Husband : Truth

2.2K 175 11
                                    

Haesel sangat terkejut karena Jensen mengumumkan kehamilan kepada keluarganya tiba tiba tanpa bertanya atau berdiskusi terlebih dahulu. Kalau ini memang cara Jensen untuk membalas Marvin seharusnya dia membahas dengan Haesel terlebih dahulu.


" Apa benar? " Ben terlihat sangat senang dengan kabar kehamilan Haesel karena sebentar lagi akan menjdi seorang kakek.

" Selamat kak! " Joana bertepuk tangan ikut senang.


Kalau tujuan Jensen untuk membalas Marvin. Rencana ini sangat bagus dan berhasil karena kehamilan Haesel memang sangat mengejutkan baginya. Marvin yang awalnya sangat ragu dan yakin kalau mantan kekasihnya menikah dengan adik tirinya untuk membalas dendam. Semakin lama semakin percaya kalau mereka memang menikah bukan karena membalas dendam. Kalau memang tujuan awalnya untuk membalas dendam lama lama mereka jatuh cinta satu sama lain.


Di sisi lain Marvin juga berpikir kenapa Haesel bisa hamil secepat ini hanya dalam satu bulan setelah menikah. Apakah mungkin kalau anak yang di kandung oleh Haesel adalah anaknya? Marvin menyangkal pemikiran itu dan berpikir Jensen benci banget sama dia, ga ada alasan dia mau menikah dengan Haesel kalau perempuan itu tengah mengandung anaknya. Pemikiran yang sangat konyol menurutnya.


Jensen dan Haesel ga mau berlama lama, mereka pergi dari rumah. Di dalam mobil, air mata Haesel ga terbendung lagi ketika masuk ke dalam mobil. Dia menangis keras dan isak isakan semakin terdengar jelas. Jensen sungguh ga tau harus berbuat apa mendengar tangisan Haesel yang begitu menyayat hati.

Jensen membiarkan Haesel menangis meluapkan rasa sakit yang dirasakan karena Marvin. Apa yang Haesel rasakan adalah wajar, Jensen tau pasti apa saja yang Haesel itu lewati dalam masa kehamilannya. Saat saat sulit karena ga bisa tidur, mual, muntah dan sakit punggung yang Haesel rasakan. Berbeda dengan Marvin yang bebas melakukan apa saja yang dia inginkan tanpa merasa sakit dan tanggung jawab yang Haesel rasakan.


Jensen tetap menjalankan mobil bukan restoran tujuan mereka tapi menuju sebuah taman. Keadaan Haesel saat ini ga memungkinkan untuk datang kemanapun sekarang. Ini sudah hampir setngah jam dan Haesel masih menangis begitu hebat.

" Kenapa semua jadi seperti ini? Aku kira Marvin akan menderita karena pernikahan kita. Kenapa dia malah berkencan dengan perempuan lain begitu saja? Aku lagi mengandung anaknya kenapa dia... pacaran sama perempuan lain. " ucap Haesel di tengah tangisannya.


" Aku bukan marah karena masih cinta sama dia tetapi aku ga bisa membiarkannya bersama perempuan lain. Kenapa cuma aku yang menderita sendiri? Kenapa cuma aku? Ini ga adil "


" Ini sangat ga adil kenapa harus aku yang satu satunya menderita. Kenapa!!! " Haesel masih berteriak dengan suara yang semakin meninggi seolah dapat meringankan beban yang dirasakan.


Haesel menoleh pada Jensen " Ini ga sesuai dengan rencana kita "


Kalau saja ada yang bisa Jensen lakukan untuk Haesel saat ini juga, dia pasti akan melakukannya daripada tersiksa dengan melihat perempuan itu menangis hebat. Kenyataan Jensen ga bisa melakukan apapun demi mengurangi rasa sakit Haesel. Semua yang terjadi jauh di luar dugaan dan kemampuannya.


Bagaimana mungkin Jensen bisa tau kalau Marvin lagi dekat dengan gadis lain ataupun lagi berkencan. Jensen mengerti rasa sakit Haesel tapi seseorang seperti Marvin ga mungkin bisa bertahan dengan wanita begitu saja, mengingat bagaimana dia bisa berselingkuh saat berkencan bersama Haesel, Jensen bisa menjamin Marvin bukanlah tipe orang yang bisa sendiri berlama lama.


" Saya ga tau semua akan seperti ini. Maafin saya " lirih Jensen merasa bersalah.


Jensen tau semua rencana dan janji untuk membalaskan dendam Haesel hancur seketika, cara apapun ga akan berhasil karena Marvin sudah mempunyai perempuan lain di hatinya. Marvin mungkin juga ga akan merasakan apapun lagi melihat Haesel bahagia bersama Jensen sekalipun.



HUSBAND WITH BENEFITS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang