Chapter 8 : Reason

81.6K 11.3K 79
                                    

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Malam ini, ada sosok lain yang menempati meja makan itu selain Jenderal Adnan dan Amanda.

Brianna akhirnya merasakan kebersamaan di meja makan. Hidup bertahun-tahun bersama keluarga asuhnya, ia sama sekali tidak di perbolehkan makan satu meja bersama mereka. Miris bukan?

Amanda menambahkan lauk di piring Brianna, "Ayo makan yang banyak."

Brianna tersenyum, "Terima kasih." Perhatian kecil dari Amanda membuatnya terenyuh.

Jenderal Adnan yakin jika kehadiran Brianna akan menambahkan kebahagiaan untuk istrinya. Amanda membutuhkan teman dan pelampiasan untuk mencurahkan perhatian layaknya ibu kepada anaknya.

Melihat keduanya selesai makan, Jenderal Adnan berucap, "Amanda, tugasku disini sudah berakhir. Beberapa hari lagi kita akan pergi dari kota ini."

"Oh ya?" Amanda menanggapinya. Bukan hal serius untuk Amanda karena selama ini, ia selalu mengikuti kemanapun suaminya bertugas.

Brianna menatap keduanya bergantian, ia pikir Jenderal Adnan dan Amanda berasal dari kota ini.

Melihat raut kebingungan dari Brianna, Jenderal Adnan berkata, "Brianna, rumah kami berada di ibu kota. Aku disini hanya bertugas sementara."

Brianna mengangguk.

"Tidak apa bukan jika kau meninggalkan kota ini dan ikut bersama kami?" Amanda bertanya pada Brianna.

"Saya akan ikut jika kalian mengajak saya juga." Jawab Brianna dengan polos.

"Tentu saja kami mengajakmu. Istriku baru saja memiliki teman baru. Dia akan bersedih jika kau tidak ikut." Sahut Jenderal Adnan.

"Pa, Brianna sebelumnya berkuliah. Papa urus ya?" Amanda meminta demikian karena menginginkan Brianna menempuh pendidikan di ibu kota nanti.

"Jurusan apa yang kau ambil sebelumnya, Brianna?" Tanya Jenderal Adnan.

"MIT, Jenderal." Jawab Brianna.

Jenderal Adnan mengangguk, "Kau bisa melanjutkan kuliahmu disana."

"Terima kasih." Seakan tidak pernah cukup, Brianna sering mengucapkan kalimat tersebut.

"Kau bersedia ikut dengan kami bukan karena terpaksa kan?" Tanya Jenderal Adnan pada Brianna untuk sekedar memastikan.

"Tidak ada alasan yang membuat saya berpikir untuk menetap disini. Saya hanya memiliki kalian saat ini." Jawab Brianna menanggapi. Jauh di lubuk hatinya memang ia menginginkan pergi sejauh mungkin dari keluarga Edwin.

Double BWhere stories live. Discover now