Husband : Issues

1.3K 142 5
                                    

Haesel merasa perutnya kram sejak tadi, terasa ga enak dan perih entah kenapa. Haesel pikir sakit perut biasa saja ternyata rasanya sangat menganggu.


Baru saja ingin berbaring di kamar ada orang datang, Haesel hanya berharap bukan Marvin. Melihat dari layar intercom sudah terlihat jelas yang datang adalah Marvin.


Marvin tersenyum dan mengangkat tangannya menyapa Haesel " Hai, aku bawa makanan "


Haesel meringis sembari memegang perut bawahnya, Marvin menyadari Haesel terlihat kesakitan.

" Kamu kenapa? " tanya Marvin.

" Perut aku kram, kalau ga penting lebih baik kamu pergi darisini "


" Kita periksa, aku temani ke dokter "  Marvin main menarik lengan Haesel ingin membawanya pergi. Namun Haesel menepis, kalau ada orang yang bisa menolongnya jangan Marvin lagi.

Haesel masuk ke dalam, Marvin langsung masuk ke dalam menuju dapur mengambilkan air hangat.

" Dimana tempat obat kamu? "

Haesel masih terperangah, Marvin sangat lancang dan ga tau malu. Haesel ga akan menjawab, Marvin pergi mencari sendiri di dapur dan di setiap lemari. Di lantai satu ga ada, Marvin langsung ke atas menuju kamar utama.


" Kak Marvin! " tegur Haesel saat Marvin semakin berani menuju kamarnya.

Marvin beruntung bisa menebak kamar utama dengan mudah, dia membuka pintu kamar Haesel dan juga Jensen. Baru masuk sudah di buat kesal melihat foto pernikahan mereka berdua.

" Kamu kenapa sih lancang banget main masuk rumah orang!! " marah Haesel.

" Makannya kasih tau dimana obat kamu, kalau ga ada saya disini. Kamu pingsan atau mati juga orang ga akan tau. Kenapa sih merasa hebat terus? Lihat kenyataannya selalu aku yang nolongin kamu! Dimana Jensen waktu kamu butuh? Dia ga selalu ada buat kamu! " Marvin berkaca pinggang merasa sangat berjasa dalam hidup Haesel.

Haesel mengambil obat di meja samping kasur dan mengangkatnya menunjukan kepada Marvin " Udah puas? Sekarang pergi darisini! "

Marvin pergi keluar dan turun ke bawah sambil membayangkan kehidupan Haesel dan Jensen berdua disini, Haesel ikut turun memastikan Marvin pulang.

" Kamu kapan bercerai sama Jensen?  Udah ga ada alasan kalian bersama, rencana kalian udah gagal. Anak kita juga udah ga ada. Kamu mau apalagi sekarang?  "

Marvin bilang ga senang disamakan dengan Emma, kenyataan mereka punya satu kesamaan. Mereka bicara tanpa mempedulikan perasaan orang lain yang mendengarkan.

" Bukan urusan kamu, cepat pergi darisini sebelum aku panggil Jensen "

Marvin tertawa, Jensen bukan ancaman dan dia ga takut kepada adik tirinya. Marvin pergi darisini karena urusannya sudah selesai, dia akan kembali nanti.



...

" Aku ada makan malam kantor hari ini. Apa kamu mau ikut? Maaf mendadak, saya lupa bilang kemarin. " tanya Jensen sebelum berangkat kerja.

 

Haesel nampak berpikir sebentar sebelum mengiyakan ajakan Jensen,  ga ada salahnya ikut makan dan bertemu rekan rekan kerja Jensen setelah sekian lama.

 

Haesel bersiap siap mengenakan dress dan makeup untuk makan malam ini. Bagaimanapun dia harus bisa menjaga penampilan sebagai istri direktur utama perusahaan. Jensen ga menjemputnya karena mereka berjanji untuk bertemu langsung di restaurant. Ga perlu khawatir Jensen ga akan membiarkan istrinya pergi seorang diri, dia sudah menyiapkan supir untuk mengantarkan Haesel.

HUSBAND WITH BENEFITS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang