Husband : Fallin

2K 183 75
                                    

Jensen menikmati makan malam bersama teman teman setelah sekian lama. Sejak dulu sampai sekarang, dia bukanlah orang yang jago minum apalagi sampai mabuk. Batas toleransi alkohol dirinya berbeda dengan teman teman atau pria pada umumnya.

" Cheers buat pria sejati kita yang akan menjadi ayah sebentar lagi " Rendy mengangkat gelas meminta semua disini bersulang untuk merayakan kehamilan istri Jensen.

Jensen tertawa teman temanya ga bisa berhenti menggoda dan mengatakan candaan yang memalukan dengan mengatakan kalau dia adalah pria sejati. Semua yang ada disini bersulang ga terkecuali Jensen.

" Jen kalau gua menikah nanti, lo role model gua banget " ujar Eric masih ga bosan menggodanya sejak beberapa hari lalu.

Rendy mau menuangkan minum pada Jensen lagi tetapi dia menolak dengan alasan kalau istrinya ga akan suka mencium bau alkohol darinya. Berbeda dengan yang lain, sudah berganti botol demi botol sedangkan Jensen memang hanya minum sedikit saja.

" Bucin banget ya sampai ga mau minum demi istri tercinta " goda Rendy

" Ya gitu aja " jawab Jensen sekenanya.

" Gua ga pernah tau kalau menjalankan hubungan ga mudah. Ada tanggung jawab yang harus gua tanggung setiap saat, membuat istri gua nyaman, memastikan dia ga kekurangan perhatian, membelikan makanan, selalu berada disampingnya apapun yang terjadi " cerita Jensen.

" Menurut lo susah emang ? " tanya Herlan.

" Ga susah tapi rasa takut buat mengecewakan dan menyakiti itu besar sekali. Jadi itu yang buat gua takut"

" Mungkin ini karena lo ga punya pengalaman pacaran sebelumnya, ga ada yang perlu lo takutin. Membuat kesalahan itu wajar tetapi kalau sudah tau akan mengecewakan dan tetap lo lakuin. Itu baru salah " Herlan ikut berpendapat.

" Lo tuh Jen suami yang baik dan kita semua tau kok. Gua tau lo cinta banget sama istri lo dan ga akan pernah menyakiti dia apalagi sengaja " Rendy ikut meyakinkan.

Cinta? Jensen bahkan ga bisa mengerti perasaannya Haesel dan terlalu jauh menyebut itu cinta. Memang harus diakui, ketika mengajak Haesel untuk menikah. Semua sikap perhatian ga pernah ada dalam rencana sekalipun bahkan jauh berbeda dari dugaannya. Jensen ga pernah sengaja bersikap sebaik itu pada Haesel tetapi melihat Haesel berhasil mengingatkannya pada mendiang ibunya.

Melihat semua yang terjadi di masa kehamilan membuat Jensen semakin teringat ibunya dan menyadari menjadi ibu itu ga mudah. Perjalanan dan penderitaan tiada habisnya sejak hari pertama mengandung, ga pernah ada ujungnya kecuali kematian yang memisahkan.

Jensen sangat salut dan kagum melihat bagaimana perjuangan Haesel karena itulah dia selalu berjanji untuk menjaga Haesel dengan sangat baik.

Semua sikap yang seharusnya di berikan oleh Marvin bukan oleh dirinya. Namun disisi lain Jensen bersyukur dan senang, Haesel terlalu baik untuk namja brengsek seperti Marvin. Rasa kagum dan khawatir yang semakin kian membesar setiap hari sehingga menumbuhkan benih benih cinta yang datang.

Jensen pulang lebih awal daripada teman temannya, Haesel memang ga menyuruhnya untuk pulang cepat. Ada kesadaran dalam dirinya buat ga kembali ke rumah mertuanya terlalu malam.

Dalam perjalanan pulang, Jensen tiba tiba merasa sangat mual rasanya seperti mau mengeluarkan semua yang dia makan hari ini. Seingatnya hari ini, Jensen ga memakan apapun yang salah atau minum alkohol berlebihan.

Beruntung mual yang dia rasakan ga terlalu parah dan masih bisa ditahan. Bicara soal mual, Jensen mengingat dan membayangkan apa ini rasa mual yang Haesel hampir rasakan setiap hari.


HUSBAND WITH BENEFITS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang