part 24

14.6K 1.1K 60
                                    

"Tumben banget om Hendrik nelpon gue, ada apaan nih?" Tanya Batin Bia.

********************
"Emm, Jino?"

Jino mendongkrak menatap Bia.

"Kenapa?" Tanya Jino.

"Sorry, bisa lepasin pelukannya dulu gak? gue mau angkat telepon nih. Gapapa kan?" Ujar Bia tak enak kepada Jino.

"Ouh, oke silahkan" Jino melepaskan pelukan mereka lalu mengusap ingus yang ada di hidungnya(cuma dikit yah) menggunakan salah satu tangannya.

Bia yang melihat itu meringis, dia merogoh sakunya karena tadi dia sempat membeli tisu di kantin.

Bia mengambil 1 tisu lalu memberikannya kepada Jino.

"Nih. Jangan pake tangan, kotor" Bia menyerahkan tisu tersebut kepada Jino yang langsung di terimanya.

"Gue gak ingusan kan?" Tanya Jino kepada Bia setelah dia membersihkan ingusnya tadi.

Bia heran, apakah Jino tidak merasa malu bertanya seperti itu kepadanya? kalau masih ada ingusnya bagaimana? untung saja sudah bersih.

"Gak kok, udah bersih. Eh gue mau angkat telepon dulu njir, ampe lupa" Bia dengan cepat menggeser tombol hijau di ponsel miliknya.

"Kenapa om? tumben banget hubungin Bia" Tanya Bia pada sang penelpon yaitu om Hendrik.

Sedangkan Jino hanya mendengarkan sambil menatap Bia, walaupun kaga kedengeran.

"Bia, om boleh minta tolong ga? urgent banget nih!" Ujar om Hendrik.

"Emm, tergantung sih. Mau minta tolong apa dulu nih, om?"

"Jadi gini, Bi. Om kan sekarang lagi meeting, tapi lupa bawa salah satu berkas penting. Dan kebetulan berkas tersebut berada di rumah kamu, bisa tidak kamu ambilkan lalu anterkan kemari sepulang sekolah?" Ucap om Hendrik terdengar gelisah.

Jadi om Hendrik adalah tangan kanan bokap Bia dan salah satu pengurus perusahaan bokapnya yang berada di Indonesia. Bokap Bia memiliki banyak perusahaan, jadi tidak mungkin kan mengurus semuanya sekaligus?. Nah, itulah salah satu tugas om Hendrik yaitu membatu urusan pekerjaan Bokap Bia. Dia juga bertugas untuk memantau Bia, karena bokap nyokapnya sibuk tidak bisa memantau secara langsung. Mereka hanya bisa memantau Bia secara jauh melalui om Hendrik.

"Emang harus banget ya om? tapi Bia mau sesuatu dulu boleh gak?"

Om Hendrik mengernyit mendengar itu.

"Kamu mau apa? apakah ada sesuatu yang kamu butuhkan? tinggal bilang saja sama om, nanti om sampaikan kepada ayah kamu"

Bia berpikir untuk tidak terus-menerus merepotkan Andra, karena selalu di antar jemput jika ingin kemana-mana. Kan repot kalo mau keliling cari cogan, masa sama Andra! gila kali ah!.

Bia ingin membeli sebuah kendaraan yang simpel, agar tidak terlalu merepotkan. Apakah mobil? tapi nanti kemungkinan akan terjebak macet. Emmm, motor aja kali yah?. Sebenarnya Bia bisa saja membeli sebuah sepeda motor menggunakan uangnya sendiri, namun jika bisa di belikan mengapa harus membeli sendiri ye gak?.

"Bia mau motor om. Motor apa aja terserah, tapi jangan moge yah! yang simpel aja om!" Bia tidak mau di buat repot dengan itu. Lagi pula jika naik moge ketika ingin berangkat ke sekolah akan susah karena memakai rok.

"Loh, buat apa kamu ingin motor? bukannya jika ingin kemana-mana kamu selalu di antar sama pacar kamu itu?" Si Andra maksud om Hendrik. Om Hendrik selalu memantau gerak-gerik Bia yah. Jadi dia tau semua tentang Bia termasuk, Bia yang berpacaran dengan Andra.

TRANSMIGRASI FEBYANA (END)Where stories live. Discover now