P R O L O G U E

199 11 10
                                    

Seorang perempuan dengan rambut merah kehitaman panjang berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya. Sepanjang perjalanan, sesekali ia membalas murid-murid yang menyapanya.

"Pagi, Dek Adara!"

"Oh, pagi juga, Kak!"

Adara Kalista Dewandra namanya. Dia adalah perempuan beriris merah dengan campuran kuning yang dikenal sebagai murid paling muda dan terpintar seangkatannya.

"Adara!" panggil seseorang, membuat Adara menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah suara.

"Bang Ice? Ada apa?"

Ice, atau lebih tepatnya Ice Oktavian Dewandra, laki-laki yang memanggilnya itu berhenti di hadapannya dengan napas terengah-engah. Dia merupakan sepupu Adara yang berbeda dua tahun dengannya.

"Hah.. hah.. nggak, cuma pengin bareng ke kelas."

Adara menaikkan sebelah alisnya dan menatap curiga pada sepupunya, "Tumben?"

Ice langsung menunjuk ke belakang, terlihat banyak siswi yang berlari menghampiri mereka.

Atau lebih tepatnya, menghampiri Ice.

Sontak Adara tertawa, membuat Ice geram sendiri padanya. Saat Ice ingin mengomel, siswi-siswi itu malah semakin mendekati mereka. Ice yang panik pun menarik Adara untuk segera pergi.

"Woy, kenapa aku ditarik, sih?!"

"Diem."

Mereka pun berlari melewati lapangan upacara, ruang club musik, ruang guru, serta laboratorium. Padahal mereka hanya perlu menaiki tangga untuk menuju kelas mereka.

"Berhenti dulu, woy!" Adara menghentikan langkahnya saat sudah berada di depan kelas VIII A. Membuat Ice mau tak mau ikut terhenti. Laki-laki itu bersyukur kala para siswi itu tidak mengejarnya lagi.

Namun, kelegaannya langsung buyar saat Adara hampir terjatuh.

"Astaghfirullah, Ra!" Dengan cepat Ice menangkap Adara.

"Maaf, gue lupa kalo lo gak bisa lari-larian."

"Hah.. hah.. gak, gak apa-apa. Makanya, la-lain kali, jangan asal narik!" omel Adara, ia segera melepaskan diri dari Ice, "bukan mahram, btw."

"Eh, iya, astaghfirullah." Ice mengusap dadanya. "Maaf, panik gue."

"Lah, Dadar? Ice? Kalian ngapain di sini?" Keduanya menoleh saat ada yang memanggilnya. Adara yang geram karena nama panggilannya pun langsung memukul orang itu.

CTAK!

"Jangan sembarangan manggil, ya!"

Elvara, atau Arynstella Elvara Violence, dia adalah teman Adara sejak kecil. Mereka berteman karena kedua orang tua mereka yang memang bersahabat dekat layaknya saudara. Meski begitu, umur mereka berbeda dua tahun.

Elvara meringis seraya mengusap keningnya, "Santai, Mbak!"

Ice menatap datar pada mereka berdua, "Lo baru datang?"

"Iya, lo berdua ngapain di sini? Mau silahturahmi?" beo Elvara.

"Kita abis lari-larian, fans-nya Bang Ice ngejar terus!" jawab Adara, "gue ditarik-tarik sama, nih, Es Batu, terus nyampe sini."

"Fans lo gak ada abisnya, ya?" ucap Elvara pada Ice dengan nada sinis. Sementara sang empu hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

"Ayok, nanti telat." ajak Ice seraya menarik ujung tas Adara agar pergi ke kelas.

"E-eh.. tunggu, kek! El! Nanti jangan lupa ke kelas, yak!"

Elvara mengacungkan jempolnya, kemudian memasuki kelas sembari terkekeh karena melihat kegemasan Ice dan Adara.

EnchantedWhere stories live. Discover now