Husband : Edge

1.3K 131 12
                                    

Jensen sangat kecewa mendengar Haesel memintanya untuk melupakan apa yang terjadi di masa lalu di masa lalu. Bagaimana dia bisa lupa saat rasa sakitnya masih sangat terasa sampai detik ini?

Ibunya selalu menjadi kelemahan Jensen, tidak akan ada orang yang boleh membicarakan apalagi merendahkan ibunya. Apa yang dikatakan Marvin tadi sangat menyinggung dan melukai perasaanya. Bagaimana bisa ada orang tidak marah saat orang lain berani menghina atau merendahkan keluarganya?

Di belakang Haesel, Marvin tersenyum licik seolah puas sekali berhasil membuat Haesel dan Jensen kembali bertengkar hebat dan membuat Haesel berada di pihaknya. Ternyata tidak sia sia tadi dia membiarkan Jensen memukul tanpa henti, apa yang dia dapat sebanding dengan rasa sakit yang ditahannya.

" Apa kamu bahagia hidup seperti ini? " pertanyaan terakhir Haesel sangat menohok.

Apakah Jensen ingin hidup seperti ini? Apakah Jensen juga ingin menjalani kehidupan yang menyedihkan seperti ini? Kalau saja dia bisa memilih, dia ingin hidup dengan baik tanpa membenci orang lain namun dia juga ingin menjalani hidup bersama ibunya. Jangan memintanya hidup dengan baik sejak kehilangan ibunya hidupnya sudah sangat hancur.

Meskipun tidak terima dan sakit hati dengan semua perkataan Haesel. Jensen berhasil menahan diri untuk tidak melakukan apapun yang bodoh terutama di depan Marvin. Jika mereka harus bicara, mereka akan bicara berdua. Tidak akan membiarkan Marvin melihat dan menyaksikan pertengkaran mereka.

" Keluar dari rumah saya sekarang " Jensen menunjuk pada Marvin.

" Aku pulang " Marvin pamit lalu keluar dari rumah tanpa berkata apapun lagi, sngaja membuat Haesel merasa ga enak.

Haesel hendak berlari menyusul Marvin, menurutnya setidaknya dia harus membantu untuk mengobati luka di wajah mantan kekasihnya itu. Jensen menyusul mendahului Haesel lalu menutup pintu ga membiarkan Haesel mengejar Marvin.

" Saya akan bicara dengan jelas, dengarkan baik baik. Ini rumah kita, tidak boleh ada lelaki lain selain saya datang kemari. Jika saya mendapati kamu membawa Marvin kesini. Silahkan keluar dari rumah ini " ucap Jensen dengan nada biasa saja tetapi terasa seperti sebuah ancaman dan peringatan terakhir bagi Haesel.

Jensen mulai melangkah setelah mengatakan apa yang harus dia sampaikan. Haesel hanya bisa memandang Jensen dari belakang. Dia kira Jensen akan marah seperti orang gila seperti kepada Marvin tadi tetapi dia ga banyak bicara lagi. Ini lebih menyeramkan daripada saat Jensen berteriak ataupun marah padanya.

Jensen berhenti sebentar lalu berbalik pada Haesel " Kamu benar benar tidak menghargai saya  "

Haesel menyusul Jensen " Tapi kamu ga perlu memukul Marvin Jen, kamu bukan orang seperti itu. Aku kenal kamu - "

Jensen tertawa sinis lalu menatap Haesel " Kamu kenal saya? Seharusnya kamu tau saya sangat benci Marvin dan keluarga, saya benci kamu dekat dengan dia dan seharusnya kamu tau saya tidak main main dengan ucapan saya "


Ini jauh lebih menyeramkan daripada kemarahan Jensen saat dia membawa Joana ke dalam kamar mereka dulu, Jensen hanya diam di depan Marvin. Namun saat mereka berdua, dia tetap menunjukan perasaannya.

" Dan satu lagi kamu benar, hidup tidak adil. Kamu mau tau kenapa? Kalau saya bersikap seperti kamu membawa mantan kekasih ke rumah dan menemuinya diam diam, kalau saya ingin pulang ke rumah keluarga saat ada masalah dan kalau saya ingin pisah kamar saat kita ada masalah. Saya akan menjadi lelaki paling pengecut dan brengsek yang ada di dunia, sedangkan kamu "

Jensen berhenti dan menghela nafas panjang "  Semua yang harus saya lakukan adalah mengerti dan menerima. Saya sudah tidak bisa Haesel, kalau kamu memang sudah tidak bisa menghargai atau menerima saya. Saya tidak akan menahan kamu, bahagiakan diri kamu sekalipun itu tanpa saya "

HUSBAND WITH BENEFITS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang