tigapuluh sembilan

1.9K 206 135
                                    

"Apa yang kau lakukan di sini?" Sasori menatap nyalang pada Aika yang tengah berpelukan dengan Sakura sembari menangis.

"Sasori, aku hanya ingin bertemu Sakura."

"Kau benar-benar! sudah kubilang untuk tidak menemui Sakura."

Usai pertemuan Aika dengan Sakura di kediaman Uchiha tempo lalu, wanita itu kerap memohon pada Sasori untuk dipertemukan kembali dengan putrinya. Penolakan demi penolakan adalah jawaban dari Sasori ketika Aika berpuluh-puluh kali meminta. Namun rupanya wanita itu mengelabui Sasori ketika pemuda itu tengah sibuk bekerja.

"Aku mohon, Sasori. Aku hanya ingin bertemu dengan putriku."

"Omong kosong, lalu kenapa ketika diberi kesempatan untuk menjaganya sepanjang hidupmu kau malah membuangnya? Sekarang lebih baik kau pulang." Sasori menarik tangan ibunya agar berdiri.

"Aku tau aku salah—"

"Nah, itu kau tau salah, sekarang pergi—"

"Kakak, sudah hentikan." Sakura melepaskan pegangan tangan Kakaknya dari Aika.

"Sakura, jangan ikut campur."

"Kakak, tenanglah. Aku baik-baik saja dengan kunjungan Mama. Aku sudah membaik, percayalah."

Sasori menatap adiknya serius. "Meski begitu, tidak ada alasan baginya untuk datang sesuka hati."

Sakura menghela nafas. "Kak, aku hanya ingin berdamai dengan masa lalu. Ketika aku masih bersikap kecewa dan melarikan diri dari Mama, yang aku dapatkan hanyalah luka karena sikap demikian selalu mengingatkanku bahwa semuanya belum baik-baik saja. Maka ketika aku menerima kehadiran Mama, setidaknya aku berpikir bahwa semua bisa baik-baik saja ke depannya. Segala sesuatunya seolah dapat diperbaiki dan disembuhkan."

Mata hazel milik Sasori menatap sang adik penuh perhatian. Apa yang diujar mampu menampar dan meluluhkan keras hatinya. Seolah kalimat itu pun berlaku baginya, maknanya begitu tepat dengan segala belenggu dalam relung yang sudah menahun. Apa alasan tersebut juga menjadi dalih bagaimana hatinya kini masih terjerat dengan kemelut masa lalu?

Lantas, tangannya dilepas pada pergelangan sang Ibu. "Aku akan memberimu waktu setengah jam untuk bicara dengan adikku, setelah itu kumohon pulanglah." Sasori menyisakan kalimat tersebut sebelum mengambil langkah.

Aika segera menambah cairan basah dipelupuknya sembari ditatapnya punggung sang putra. "Terima kasih, Nak."

Sasori mengencangkan rahang tanpa mau berbalik dan terus-terusan mengambil langkah menuju pintu.

"Kakak mau ke mana?" tanya Sakura.

"Keluar, nanti aku akan kembali," ujar pemuda itu sebelum membuka dan menutup pintu. Niatnya adalah untuk mengambil file yang tertinggal tanpa mau menyuruh asistennya agar ia sekalian melihat sang adik, namun siapa sangka kehadiran Aika menarik emosinya ke permukaan.

"Apa tanganmu baik-baik saja?" Sakura melirik sang ibu.

Aika memegangi pergelangannya sembari menunduk sebelum menggeleng sedih. "Kamu tau, Sakura. Meski anak itu kasar secara verbal, namun dia tidak pernah menyakitiku secara fisik. Baru saja dia menarik tanganku namun dengan penuh kehati-hatian, seolah takut menyakiti dengan tak sengaja. Bentakan kasarnya berbanding terbalik dengan pegangan lembutnya pada tanganku. Itulah yang membuatku semakin sesak ketika sadar bahwa aku menyakiti anak yang memiliki hati lembut."

FAILED DATING (Sasusaku Version) TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang