039

545 138 73
                                    

Jangan lupa voment 🌹


.
.
.

Seusai itu senja jadi sendu
Awan pun mengabu
Kepergian mu menyisakan luka dalam hidupku
Ku meminta rindu
Menyesali waktu mengapa dahulu
Tak ku ucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari

Kamu dan Kenangan -Shanna Shannon ver

Kamu dan Kenangan -Shanna Shannon ver

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Arjuna, aku datang. Bukan untuk mengenang sebenarnya, tapi untuk mencarimu." -Arunika.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

Dua bulan kemudian.
Hari ini Arun sudah merasa lebih baik. Tentu saja, karena gadis itu berhasil menjebloskan Saerin juga Vera ke penjara. Dan sekarang, ditemani Narthan. Arun pergi ke lapas tahanan untuk menjenguk Vera. Sekadar melihat keadaannya, dan ada beberapa hal yang memang ingin dia bicarakan bersama kakak tirinya itu.


"Padahal gue cuma mau jeblosin Saerin … tapi ternyata dia punya dalangnya," ungkap Arun.

Vera yang duduk di depannya menatap Arun tajam penuh amarah.

"Harusnya kalo lo punya masalah sama gue, bunuh gue. Kenapa malah bunuh Arjuna?!"

Vera, kali ini tersenyum sarkas. "Niat gue bahkan mau bunuh lo. Tapi si buta itu selalu halangin gue!"

"Sampai kapan Vera …." Arun menangis di depan Vera. Dia benar-benar lelah dan tidak habis pikir lagi. "Sampe kapan lo benci sama gue?!"

"Sampe lo mati, Arun!" sarkas Vera. "Lo lupa?! Nyokap gue meninggal gara-gara nyokap lo?!"

Arun menggelengkan kepalanya. "Lo udah tau, kan, kebenarannya gimana. Lo juga udah tau kalo Tante lo yang udah cuci otak lo selama ini. Nyokap lo meninggal karena sakit. Dan lo udah tau itu juga … semuanya udah jelas, Vera!"

"Nyawa, harus di balas nyawa Arun! Lo gak tau gimana menderitanya gue dulu! Dan kalo gue udah bebas, gue bener-bener bakal bikin hidup lo menderita … gue bakal bunuh semua orang yang lo sayang!"

Arun diam menatap lamat Vera. Gadis yang sudah berada di balik jeruji besi dan memakai baju tahanan ini bahkan masih berani mengancamnya. Vera benar-benar sudah gila. Dia seharusnya di masukkan ke rumah sakit jiwa, bukan penjara.


Setelah selesai dengan urusannya, Arun keluar menghampiri Narthan yang masih setia menunggunya di tempat parkir. Lelaki itu, terlihat duduk di depan mobil dan memainkan kuncinya, gabut.

ARUNA [END]Where stories live. Discover now