakah … Arun menghilang saja?

"Kamu … anak … pembawa sial, Arun …."

Kilas bayangan itu lagi-lagi muncul, apa yang dikatakan oleh Selly benar-benar menambah beban pikirannya. Heran, bukannya mengurangi beban hidup gadis itu. Tuhan malah terus menambahnya.

"Seandainya dulu … Mama gak minta papamu untuk tanggung jawab karena hamilin Mama… hidup Mama gak akan kayak gini …." satu-satunya kalimat yang paling menyakitkan selama 18 tahun Arun hidup.

Hatinya mengatakan, bahwa apa yang dikatakan oleh Mamanya pasti salah. Karena dia mengerti kalau orang yang sedang mabuk itu ucapannya pasti melantur tidak jelas. Tapi bagaimana dengan logikanya yang mengatakan bahwa terkadang orang yang sedang mabuk itu bisa mengatakan kebenaran tanpa disadari.

"Arun?"

"Hm." Arun berdeham pelan setelah Mila berhasil membuatnya tersadar dari lamunan.

"Udah bel pulang."

Gadis itu memencarkan matanya, menatap ke  sekitar ruangan kelas yang perlahan mulai sepi ditinggal kan oleh beberapa penghuninya.

"Arun?" panggilan kali ini, dari Arjuna.

Arun diam, menatap seorang laki-laki yang berdiri tepat di sampingnya penuh tanya.

"Mila, apa masih ada Arun di sini?"

ARUNA [END]Where stories live. Discover now